Jumat, 27 Mei 2011

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan segala nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan handout. Materi kuliah yang berupa handout Akuntansi Manajemen ini disusun berdasarkan perkembangan bisnis, sehingga sangat diperlukan bagi mahasiswa.
Materi kuliah ini terdiri dari topic-topik utama yang merupakan berbagai pemahaman dasar yang diperlukan dalam membuat laporan keuangan untuk kepentingan manajerial. Selain itu, juga dilengkapi beberapa soal latihan sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Penulis berharap handout ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah Metro. Akhir kata, handout ini tentunya masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan dikemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Lampung Timur, Pebruari 2011

Penulis






KATA PENGANTAR



Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42

Daftar pustaka














KATA PENGANTAR



Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42
Kumpulan Soal Latihan ………………………………………………………… 50

Daftar pustaka












BAB 1
INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

1. Informasi
A. Jenis-jenis Informasi
Informasi merupakan suatu kenyataan, data atau datum yang dapat memberikan pengetahuan baru serta berguna bagi pihak yang menerimanya. Informasi ini sangat luas. Kita dapat membagi informasi dalam dua bagian:
a. Informasi kuantitatif, yaitu suatu informasi yang dapat dikuantitatifkan satuannya.
b. Informasi kualitatif, yaitu informasi yang tidak dapat dikuantitatifkan satuannya.
Informasi kuantitatif Informasi kualitatif







Informasi



Gambar : Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan.
Semua perangkat yang ada di dalam diri manusia maupun perusahaan pada dasarnya mempunyai peranan dalam menciptakan dan menyampaikan informasi. Hubungan informasi dengan pengambilan keputusan dapat dilihat di bawah ini.














Gambar : Hubungan Informasi dan Akibat Keputusan.
Informasi berasal dari lingkungan sosial dari sini muncul data, data dikumpulkan dan dijadikan menjadi informasi. Informasi ada yang sekilas dan ada yang mendalam. Semakin lengkap dan mendalam informasi semakin baik dalam pengambilan keputusan. Informasi ini dimasukan kedalam model keputusan, dari dalam model ini lahir keputusan. Keputusan akan menimbulkan tindakan dan tindakan ini akan berakibat hasil yang diperoleh atau kerugian yang diderita akibat keputusan tadi.
Dari segi lain Scott (1986: 67) menggambarkan proses sistem informasi sebagai berikut:


Transaksi: Dokumen:
Ekstern: - Faktur
Penjualan - Cek
Pembelian - Slip Gaji
Pembayaran - Kuitansi

Intern: Laporan:
Penggajian Laporan Keuangan
Penggunaan Beban Laporan Persediaan
Alokasi Laporan Penyimpangan

Gambar : Proses Sistem Informasi
Transaksi dimasukan ke dalam processing, kemudian proses oleh sistem informasi dan dikeluarkan dalam bentuk laporan atau bentuk dokumen yang akan menjadi dasar bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
Hubungan akuntansi, informnasi dan tujuan perusahaan dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:








ALTERNATIF KEPUTUSAN

INFORMASI

KEPUTUSAN
TERBAIK






Gambar: Hubungan Akuntansi Informasi dan Tujuan Perusahaan

B. Sumber Informasi
Menurut Scott (dalam Harahap, 2003: 33), berdasarkan hasil riset empiris sumber informasi para manajer menurut tingkatanya berbeda-beda. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut



Sumber/ Tingkatan Pimpinan
Top Menengah Bawah
% % %
1. Dari Luar 35-45 10-15 5-10
2. Manajer di bawahnya 25-30 30-40 0
3. Sistem Komputer 15-20 30-40 65-25
4. Dari Bukan Komputer 10-15 15-20 0

Dari table diatas dapat kita lihat perbedaan porsi sumber informasi. Manajemen puncak porsi terbesar adalah dari luar, sedangkan pimpinan menengah hampir sama yaitu dari manajer dibawahnya dan dari system komputer, dan pimpinan bawah lebih banyak sumber informasinya dari komputer.
Menurut Chang (dalam Harahap, 2003 : 34) memberikan rangking sumber informasi yang dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para analis. Sumber informasi analis dapat diperoleh dari:
1. Informasi Keuangan
a. Laporan tahunan
b. Laporan intern
c. Filing perusahaan
d. Prospektur/ sirkulasi
e. Data keuangan menyeluruh
f. Data pasar modal
g. Ramalan analis keungan
h. Ramalan manajemen
2. Informasi Bukan Keuangan Kuantitatif
a. Statistik produksi
b. Statistik permintaan
c. Statistik ekonomi
3. Informasi Non Kuantitatif
a. Pidato dan pernyataan direksi/komisaris
b. News letter perusahaan
c. Komentar manajemen
d. Komentar analis keuangan
e. Statemen prees release keuangan dan perdagangan
f. Penilaian kredit independen
g. Penilaian pihak independen
h. Hubungan pribadi
i. Catatan kontrak sebelumnya

C. Kualitas Informasi
Dalam manajemen perusahaan khususnya dalam proses pengambilan keputusan maka manajemen memerlukan informasi yang harus memiliki sifat-sifat:
1. Akurat
2. Dapat di percaya
3. Lengkap (mendalam)
4. Tepat waktu
5. Relevan
6. Singkat padat
7. Terus terang
2. Pengambilan Keputusan
Kegiatan Analisa Laporan Keuangan tidak terlepas dari masalah manajemen bisnis. Dalam kegiatan bisnis kita selalu dihadapkan berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap masalah akan berdampak ekonomis. Kerugian atau keuntungan. Agar seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka ia perlu mencari dan mengumpulkan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan keputusan dapat menghasilkan yang teerbaik. Kegiatan analisa laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih bayak. Lebih baik, akurat dan dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik peranan model dan informasi sangat penting. Bahkan dalam perkembangan tehnologi akhir-akhir ini proses pengambilan keputusan sudah menggunakan teknologi seperti yang disebut AI (Artificial Inteligence), IT (Information Technology), Cybernetic, Expert System, Delphi System, dan lain sebagainya. Dalam proses pengambilan keputusan peranan informasi penting. Semakin banyak dan semakin akurat informasi mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia bisnis, keputusan yang salah akan rugi bagi perusahaan dan keputusan yang baik akan menghasilakan keuntungan (laba) bagi perusahaan. Trend informasi dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:




















Gambar: Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan
Terdapat beberapa factor yang menghambat pengambilan keputusan bisnis, yaitu:
a. Certainty, yaitu kemungkinan akibat yang akan timbul diketahui dengan pasti. Misal: jika bahan rusak dimasukkan ke proses produksi, maka hasil akan rusak pula.
b. Risk, yaitu kemungkinan akibat diketahui tetapi tidak jumlah nialinya. Misal: memproduksi jenis baru.
c. Uncertainty, yaitu kemungkinan yang timbul tidak diketahui dan tidak pasti, termasuk alternatif dan akibatnya juga tidak pasti. Misal: memulai atau membuka bisnis yang baru.
BAB 2
DASAR-DASAR LAPORAN KEUANGAN



1. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir priode untuk suatu perusahaan; atau catan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahan yang telah menjalankan perusahaan selama satu priode (biasanya satu tahun). Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (IAI, 1974 ) laporan keungan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi - laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampirn-lampiranya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana.
2. Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
a. Sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
b. Alat komunikasi antara aktivitas perusahan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahan, seperti para kreditur/calon kreditur, investor/calon investor, bankers, pemerintah dan lain-lain.
c. Sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang efektif bagi manajemen, misalnya:
• Mengukur tingkat biaya dari kegiatan perusahaan.
• Untuk mengukur efisiensi poses produksi dan tingkat keuntungan yang dicapai.
• Untuk menentukan perlu tindaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
3. Sifat dan Keterbatasan laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Bersifat Tentative
Artinya bahwa laporan keuangan bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena umur perusahaan tidak terbatas sehingga perlu dibuat laporan secara periodik untuk mengukur keberhasilan perusahaan tersebut.
b. Kebenaran bersifat relative
Artinya bahwa laporan keuangan tidak menunjukan kebenaran yang mutlak tentang nilai harta, utang atau modal.
Hal ini disebabkan karena:
a. Data Historis
Laporan keuangan didasarkan dari fakta catatan akuntansi yang bersifat historis sehingga harta, utang dan modal dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya peristiwa tanpa memperhitungkan terjadinya perubahan nilai mata uang.
b. Prinsip-prinip dan Kebiasaan Dalam Akuntansi
Laporan keuangan disusun beridasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (generally accepted accounting principles).
Tujuan penggunaan prinsip adalah:
- Untuk memudahkan dalam pencataan
- Untuk keseragaman Laporan kauangan


c. Pendapat Pribadi (personal judgment)
Laporan Keuangan tidak terlepas dari pendapat pribadi yang penggunaanya tergantung dari akuntan dan manajemen perusahan.
Keterbatasan Laporan Keuangan diantaranya adalah:
1. Bersifat histories, sehingga mungkin sudah tidak relevan lagi dengan keadan sekarang.
2. Bersifat umum dan bukan untuk tiap-tiap pemakai
3. Didasarkan atas perkiraan kebutuhan pemakai.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uang dan perubahan nilai uang tidak tercermin dalam laporan keuangan
5. Memakai konsep konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian sehingga tidak terlepas dari pemakaian pertimbangan dan taksiran-taksiran.
4. Prinsip-prinsip laporan Keuangan
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari setiap sifat dan ciri dari laporan keuangan, yaitu:
* Entitas * Materialitas
* Kontinuitas usaha * Harga pertukaran
* Pengukuran * Accrual basis
* Periode laporan * Penaksiran
* Unit moneter * Pertimbangan
* Tujuan umum * Laporaan terkait

BAB 3
BENTUK-BENTUK LAPORAN KEUANGAN

Terdapat tiga pertanyaan yang harus dijwab oleh seorang Akuntansi melalui proses akuntansi yaitu:
1. Bagaimana usaha perusahaan selama satu periode ?
2. Bagaimana modal pemilik yang tertanam dalam perusahaan ?
3. Bagaimana posisi keuangan / kekayaan perusahaan pada akhir periode ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut disusun laporan keuangan yang berupa:
1. Laporan rugi - laba (income statement)
2. Laporan perubahan modal (statement of owner capital)
3. Neraca (balance sheet)

Skema : bentuk Laporana Keuangan

Singgle Step

Laporan Rugi Laba

Multiple Step

Laporan keuangan Lap. Perubahan modal/ laba ditahan



Scontro / Horizontal

Neraca
Stafel / Vertikal


1. LAPORAN RUGI - LABA
Merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya dan rugi- laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
Bentuk laporan rugi - laba terdir dari;
a. Bentuk Singgle Step
Yaitu penyusunan laporan rugi - laba yang dilakukan dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya.
b. Bentuk Multiple Step
Yaitu penyusutan laporan rugi - laba yang dilakukan secara bertahap.
2. LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Merupakan laporan yang menyajikan tentang perubahan modal yang terjadi selama satu periode. Pada perusahaan perseroan (PT) disebut laporan laba ditahan.
3. NERACA
Merupakan laporan sistematis tentang aktiva, hutang dan modal suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Bentuk neraca terdiri dari:
a. Bentuk Scontro (Account Form)
Yaitu neraca yang disusun secara sebelah - menyebelah, dimana sebelah kiri/ debet untuk aktiva sedangkan sebelah kanan/kredit untuk hutng dan modal.
b. Bentuk Stafel (Report Form)
Yaitu neraca yang disusun dari atas ke bawah, yaitu dengan urutan aktiva, hutang kemudian modal.

BAB 4
ANALISA LAPORAN KEUANGAN

1. Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Analisa terhadap laporan keuangan dimaksudkan agar data keuangan tersebut dapat lebih berarti dalam mendukung keputusan yang akan diambil baik oleh manajemen maupun pihak ekstern yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
A. Likwiditas Perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban keuangan pada saat ditagih. Atas dasar tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- perusahaan yang Likwid
- perusahaan yang Illikwid
Kewajiban keuangan tersebut dapat dibedakan menjadi:
a. Kewajiban berhubungan dengan pihak diluar perusahaan / kreditur, disebut likwidas badan usaha.
b. Kewajiban berhubungan dengan proses produksi / intern perusahaan, disebut likwiditas perusahaan.
B. Solvabilitas Perusahaan
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila dilikuidasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Atas dasar hal tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- Perusahaan Solvabel
- Perusahaan Insolvabel
C. Rentabilitas/Profitabilitas
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba/keuntungan selama periode tertentu.
D. Stabilitas Usaha
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan stabil.
Beberapa metode yang sering dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan akan diuraikan masing-masing berikut ini.
2. Teknik Analisa Laporaan Keuangan
Untuk dapat mengetahui teknik analisa laporan keuangan, maka seorang analis harus menguasai tentang:
• Cara menyusun laporan keuangan
• Konsep, sifat dan karakteristik laporan keuangan
• Teknik analisa laporan keuangan; dan
• Segment dan bisnis yang akan dianalisa
Terdapat beberapa teknik yang sering dipergunakan dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan, yaitu: analisa perbandingan, analisa rasio keuangan, analisa kredit, analisa sumber dan penggunaan dana dan lain sebagainya. Untuk dapat memahami berbagai macam teknik tersebut, berikut ini akan diuraikan masing-masing secara singkat dan jelas.
A. ANALISA PERBANDINGAN


Merupakan metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memperbandingkan untuk dua periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut, misalnya:
• Laba/rugi yang sifatnya operasional maupun insidentil
• Diperoleh aktiva baru/perubahan bentuk aktiva
• Timbul/lunas/perubahan bentuk hutang
• Penambahan/pengurangan modal dan lain-lain.
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
NERACA PERBANDINGAN
TAHUN 2008 - 2009
POS-POS NERACA
31 DESEMBER Kenaikan/Penurunan RASIO % Dari Total
2008 2009 Rp % 2008 2009
Kas
Barang Dagangan
Piutang
Tanah
Bangunan
Aktiva Tetap Lain 8.000
40.000
20.000
75.000
50.000
40.000 16.000
30.000
5.000
90.000
75.000
50.000 8.000
10.000
15.000
15.000
25.000
10.000 100
25
75
20
50
25 2,0
0,75
0,25
1,20
1,50
1,25 3
17
9
32
22
17 6
11
2
34
28
19
JUMLAH 233.000 266.000 33.000 14 1,14 100 100


B. ANALISA TREND DALAM PROSENTASE


Analisa trend dalam prosentase (trend percentage analysis) merupakan metode analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan, yaitu apakah menunjukan tendensi naik, tetap atau menurun.
Syarat-syarat penerapan analisa trend adalah:
• Prinsip-prinsip akuntansi diterapkan secara konsisten
• Tidak terjadi perubahan nilai uang secara tajam
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
LAPORAN RUGI/LABA PERBANDINGAN
TAHUN 2006 - 2009

KETERANGAN TAHUN
(Dalam ribuan rupiah) Trend dalam %
2006 = 100 %
2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Penjualan Netto
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Penjualan
Biaya Administrasi
Biaya Operasi
Laba Operasi
Pendapatan Lain-lain
Laba Bersih 2.800
1.940 2.860
1.970 3.310
2.200 3.740
2.550 102
102 118
113 134
131
860 890 1.110 1.190 103 129 138
430
190 430
200 460
230 500
250 100
105 107
121 116
132
620 630 690 750 101 111 121
240
50 260
60 420
70 44
100 108
120 175
140 183
200
290 320 490 540 110 169 186




C. ANALISA RASIO


Analisa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbngan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama apabila ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio yang digunakan sebagai standar.
RASIO MODAL KERJA ATAU LIKWIDITAS
1. Current Ratio
Ratio ini menunjukan tingkat keamanan ( margin of safety ) atas kreditur jangka pendek; atau menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut:
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar

2. Acid Test Ratio
Disebut juga Quick Ratio, yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya tanpa memperhitungkan persediaan.
Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick Ratio =
Hutang Lancar

Ratio ini dimulai lebih tajam daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat likwid.
Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan adanya investasi yang besar dalam persediaan.
3. Perputaran Piutang
Atau Turn Over Receivable, yaitu menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Total Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Piutang Rata-rata

Semakin tinggi ratio turn over menunjukan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sehingga keuntungan bagi perusahaan.
Sedangkan untuk mengetahui berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih (days of receivable ) adalah:
Piutang Rata-rata x 360 360
Days of Receivable = atau
Penjualan Kredit Perputaran Piutang

Semakin tinggi ratio days of receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Contoh:
KETERANGAN 2008 2009
Penjualan Kredit
Piutang : Awal Tahun
Akhir Tahun
Rata-rata Piutang
Tingkat Perputaran piutang
Days Of Receivable Rp 1.500.000,-
Rp 450.000,-
Rp 550.000,-
Rp 500.000,-
3
120 Rp 2.400.000,-
Rp 550.000, -
Rp 650.000,-
Rp 600.000,-
4
90

Keterangan:
1. Turn over menunjukan bahwa penagihan piutang rata-rata sebanyak 3 kali dalam satu tahun.
2. Days of receivable menunjukan bahwa rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang adalah selama 120 hari.
3. Turn over 3 atau 300% berarti bahwa penjualan tahun tersebut sebesar 300% dari rata-rata piutang.
4. Ratio 300% juga menunjukan bahwa Rp. 3 penjualan kredit maka sebesar Rp. 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun.
4. Perputaran Persediaan
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.
Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga macam persediaan:
Cost of raw material used
a. RAW MATERIAL TURNOVER =
( Barang mentah ) Average raw material inventory

Cost of good manufacturred
b. GOODS IN PROCESS TURNOVER =
(Barang dalam proses) Average work in process inventory

Cost of goods sold
c. FINISHED GOODS TURNOVER =
(Barang jadi ) Average finished goods inventory





Contoh:
RAW MATERIAL INVENTORY

- Persediaan 1/1 Rp. 300.000,- - Cast of material used Rp.20.000,-
(ke Wip)
- Pembelian selama setahun Rp. 100.000,- - Persediaan 31 / 12 Rp. 10.000,-
Rp. 130.000,- Rp. 130.000,-

120.000
RAW MATERIAL INVENTORY = = 6 kali
(30.000 + 10.000) : 2

WORK IN PROCES (WIP) INVENTORY)
- Persediaan 1 / 1 Rp. 50.000,- - Cast of goods manufacturing
- Raw material used Rp. 120.000,- (ke finished goods) Rp. 120.000,-
- Direct Labour Rp. 100.000,- Persediaan 31 / 12 Rp. 150.000,-
- Overhead Rp. 80.000,- Rp. 350.000,-
Rp. 350.000,-

200.000
WIP TURNOVER = = 2 kali
(50.000 +150.000)

FINISHED GOODS INVENTORY
- Persediaan 1/ 1 Rp. 200.000,- - CGS Rp. 300.000,-
- WIP Rp. 200.000,,- - Persediaan Rp. 100.000,-
Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-

300.000
FINISHED GOODS INVENTORY = = 2 kali
( 200.000 + 100.000 ) : 2
RASIO PENGUKURAN SOLVABILITAS
1. Rasio Modal dengan Total Asset
Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam aktiva serta margin of protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.
Rumus:
Modal Sendiri

Total Asset

2. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity ) lebih menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri.
Rumus:
Modal Sendiri
Aktiva Tetap


3. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Merupakan ratio untuk mengetahui tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur jangka panjang atau untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang tersebut dijamin dengan aktiva tetap yang dimilki perusahaan.
Rumus:
Aktiva Tetap

Hutang Jangka Panjang



RATIO PENGUKUR RETABILITAS
1. Ratio Operating Income dengan Operating Assets
Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Rumus:
Operting income Laba usaha
=
Operating Asset Aktiva usaha
Apabila ratio ini rendah menunjukan adanya beberapa kemungkinan, yaitu:
• Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan dalam rangka memperoleh penjualan.
• Mencerminkan rendahnya volume penjualan jika dibandingkan dengan biaya yang diperlukan.
• Adanya inefisiensi pada perusahaan
• Adanya kegiatan perusahaan yang menurun.
2. Gross Margin Ratio
Rumus: Laba kotor
Penjualan

3. Operating Margin Ratio
Rumus: Laba usaha
Penjualan

4. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rumus:
Earning after tax

Modal sendiri
BAB 5
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA


1. Definisi Modal Kerja
Terdapat 3 konsep yang digunakan untuk mendefinisikan modal kerja, yaitu:
A. Konsep Kuantitatif
Modal kerja dalam konsep ini meliputi seluruh aktiva lancar (gross working capital) yang dimiliki perusahaan atau jumlah dana yang tersedia untuk membiayai operasi jangka pendek. Konsep ini tidak mempertimbangkan kwalitas dari modal kerja, apabila modal kerja dibiayai dari modal pemilik atau dari kreditur sehingga modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of society para kreditur jangka pendek serta tidak mencerminkan tingkat likwiditas perusahaan tersebut.
B. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar terhdap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu aktiva lancar yang berasal dari kreditur jngka panjang dan para pemilik perusahaan.
Dengan demikian modal kerja menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang jangka pendek sehingga mencermink margin of protection bagi kreditur jangka pendek.
C. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah jumlah dana yang dimiliki dan digunaka dalam rangka menghasilka pendaatan / laba dari usaha pokok perusahaan.

2. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan pada periode tertentu. Sumber-sumber modal kerja akan bertambah apabila:
a. Adanyakenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun tambahannya investasi dari pemilik perusahaan.
b. Adanya penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
c. Adanya penambahan hutang jangka panjang yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang aakan menurunkan modal kerja meliputi:
a. Pembayaran biaya operasi perusahaan.
b. Adanya pembentukan atau pembelian aktiva tetap.
c. Adanya penambahan dan pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran-pembayaran hutang jangka panjang
e. Adanya pengambilan uang untuk prive
f. Adanya kerugian-krugian yang dialami perusahaan.
Contoh:
Berdasarkan Neraca dan Laporan Rugi-Laba pada PT AZAHRA dapat dibuat Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja sebagai berikut:




PT. AZ ZAHRA
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
Periode 2008 – 2009

Sumber Modal Kerja
a. Laba usaha Rp. 1.155.400
b. Depresiasi Rp. 83.500
c. Penjualan saham Rp. 800.000
+
Rp. 1.838.900
Penggunaan modal kerja
a. Gedung Rp. 400.000
b. Alat-alat kantor Rp. 150.000
c. Membayar utang obligasi Rp. 150.000
d. Deviden Rp. 633.500
+
Rp. 1.333.500
Kenaikan Modal Kerja Rp. 505.500











BAB 6
ANALISA BREAK EVEN POINT


Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Untuk dapat mencapai laba yang besar manajemen dapat melakukanberbagai langkah, misalnya:
a. Menekan biaya serendah mungkin, dengan mempertahankan harga jual dan volume penjualan .
b. Menekankan harga jual sesuai laba yang dikehendaki.
c. Meningkatkan volume penjualan.
Tetapi hal tersebut diatas saling berhubungan sehingga sulit untuk dilaksanakan. Lihat skema dibawah ini:
BIAYA

VOLUME PRODUKSI HARGA JUAL


VOLUME PENJUALAN
Sedangkan Analisa Break Even Point (BEP) merupakan teknik analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh keuntungan.
Dengan analisa ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Cara penentuan Break Even Point sebagai berikut:
Biaya Tetap
BEP (UNIT) =
Harga jual per unit – biaya variable per unit

Biaya Tetap
BEP (Rp) =
1 – Biaya Variabel

Penjualan

Contoh:
Suatu perusahaan berkapasitas sebesar 200 unit produk mempunyai data sebagai berikut:
- Harga per- unit Rp 2.000,-
- Biaya Variabel per- unt Rp 500,-
- Dan biaya tetap sebesar Rp 180.000,-
Diminta : 1. Hitunglah BEP (dalam unit dan rupiah )
2. Gambarlah grafiknya
Penyelesaian:
Rp. 180.000
BEP (unit)

Rp. 2.000 – Rp. 500
= 120 unit

Rp. 180.000
BEP (Rp) =
1 – Rp 500
Rp 2.000
= Rp 240.000,-

Berdasarkan data di atas dapat dilihat perhitungan penghasilan dan total, yaitu:
Vol.
Penjualan Penjualan Biaya
Tetap Biaya Variabel Biaya
Total Laba
( rugi )
0 Unit
40 Unit
80 Unit
120 Unit
160 Unit
200 Unit -
Rp 80.000
Rp 160.000
Rp 240.000
Rp 320.000
Rp 400.00 Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000 -
Rp 20.000
Rp 40.000
Rp 60.000
Rp 80.000
Rp 100.000 Rp 180.000
Rp 200.000
Rp 220.000
Rp 240.000
Rp 260.000
Rp 280.000 Rp 180.000
Rp 120.000
Rp 60.000
-
Rp 60.000
Rp 120.000

Grafik BEP sebagai berikut:

Penjualan / biaya penjualan
Biaya variabel

Rp. 240.000

Rp. 180.000 Biaya tetap

Unit
120
Unit penjualan


ANALISA SHUT DOWN POINT

Analisa keputusan menutup usaha (shut down point) pada prinsipnya sama dengan analisa break even point. Tetapi pada analisa ini membedakan biaya tetap menjadi biaya tetap tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluran uang dan biya yang tidak memerlukan pengeluaran uang (sank cost). Kemudian shut point dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap tunai
Shut Down Point =
Harga jual per unit – biaya variable per unit

Biaya tetap tunai
Shut Down Point (Rp) =
1 – Biaya variabel

Penjualan

Contoh:
Dengan menggunakan data di atas diketahui bahwa biaya tetap total Rp. 180.000,- yang Rp. 30.000,- merupakan sunk cost; maka penjualan minimal agar dapat menutup biaya tunai (shut down point) adalah:
Rp. 150.000
SDP (Unit) = = 100 Unit
Rp. 2.000 – Rp. 500

Sedangkan penjualan minimal dalam rupiah adalah:
Rp. 150.000
SDP (Rp) = = Rp 200.000,-
1 – Rp. 500

Rp. 2.000


BAB 7
ANALISA LABA KOTOR


Analisa ini ditunjukan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor ( gross profit) pada suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui manajemen atau bagian mana yang bertanggung jawab atas adanya perbedaan trsebut.
Analisa Laba kotor dapat dilakukan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Faktor Perubahan Hasil Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga Jual (sales price variance)
Yaitu selisih antara harga jual sesungguhnya dengan harga jual anggaran atau tahun sebelumnya.
Rumus:


SHJ = Selisih harga jual
Ks = Kuantitas sesungguhnya
HJs = Harga jual sesungguhnya
Hja = Harga jual dianggarkan
Apabila HJs  Hja menunjukan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan.

b. Selisih Kuantitas Penjualan (sales volume variance)
Yaitu selisih antara kuantitas produk sesungguhnya yang terjual dengan kuantitas yang dianggarkan.

Rumus:

SHJ = Selisih kuantitas penjualan
Ks = Kuantitas sesungguhnya
Ka = Kuantitas dianggarkan
Apabila Ks  Ka berarti menuntungkan bagi perusahaan.
2. Faktor Harga Pokok Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga – Harga Pokok Penjualan (cost price variance)
Yaitu perbedaan antara harga – harga pokok penjualan per-unit (unit cost) menurut anggaran dengan yang sesungguhnya.
Rumus:


H-HPPs = Harga – harga pokok penjualan sesungguhnya
H-HPPa = Harga – harga pokok penjualan dianggarkan
Apabila H-HPPs  H-HPPa menunjukan keadaan yang merugikan.


b. Selisih Kuantitas – Harga Pokok Penjualan (cost volume variance)
Yaitu perbedaan antara kuantitas harga pokok penjualan yang sesungguhnya yang dijual dengan kuantitas yang dianggarkan.
Rumus:

Apabila Ks  Ka menunjukan keadaan yang merugikan.
Contoh: Analisa laba Kotor
Dari laporan PT. MAKMUR diketahui perincian anggaran dan realisasi setiap produk yang dijual sebagai berikut:
PT. MAKMUR
ANGGARAN LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 10.000
15.000
25.000 Rp 50,-
Rp 40,-
Rp 16,- Rp 500.000,-
Rp 600.000,-
Rp 400.000,- Rp 40,-
Rp 25,-
Rp 9,- Rp 400.000,-
Rp 375.000,-
Rp 225.000,- Rp 100.000,-
Rp 225.000,-
Rp 175.000,-
Total 50.000 - Rp1.500.000,- Rp1.000.000,- Rp 500.000,-

PT. MAKMUR
REALISASI LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 13.000
15.000
20.000 Rp 50,-
Rp 38,-
Rp 19,- Rp 650.000,-
Rp 570.000,-
Rp 380.000,- Rp 38,-
Rp 26,-
Rp 9,- Rp 494.000,-
Rp 390.000,-
Rp 180.000,- Rp 156.000,-
Rp 180.000,-
Rp 200.000,-
Total 50.000 - Rp1.600.000,- Rp1.064.000,- Rp 536.000,-

Dari data tersebut diminta menganalisa penyebab perbedaan laba kotor yang meliputi:
1. Selisih penjualan a. Selisih harga jual
b. Selisih kuantitas penjualan
2. Selisih harga-harga pokok penjualan
a. Selisih harga-harga pokok penjualan
b. Selisi kuantitas harga pokok penjualan

Penyelesaian: PT. MAKMUR
ANALISA SELISIH LABA KOTOR
TAHUN 2009

Laba kotor sesungguhnya ………………… Rp 536.000,-
Laba kotor dianggarkan …………………… Rp 500.000,-
Selisih laba kotor ………………………………………….. Rp 36.000,- ( L )
1. Selisih Penjualan
Penjualan sesungguhnya ……………… Rp 1.600.000,-
Penjualan dianggarkan ……………….. Rp 1.500.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 100.000,- ( L )
a. Selisih Harga Jual
A = 13.000 ( Rp 50 – Rp 50 ) …….. Rp -
B = 15.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 30.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 19 – Rp 16 ) …….. Rp 60.000,- ( L )
Rp 30.000,- ( L )


b. Selisih Kuantitas Penjualan
A = Rp 50 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 150.000,- ( L )
B = Rp 40 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 16 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 80.000,- ( R )
Rp 70.000,- ( L )
2. Selisi Harga Pokok Penjualan
HPP sesungguhnya ……………… Rp 1.064.000,-
HPP dianggarkan ……………….. Rp 1.000.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 64.000,- ( R )
a. Selisih Harga HPP
A = 13.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 26.000,- ( L )
B = 15.000 ( Rp 26 – Rp 25 ) …….. Rp 15.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 9 – Rp 9 ) ……….. Rp -
Rp 11.000,- ( L )
b. Selisih Kuantitas HPP
A = Rp 40 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 120.000,- ( R )
B = Rp 25 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 9 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 45.000,- ( R )
Rp 75.000,- ( R )





SKEMA ANALISA LABA KOTOR























BAB 8
ANALISA KEPUTUSAN KREDIT

1. Pendahuluan
Fungsi bank adalah memberikan pelayanan kepada pemerintah, masyarakat, dunia usaha baik perseorangan maupun perseroan (PT). Kegiatan perbankan sangat penting adalah membiayai proyek-proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru meupun yang sedang berkembang dalam wujud penyediaan dana atau pemberian kredit.
Pemberian kredit ini mengandung tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari atau memperkecil resiko kredit yang meungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat-syarat teknis yang terkenal dengan 5 C, yaitu:
1) Character
Bank dapat mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Untuk mengetahui bagaimana karakter calon nasabah, bank dapat melakukan:
a. Mengenal dari dekat
b. Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dalam perbankan
c. Mengmpulkan keterangan dan minta pendapat dari rekan-rekannya, pgawai dan saingan mengenai reputasi kebiasaan pribadi, pergaulan social dan lain-lain.

2) Capasity
Ini menyangkut pimpinan perusahaan beserta sifatnya baik dalam manajemen atau keshlian usahanya. Untuk tu bank harus memperhatikan:
a. Angka-angka hasil produksi
b. angka-angka untuk penjulnan dan pembelian
c. Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya
d. data-data finansiil diwaktu–waktu lalu yang tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan
3) Capital
Menunjukan posisi finansiil secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansiilnya dan penekanan pada komposisi “tangiblened work” nya bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan modal sendiri. Untuk itu bank harus:
a. Menganalisa neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir.
b. Mengadakan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dari
perusahaan calon peminjam kredit.
4) Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan bank:
a. Meneliti mengenai pemilik jaminan tersebut
c. Mengukur stabilitas dari pada nilainya.
d. Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa mengurangi nilainya.
e. Memperhatikan keningkatan barang yang benar-benar menjamin kepentingn bank sesuai dengan hokum yang berlaku.
5) Condition
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sector usaha si peminjam kredit. Untuk itu bank harus:
a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam.
b. .Kondisi usaha calon peminjam.
c. Keadaan pemasaran dari hasil usah calon peminjam.
d. Prospek usah dimasa yang akan datang.
e. Kebijkan pemerintah yang mempengaruhi terhadap prospek industri dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.
Di samping formula “5C” dalam pembelian kredit bank akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit, antara lain:
1). Aspek Umum: dalam hal ini harus diteliti masalah-masalah:
a. Bentuk nama dan alamat perusahaan
b. Susunan manajemen
c. Bidang usaha
d. Keterangan tentang jumlah pegawai/ buruh
e. Kebangsaan
f. Bank langganan
g. Bagan organisasi

2 .Aspek Ekonomi/ Komersiil: Yang meliputi masalah:
a. Pemasaran dan keadaan harga
b. Persaingan
c. Jumlah penjualan dari tiap-tiap jenis produk
d. Cara penjualan
e. taksiran permintan dan sebagainya.
3. Aspek Teknik: yang harus diteliti adalah:
a. Bahan baku dan penolong yang dibutuhkan.
b. Tanah dan tempat pabrik
c. Bangunan (milik, umur, sewa, harga )
d. Urutan-urutan proses produksi
e.Perincin mesin dan peralatan
f. Jumlah produksi
g. Tersedianya tenaga kerja (keahlian, pendidikan, tingkat upah),
h. Tenaga penggerak PLN dan PAM dan sebagainya.
4. Aspek Yuridis
Memenuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin-izin yang diperlukan.
5. Aspek Kemanfatan dan kesempatan kerja. Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Aspek ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur perekonomian.
b. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh proyek yang bersangkutan.
c. Termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah


6. Aspek keuangan. Dengan melakukan penilaian keuangan disamping dapat diketahui likuiditas, solvabilitas, revabilitas serta stabilitas usaha. Juga akan diketahui berapa lama suatu investasi akan dikembalikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan dalam pemberian kredit didasarkan atas kesimpulan dari hasil penelitian aspek keuangan. Jadi aspek keuangan di dalam pertimbangan kredit memegang peranan penting. Dalam hubunganya dengan penilaian aspek finasiil suatu premohonan kredit, hal-hal yang diperlukan:
1. Neraca dan laporan rugi - laba
2. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
3. Neraca penerimaan dan pegeluaran kas (cash budget)
4. Proyek laporan keuangan
5. Penilaian proyek investasi
6. Perhitungan kebutuhan kredit
7. Rencana angsuran kredit (repayment schedule)










BAB 9
MODEL PREDIKSI KEUANGAN

Teknik dalam membuat perencanaan keuangan sudah banyak dikenal dan terus menjadi bidang penelitian para ahli. Dalam bab ini akan dibahas berbagai model maupun rumusan yang dapat dipergunakan untuk mempermudah dalam memprediksi keuangan.
Model prediksi ini dapat juga dimasukan sebagai bagian dari bidang analisa laporan keuangan karena salah satu tujuan dari analisa laporan keuangan itu adalah meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam rumus atau model ini bahkan banyak digunakan angka-angka laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan.
Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain:
1. Liner Programming.
2. Delphi Forcasting.
3. Time Series Forcasting (trend).
4. Break Even Analisys.
5. Just In Time (JIT).
6. Economic Order Quantity (EOQ).
Model ini dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut.


1. Liner Programming
Linier programming (LP) digunakan untuk merencanakan memprediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini kita dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.
2. Delphi Forcasting
Delphi system ini hampir sama dengan metode expert system. Disini metode expert system disempurnakan dengan metode diskusi antar para ahli, didebat, dan akhirnya pada sampai kesimpulan terbaik yang merupakan konsekuensi para ahli.
3. Tiem Series Forcasting (Trend)
Di sini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis trend yang terbaik dan kemudian dari kecendrungan garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik analisa Time Series dapat dipakai untuk membuat trend ini.
4. Break Even Analysis
Salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis keuangan adalah teknik Break Even Analysis atau Cost Volume Profit Analysis. Metode ini mencoba mencari dan meganalisa perilaku hubungan antara besarnya biaya besarnya volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari angka hasil analisa ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainya yang dibutuhkan.

5. Just In Time Model (JIT)
Upaya untuk meningkatkan produktifitas dan menekan pemborosan dan ketidak-efesienan lainya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar baru-baru ini diperkenalkan adalah JIT Model. Model ini menunjukan bahwa konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir-akhir ini sehingga dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah tanggap terhadap pengertian JIT ini. Menurut Johanson (1990) dalam artikel Management Accounting dengan judul Preparing For Accounting System Changes, perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model / filosofi yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Penekanan pada prinsip visibility sehingga dengan demikian setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai kesempatan/ atau peluang.
2. Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi harus disesuakan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3. JIT menghendaki kesederhanaan / kemudahan bukan kerumitan.
4. Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistick” atau global. Konsep harus diterima secara umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
5. JIT menganut konsep perbaikan terus-menerus.
JIT merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya menghilngkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal dan yang digunakan hanya yang benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan merupakan:
• Program / kebijaksanaan persediaan.
• Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan.
• Fenomena kebudayaan.
• Proyeksi penggunaan bahan.
• Proyeksi kebutuhan bahan.
• Obat mujarap bagi manajer yang lemah.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah:
1. Sikap Awareness/Education
Setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus dari pada tidak dicoba sama sekali.
2. House- Keeping
Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan atau harta perusahaan baik yang dibawah pengawasan maupun yang diluarnya.
3. Quality Improvement
Kwalitas harus terus ditingkatkan untuk menuju “zero defects” (tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera menyetop operasi dan langsung melakukan koreksi.


4. Uniform Plant Load (UPL)
Artinya jika kita menjual harian maka produksi harus harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.
5. Redesign Process Flow
Untuk memenuhi konsep UPL diatas maka kegiatan produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per departemen.
6. Set up Reduction
Dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar-benar sesuai kebutuhan.
7. Supplier Net Work
Jaringan permasalahan harus dapat diatur edemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit, jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, work in process (WIP) berada dalam jumlah minimum dan alat-alat tidak pernah berhenti percuma.
6. Economic Order Quantity
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan memberikan angka berapa pesanan sebaiknya dilakukan untuk sekali pesanaan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling efisien. Perhitungan adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:

EOQ = 2 O A
C

A = Jumlah bahan yang digunakan per tahun
O = Rata-rata biaya yang keluarkan untuk mendapt dan melakukan order
C = Carrying Cost biaya yang diperlukan oleh perusahaan dalam 1 tahun untuk per unit biaya Asuransi, biaya penyimpanan.
Contoh:
PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun yaitu 5400 unit. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pesanan (order) adalah Rp 10 000,-. Sedangkan untuk satu unit dibutuhkan biaya Carrying Cost sebesar Rp 1.200,-.
Berapa jumlah pesanan optimum untuk sekali pesanan?

EOQ = 2  5.400  10.000
1.200

= 300 Unit
Jadi dalam satu tahu kita melakukan pembelian sebanyak 300 unit sekali pesanan. Dengan kata lain untuk memenuhi bahan sebanyak 5.400 unit kita harus melakukan pemesanan 18 kali (5.400/300).

MODEL LAIN UNTUK MELAKUKAN PREDIKSI KEUANGAN
Para ahli banyak berupaya melakukan berbagai studi untuk mencoba melakukan peramalan-peramalan dengan menggunakan berbagai rumus, model dengan bahan rasio laporan keuangan. Studi empiris ini dilakukan terhadap berbagai perusahaan dalam jangka periode waktu tertentu. Dan biasanya setiap ahli memiliki berbagai metode yang berbeda satu sama lain tergantung data yang diperolehnya dari sumber data penelitian serta metodologinya.
Dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengganti laporan keuangan berapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu rumusan dalam bentuk model-model prediksi. Beberapa model prediksi yang dikenal adalah:
a. Band Rating
Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. Peringkat ini dikategorikan berturut-turut, misalnya dalam bentuk AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. Model dan peringkatan ini telah dikenal di Indonesia khususnya di pasar modal.
b. Bankruptcy Model
Model ini memberikan rumusan untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumusan yang akan diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut.

c. Net cash Flow Predication model
Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk bersih perusahaan tahun depan.
d. Take over Prediktion Model
Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan perusahaan ini akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.
Di bawah ini akan kita gambarkan empat macam model yang merupakan bagian dari model tersebut:
1. Model untuk tingkat peramalan tingkat kwalitas obligasi yang dijual di pasar modal yang dibuat oleh Ahmed Belkaoui disebut Belkaoui’s Bond Rating Model.
2. Model untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang di buat oleh Altman disebut Altman’s Bankruptcy Prediktion Model. Model ini popular juga disebut 2-score.
3. Bernstein dan Maksy merumuskan model untuk meramalkan Net Cash Flow From Operating yang disebut Bernstein and Maksy’s Net Cash Flow Next Year Predication Model.
4. Model untuk memulai perusahaan yang akan diambil alih (take over). Model ini dibuat oleh Ahmed Belkaoui sehingga disebut Belkaoui’s Take Over Prediktion Model.




KUMPULAN SOAL-SOAL LATIHAN


SOAL 1
Berikut ini nadalah harga jual dan biaya-biaya yang terjadi pada toko “ABADI” Metro:
Harga jual Rp 5.000,-
Harga pokok penjualan variabel per unit Rp 4.000,-
Biaya penjualan variabel per unit Rp 250,-
Biaya tetap tahunan:
- Biaya BOP tetap Rp 550.000,-
- Biaya penjualan tetap Rp 1.970.000,-
- Biaya tetap lainya Rp 480.000,-
Pertanyaan:
1. Hitunglah BEP dalam rupiah dan unit!
2. Apabila diharapkan tingkat keuntungan Rp 300.000,- berapa unit barang yang harus terjual!
3. Jika perusahaan mampu menjual barang sebanyak 5.000 unit, hitunglah laba/rugi yang diperoleh.

SOAL 2

SOAL 3

PT. MUFIDA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2009

Nama Akun 31 Desember
2008 2009
ASET
Aset lancar
- Kas
- Piutang dagang
- Piutang wesel
- Persediaan
- Persekot biaya
Jumlah aset lancar
Aset tetap
- Tanah
- Gedung
- Ak.penyusutan gedung
- Peralatan
- Ak. Penyusutan peralatan
Jumlah aset tetap
Jumlah aset

KEWAJIBAN DAN EQUITAS
Utang lancar
- Utang dagang
- Utang wesel
- Utang gaji
Jumlah utang lancar
Utang jangka panjang
- Utang obligasi (bungan 3%)
Jumlah utang
Modal
- Modal saham
- Laba ditahan
Jumlah modal
Jumlah kewajiban dan equitas

Rp 545.500
Rp 1.324.200
Rp 500.000
Rp 951.200
Rp 46.000
Rp 3.366.900

Rp 200.000
Rp 1.600.000
(Rp 225.500)
Rp 700.000
(Rp 153.000)
Rp 2.121.500
Rp 5.488.400



Rp 655.000
Rp 150.000
Rp 312.000
Rp 1.117.000

Rp 600.000
Rp 1.717.000

Rp 2.000.000
Rp 1.771.400
Rp 3.771.400
Rp 5.488.400

Rp 919.700
Rp 1.612.800
Rp 250.000
Rp 1.056.500
Rp 37.000
Rp 3.876.000

Rp 200.000
Rp 2.000.000
(Rp 261.000)
Rp 850.000
(Rp 201.000)
Rp 2.588.000
Rp 6.464.000



Rp 552.200
Rp 125.000
Rp 443.500
Rp 1.120.700

Rp 450.000
Rp 1.570.700

Rp 2.600.000
Rp 2.293.300
Rp 4.893.300
Rp 6.464.000

Informasi yang diperoleh dari Laporan Laba Rugi tahun 2009 sebagai berikut:
a. Penjualan bersih Rp 9.609.000,-
b. Harga pokok penjualan Rp 5.923.700,-
c. Persediaan barang dagang awal Rp 951.200 dan persediaan barang dagang akhir Rp 1.056.500,-
d. Laba bersih (setelah pajak) sebesar Rp 1.155.000,-


Diminta:
1. Buatlah analisis ratio keuangan dan jelaskan, yaitu:
a. Ratio Likuiditas (current ratio, kas ratio)
b. Ratio Aktivitas (total assets turnover, Inventory turnover)
c. Ratio Profitabilitas (gross profit margin, net profit margin)

2. Buatlah laporan sumber dan penggunaan dana/kas!

SOAL 4
Data tentang anggaran dan realisasi laba kotor pada PT. Mufida tahun 2009 sebagai berikut:
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Kuantitas Harga Kuantitas Harga
Penjualan sesungguhnya
HPP sesungguhnya
Penjualan anggaran
HPP anggaran 60.000
60.000
50.000
50.000 Rp 1,00
Rp 0,80
Rp 1,25
Rp 1,00 20.000
20.000
35.000
35.000 Rp 2,00
Rp 1,85
Rp 2,50
Rp 2,00 Rp 100.000
Rp 85.000
Rp 150.000
Rp 120.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah:
a. Selisih laba kotor sesungguhnya dengan laba kotor menurut anggaran.
b. Selisih harga jual.
c. Selisih volume penjualan.
d. Selisih harga-HPP.
e. Selisih volume-HPP.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar