BAB 1
KONSEP DASAR SISTEM INFORMASI
1.1 Sistem dan Informasi
Informasi merupakan sumber daya yang sangat penting bagi organisasi. Informasi tidak hanya diperlukan oleh pihak-pihak di dalam perusahaan, melainkan juga oleh pihak-pihak di luar perusahaan. Pihak didalam perusahaan atau pihak intern meliputi para manajer dan karyawan. Para manajer memerlukan informasi dalam rangkan melaksanakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu: perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Sedangkan karyawan memerlukan informasi untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Pihak di luar perusahaan atau pihak ekstern yang memerlukan informasi antara lain: pembeli dan pengguna jasa, kreditur, investor, pemasok dan kantor pajak. Masing-masing pihak ekstern ini mempunyai kepentingan yang berbeda-beda, sehingga penyajian informasi untuk pihak ekstern biasanya dibuat berdasarkan standar umum yeng telah ditetapkan oleh suatu lembaga tertentu. Misalnya, pembeli dan pengguna jasa memerlukan informasi berkaitan dengan barang/jasa apa yang tersedia, bagaimana cara memperolehnya, berapa harganya dan lain-lain. Kreditur akan memerlukan informasi berkaitan dengan penetapan kebijakan khususnya keputusan pemberian kredit kepada peruahaan tersebut.
Infromasi yang berguna bagi pemakainya dihasilkan oelh sistem informasi yang baik. Informasi yang baik adalah informasi yang dapat disediakan pada waktu yang diperlukan, handal dan dapat dipercaya. Informasi yang disediakan menyangkut hal-hal yang relevan saja. Sistem informasi yang baik dirancang dengan baik pula, disertai dengan kerja sama berbagi pihak yang terlibat.
A. Definisi Sistem
Definisi sistem menurut C. West Churchman dalam bukunya berjudul The Systems Approach yang diterjemahkan oleh Amirin(1996:11) sebagai berikut: Sistem adalah sistem sebagai sesuatu yang tersusun dari sekumpulan komponen yang bergerak bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan sistem tersebut.
Sedangkan definisi sistem menurut Jogiyanto Hartono (1999:4) menjelaskan bahwa: Sistem adalah suatu jaringan dari pada elemen-elemen yang saling berhubungan, membentuk satu kesatuan untuk melaksanakan suatu tujuan pokok dari sistem tersebut.
Terdapat dua kelompok dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedur dan menekankan pada komponen-komponennya atau elemennya. Menurut Andri Kristanto, sistem yang menekankan pada prosedur dan elemennya adalah sebagai berikut:
Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melaksanakan suatu kegiatan atau menyelesaikan sasaran tertentu. Sistem juga merupakan kumpulan elemen-elemen yang saling terkait dan bekerjasam untuk memproses masukan yang ditujukan pada sistem tersebut dan mengolahnya sampai menghasilkan keluaran yang diinginkan.
Suatu sistem mempunyai maksud tertentu. Ada yang menyebutkan maksud dari sistem adalah untuk mencapai suatu tujuan (goal) dan ada yang menyebutkan untuk mencapai suatu sasaran (objectives). Goal biasanya dihubungkan dengan ruang lingkup yang lebih luas dan sasaran dalam ruang lingkup yang lebih sempit. Antara tujuan dan sasaran digunakan secara bergantian dan tidak dibedakan tergantung dari ruang lingkup sistemnya.
Sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu yaitu: mempunyai komponen sistem (components), batas sistem (boundary), lingkungan luar sistem (environments), penghubung (interface), masukan (input), keluaran (output), pengolah (process), dan sasaran atau tujuan.
1. Komponen Sistem
Suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk membentuk satu kesatuan.
2. Batasan Sistem
Merupakan daerah yang membatasi antara satu sistem dengan yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya.
3. Lingkungan Luar Sistem
Suatu sistem yang ada diluar batas yang mempengaruhi suatu sistem tertentu, dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan.
4. Penghubung Sistem
Merupakan media penghubung antara satu subsistem dengan subsistem lainya yang memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem dengan subsistem lainnya. Keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lainnya dengan melalui penghubung dan dengan penghubung satu subsistem dapat berintegrasi dengan subsistem lain sehingga membentuk satu kesatuan.
5. Masukan Sistem
Merupakan bahan atau energi yang dimasukan ke dalam suatu sistem dapat berupa masukan perawatan (maintenance) atau masukan (signal input). Masukan perawatan adalah energi yang dimasukan supaya sistem tersebut dapat beroprasi sedangkan masukan signal adalah energi yang diproses untuk didapatkan keluaran.
6. Keluaran Sistem
Keluaran merupakan hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan manjadi keluaran yang berguna dan sisa pembuangan.
7. Pengolah Sistem
Merupakan bagian yang mengolah proses masukan menjadi keluaran
8. Sasaran Sistem
Merupakan suatu tujuan yang akan dicapai oleh sebuah sistem.
B. Definisi Informasi
Informasi merupakan hasil dari kegiatan pengolahan data yang memberikan bentuk yang lebih berguna dan berarti dari suatu kejadian
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa informasi adalah: kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima. Dengan kata lain sumber informasi adalah data, data menggambarkan suatu kejadian yang sedang terjadi, dimana data tersebut akan diolah dan diterapkan dalam sistem menjadi input yang berguna dalam suatu sistem.
Agar informasi tersebut berguna bagi pihak yang memerimanya, maka harus memenuhi kualitas tertentu. Adapun kualitas informasi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Akurat
Suatu informasi yang dihasilkan harus bebas dari kesalahan-kesalahan dapat dipercaya dan tidak menyesatkan bagi orang yang menerimanya.
2. Tepat Waktu
Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, sebab informasi yang diterima terlambat maka informasi tersebut sudah tidak berguna lagi dan tidak mempunyai nilai yang baik.
3. Relevan
Suatu informasi harus mempunyai manfaat bagi si penerima, sebab informasi iniakan berguan untuk pengambilan suatu keputusan dalam pemecahan suatu permasalahan
4. Ekonomis dan Efisien
Informasi yang dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibanding dengan biaya mendapatkannya dan sebagian besar informasi tidak dapat ditaksir keuntungannya dengan uang tetapi dapat ditaksir nilai efektifitasnya.
1.2. Hubungan berbagai Sistem Informasi
Informasi yang diperlukan oleh manajemen dapat berasal dari pihak laindi luar perusahaan (disebut informasi eksternal) dan dari dalam perusahaan sendiri (disebut informasi internal). Informasi internal lebih mudah didapatkan dari pada informasi eksternal, karena datanya sudah tersedia di dalam perusahaan dan sumbernya pasti. Sehingga manajemen dapat mengolah data menjadi informasi yang sesuai dengan keinginannya. Informasi eksternal jauh lebih bervariasi baik sumbernya, formalitasnya maupun bentuknya.
Sistem informasi sangat luas pengertian dan lingkupya, sehingga dibutuhkan sumber daya yang tidak sedikit untuk menyusunnya. Oleh karena itu perlu dibagi-bagi lagi menjadi berbagai jenis sistem yang lebih sempit. Berbagai sistem informasi ini saling berkait, saling mendukung dan saling bekerja sama, sehingga membentuk suatu supra sistem atau sistem yang lebih besar, yaitu sistem informasi manajemen. Dengan demikian suatu sistem informasi manajemen terdiri dari berbagai subsistem, antara lain:
a. Sistem informasi pemasaran
b. Sistem informasi personalia
c. Sistem informasi aktiva
d. Sistem informasi akuntansi
e. Sistem otomatisasi kantor.
Salah satu subsistem yang banyak diperlukan dalam perusahaan adalah sistem informasi akuntansi. Sistem informasi akuntansi disusun untuk mengumpulkan data akuntansi dan mengolahnya menjadi informasi akuntansi, yang kelak akan digunakan manajemen untuk bahan pengambilan keputusan.
Sebagai sistem yang cukup besar, sistem informasi akuntansi mempunyai beberapa subsistem atau komponen, diantaranya adalah:
1. Sistem pembelian
2. Sistem penjualan
3. Sistem piutang dagang
4. Sistem pengawasan
5. Sistem penggajian
6. Sistem buku besar
7. Sistem akuntansi biaya
8. Sistem penganggaran
Apabila digambarkan maka hubungan masing-maisng subsistem tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
BAB 2
KOMPONEN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
Seperti juga bentuk sistem yang lain, sistem informasi akuntansi terdiri dari berbagai komponen, yaitu: manusia, komputer dan mesin otomatisasi, program komputer, database, sistem pengkodean, dokumen dan laporan.
2.1. Pihak-pihak yang Terlibat
Pihak yang terlibat dalam suatu sistem informasi adalah: operator, pustakawan, manajer, dan administrator.
A. Operator
Operator bertugas mengelola data, dimulai dari penyiapan data hingga pemasukan data ke sistem komputer. Data dapat dimasukkan secara langsung ke dalam komputer pada saat terjadinya transaksi. Data juga dapat dicatat secara manual ke dalam suatu dokumen dan secara periodik dipindahkan ke sistem komputer.
B. Pustakawan (librarian)
Pustakawan bertugas menimpan data dan program secara terpisah dari ruang komputer. Tidak semua data dan program perlu disimpan di komputer, karena tempat yang tersedia terbatas. Data yang sudah tidak atau jarang digunakan akan disimpan secara terpisah (misalnya dalam bentuk pita, cartridge, kaset, disket, dan lain sebaginya).
C. Manajer
Manajer adalah pemakai akhir dari sistem informasi. Dialah yang akan berkomunikasi dengan komputer untuk mendapatkan informasi yang relevan dengan keputusan yang akan diambil.
D. Administrator
Administrasi database adalah orang yang bertanggungjawab terhadap tersedianya data sekaligus keserasian dan keterpaduan data yang ada di dalam sistem. Dia merancang data sedemikian rupa, sehingga dapat menghasilkan informasi yang sesuai dengan yang diharapkan.
Rancangan sistem akan membentuk suatu sasaran yang akan diterapkan. dalam merancang sistem selalu memerlukan perangkat lunak dan perangkat keras komputer sebagai pendukungnya. Aspek lebih lanjut dari rancangan sistem adalah merupakan suatu sistem yang dapat dimanfaatkan oleh pengolah sistem maupun operator. Perancang sistem adalah orang yang merancang sistem, mempelajari masalah-masalah yang timbul dan menentukan kebutuhan-kebutuhan dan mengidentifikasi pemecahan masalah.
2.2. Komputer dan Mesin Otomatisasi
Komputer merupakan perangkat keras yang digunakan untuk menginput dan memproses data sehingga menjadi informasi. Sesuai dengan fungsinya, perangkat komputer terdiri dari: perangkat masukan, perangkat penyimpan, prosesor, periperal dan perangkat keluaran.
Definisi komputer dalam Kamus Bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1990: 93) adalah: Komputerisasi adalah penggunaan komputer (dalam menghitung mengolah data dan sebagainya) secara besar-besaran. Menurut Donald H. Sanders dalam bukunya Computer Today komputer adalah: Sistem elektronik untuk memanipulasi data yang cepat dan tepat serta dirancang dan diorganisasikan supaya secara otomatis menerima dan menyimpan data input dan menghasilkan output.
Meskipun komputer sudah dapat digunakan untuk mengolah dan memproses banyak pekerjaan, namun masih diperlukan mesin otomatisasi yang lain. Mesin-mesin otomatisasi lain yang sering digunakan adalah seperti: pesawat faksimile (atau fax), pesawat telepon dan sebagainya.
2.3. Program Komputer
Program komputer merupakan perngkat lunan untuk menggunakan komputer. Tanpa program komputer, maka komputer tidak akan berfungsi. Berdasarkan kegunaanya, program koputer dapat digolongkan menjadi:
a. Sistem operasi
Berisi perintah dasar untuk menjalankan komputer dan mengolah file sehingga seperti pekerjaan administrasi di sebuah kantor.
b. Bahasa komputer
Digunakan untuk membuat program aplikasi komputer.
c. Program aplikasi
Adalah program yang siap digunakan untuk mengolah data menjadi informasi.
2.4. Database
Database merupakan kumpulan berbagai data yang diperlukan untuk menghasilkan informasi. Data yang sejenis akan disimpan dalam satu file tersendiri, misalnya data pemasok, data barang dagangan, dan data transaksi. Masing-masing akan disimpan dalam file tersendiri sehingga akan terdiri dari tiga file. Semua dile akan saling berhubungan sehingga dapat menghasilkan informasi yang diperlukan.
2.5. Sistem Pengkodean
Kode sama pentingnya dalam penyelenggaraan sistem informasi akuntansi. Data yang panjang dan bersifat repetitif (berulang) dapat disingkat menjadi beberapa digit atau karakter saja. Ada empat (4) cara pembuatan kode, yaitu:
a. Sistem mnemonik
Adalah suatu bentuk sigkatan untuk mewakili suatu objek.
b. Sistem urutan
Merupakan sistem pengkodean yang paling mudah, karena pemakai tinggal menggunakan urutan angka atau abjad untuk mewakili suatu objek.
c. Sistem blok
Sistem ini dibuat untuk mengatasi kelemahan sistem urutan, dimana sistem ini memiliki satu blok untuk diisi dengan data yang berkarakter sejenis.
d. Sistem group
Sistem group menggunakan gabungan beberapa huruf atau angka untuk menggambarkan suatu objek.
Syarat pembuatan kode, yaitu:
1. Setiap kode harus unik.
2. Sederhana.
3. Ringkas.
4. Luwes.
5. Mempunyai karakter/digit yang sama.
2.6. Dokumentasi
Sistem informasi yang baik sering kali ditandai dengan dokuentasi yang baik pula. Dokumentasi meliputi: daftar, skema, uraian dalam bentuk kata-kata, bagan alir, cetakan program, contoh formulir, dan tabel kolom.
Dokumentasi dapat dibedaka menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Dokumentasi untuk sistem informasi manual
b. Dokumentasi untuk sistem informasi terkomputerisasi
c. Dokumentasi untuk kedua sistem informasi tersebut.
2.7. Laporan
Laporan merupakan keluaran suatu sistem informasi. Laporan dapat diklasifikasikan ke berbagai kelompok berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya: berdasarkan tujuan, Berdasarkan lingkup informasi yang disajikan, berdasarkan waktu pembuatan, bentuk dan fungsi operasinya.
BAB 3
PENYUSUNAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
3.1 Analisis Sistem
Pengerjaan penyusunan sistem informasi akuntansi diawalai dengan tahap yaitu analisis sistem. Tahap ini dilaksanakan dengan maksud:
a. Untuk mendapatkan data tentang kegiatan utama perusahaan.
b. Untuk menyakinkan perancang sistem dan manajemen bahwa sistem yang sekarang ada memang perlu diperbaiki.
c. Untuk membandigkan data, terutama antara data standar dengan data sesungguhnya.
Analisis sistem ini dilaksanakan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Survai sistem yang sekarang ada.
Pada tahap pertama ini, perancang sistem menentukan lingkup survai. Data yang dikupulkan biasanya berhubungan dengan:
- Elemen sistem informasi, yaitu file dan database, keluaran, pengawasan, dan prosedur pemrosesan.
- Sumber daya sistem informasi, misalnya karyawan, perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan.
Perancang sistem, akan mendapatkan data dapat berasal dari dalam perusahaan (data internal) maupun yang berasal dari pihak di luar perusahaan (data eksternal). Pada tahap survai ini terdapat beberapa pertanyaan yang perlu dijawab, meliputi:
- Apa yang dikerjakan?
- Bagaimana hal itu dikerjakan?
- Siapa yang mengerjakan?
- Dimana hal itu dikerjakan?
2. Analisis hasil temuan.
Pada tahap selanjutnya setelah dilakukan survai adalah analisis hasil temuan. Pada tahap ini, perancang akan menjawab beberapa pertanyaa, meliputi:
- Mengapa hal itu dikerjakan?
- Seberapa baik hal itu dikerjakan?
- Apakah hal itu perlu dikerjakan?
- Apakah ada cara lai yang lebih baik?
Sudah barang tentu masiih banyak pertanyaan sejenis lainnya yang perlu diajukan pada tahap analisis hasil temuan ini.
3. Identifikasi kebutuhan manajemen akan informasi.
Terdapat dua pendekatan yang dapat dipakai dalam identifikasi kebutuhan informasi ii, yaitu:
a. Pendekatan atas ke bawah (top-down approach)
b. Pendekatan bawah ke atas (botton up approach)
Untuk megidentifikasi kebutuhan manajemen akan informasi, hanya pendekatan atas ke bawahlah yang tepat utnuk digunakan.
Langkah-langkah pada pendekatan ini adalah sebagai berikut:
- Identifikasi keputusan tiap manajer.
- Tentukan pengukuran kinerja yang digunakan.
- Analisis proses pengambilan keputusan.
- Analisis informasi yang diperlukan.
4. Studi kelayakan.
Studi kelayakan juga dapat dilaksanakan pada tahap analisis sistem. Studi kelayaka ini untuk menentukan apakah sistem yang baru layak dirancang atau tidak.
Ada tiga jenis kelayakan, yaitu:
a. Layak secara teknis.
Yaitu: apakah teknologi yang digunakan mencukupi kebutuhan sistem informasi atau malah terlalu berlebihan.
b. Layak secara operasional
Yaitu: apakah sistem yang baru nanti dapat dilaksanakan oleh karyawan perusahaan tersebut.
c. Layak secara ekonomis.
Yaitu: apakah sistem yang baru mendatangkan manfaat ekonomis yang elbih besar dari pada pengorbanan yang harus dikeluarkannya.
5. Identifikasi persyaratan sistem yang baru.
Indentifikasi persyaratan ini terutama dilaksanakan untuk mengetahui gambaran menyeluruh sistem yang sekarang dipakai. Dengan demikian ia sudah dapat menentukan persyaratn untuk sistem yang baru nantinya. Persyaratan ini dapat berasal dari perbaikan sistem lama ataupun persyaratan yang baru dibuat.
6. Menyerahkan laporan analisis sistem kepada manajemen.
Tahap analisis sistem akan diakhiri dengan penyerahan laporan kepada manajemen. Teknik penulisan laporan, secara umum meliputi:
- Jarak baris lebar sehigga dapat disisipi komentar.
- Setiap halaman diberi nomor halaman dan sebaiknya nomor baris.
- Menggunakan variasi hurup tidak terlalu banyak.
- Penggunaan bahasa harus baik dan benar.
3.2 Perancangan Sistem
Perancangan sistem adalah proses menyusun atau mengembangkan sistem informasi yang baru. Dalam tahap ini harus memastikan bahwa semua persyaratn untuk menghasilkan informasi dapat dipenuhi.
Menurut Barry E. Chusing, tahap perancangan sistem ini terdiri dari dua tahap utama, yaitu: perancangan konseptual; dan perancangan fisik. Tahap perancagan konseptual sering disebut juga perancangan umum, yaitu merupakan tahap yang memerlukan kreatifitas analis sistem. Pada tahap ini analis harus mengetahui apa yang diinginkan pemakai dan bagaimana cara untuk memenuhinya.
Tahap perancangan konseptual dipisahkan menjadi beberapa tahapan, yaitu:
a. Meancang keluaran yang dihasilkan oleh sistem informasi.
b. Merancang penyimpanan data, yang terdiri dari file dan database.
c. Menentukan berbagai proses yang diperlukan untuk menghasilkan informasi.
d. Merancang data atau masukan yang diperlukan oleh sistem.
3.3 Implementasi Sistem
Implementasi sistem akan melibatkan semua pihak, dimulai dari perancang sistem, karyawan sampai ke manajemen. Oleh karena itu, diperlukan rencana yang benar-benar matang, meskipun rencana implementasi sudah ditentukan pada tahap awal penyusunan sistem baru.
Terdapat beberapa kemungkinan reaksi atau tanggapan atas implemenasi sistem baru, antara lain:
a. Karyawan takut dan curiga.
Tanggapan ini biasanya terjadi karena mereka beranggapan bahwa sistem baru akan menganggu kedudukannya selama ini, atau curiga jangan-jangan kedudukannya akan diganti dengan komputer sehingga mereka tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
b. Karyawan menolak adanya sistem baru.
Ini terjadi karena karyawan merasa bahwa selama ini merasa diuntungkan dengan sistem yang lama, sehingga ia tidak mau diganti dengan sistem yang baru.
c. Karyawan setuju dan antusias dengan sistem baru.
Kelompok ini akan lebih mudah diajak bekerja sama untuk menerapkan sistem yang baru.
Terdapat beberapa cara dalam penerapan atau implementasi sistem, yaitu:
1. Perubahan secara langsung.
2. Perubahan secara paralel.
3. Perubahan secara bertahap.
4. Perubahan secara moduler.
BAB 4
SISTEM PEGAWASAN INTERN
3.1 Definisi Pengawasan Intern
Sistem pengawasan intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukurang yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan perusahaan, menjamin keandalan catatan dan data akuntansi, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Dengan demikian tujuan Sistem Pengawasan Iintern ini meliputi
a. Pengawasan akuntansi:
- Menjaga kekayaan perusahaan
- Menjamin keandalan catatan dan data akuntansi
b. Pengawasan administrasi:
- Mendorong efisiensi
- Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
3.2 Unsur-unsur Sistem Pengawasan Intern
1. Lingkungan pengawasan
Lingkungan pengawasan merupakan berbagai factor yang dapat membentuk, memperkuat, dan memperlemah efektivitas dan prosedur dalam auatu organisasi/perusahaan. Hal ini meliputi:
- Falsafah dan gaya operasi manajemen
- Struktur organisasi
- Komite audit/dewan komisaris
- Sistem pangendalian manajemen
- Kesadaran pengendalian
2. Penetapan resiko manajemen
Terdapat beberapa resiko yang biasanya terjadi pada suatu organisasi atau perusahaan, yaitu: kesalahan yang tidak disengaja (terjadi akibat kelalaian pegawai/karyawan), kesalahan yang disengaja (terjadinya manipulasi atau penipuan dan pencurian baik oleh manajer/karyawan maupun pihak lain diluar perusahaan), dan bencana alam.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menghadapi berbagai resiko tersebut antara lain:
- Adanya bidang bisnis baru
- Adanya perubahan standar akuntansi
- Perubahan system dan tehnologi yang digunakan
- Hukum dan peraturan baru
3. Sistem informasi dan komunikasi
Untuk menjamin bahwa:
- Transaksi dinilai secara wajar
- Transaksi diklasifikasikan secara wajar
- Setiap transaksi dicatat pada waktu yang seharusnya
- Terjadinya transaksi telah diotorisasi
- Setiap transaksi dimasukkan ke dalam buku kontrol pembantu
4. Aktivitas pengawasan
- Pemisahan fungsi secara jelas
- Prosedur otorisasi yang cukup oleh pejabat yang berwenang
- Penggunaan dokumen bernomor urut tercetak
- Pemeriksaan secara mendadak
- Adanya perputaran jabatan
5. Pemantauan (monitoring)
Pemantauan merupakan proses penilaian kualitas kinerja suatu pengendalian.. Pementauan ini dilakukan untuk menentukan apakah pengendalian telah dapat berjalan dengan baik, atau sebaliknya pengendalian tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan dilingkungan perusahaan.
3.3 Pengaruh Komputer terhadap Pengawasan Intern
Sistem informasi terkomputerisasi dapat mengasilkan informasi dengan cepat dan teliti. Namun yang dihadapi juga lebih besar bila dibandingkan dengan sistem manual. Beberapa pengaruh penggunaan komputerisasi pada pengawasan intern adalah sebagai berikut:
a. Pemrosesan terpusat di satu tempat.
b. Penyimpanan data tidak mudah dimengerti oleh orang lain.
c. Telusuran audit menjadi lebih berkurang.
d. Meniadakan pertimbangan manusia.
e. Komputer dan data menjadi lebih riskan.
3.4 Pengawasan pada Lingkungan Terkomputerisasi
Perusahaan yag menerapkan komputerisasi, maka akan menjalankan dua jenis pengawasan, yaitu: pengawasan aplikasi dan pengawasan umum. Pengawasan aplikasi atau yang sering disebut pengawasan transaksi merupakan pegawasan yang dirancang untuk menjamin bahwa:
a. Semua transaksi telah mendapat otorisasi
b. Semua ransaksi telah dicatat, diklasifikasikan, diproses dan dilaporkan dengan teliti dan benar.
1. Pengawasan Aplikasi
Pengawasan aplikasi terdiri dari:
a. Pengawasan masukan.
Alat pada pengawasan masukan terdiri dari:
- Pemeriksaan visual
- Rancangan formulir yang baik
- Catatan dan dokumen
- Daftar tercetak
- Kode rekening
b. Pengawasan proses
Tujuan pengawasan proses ini adalah:
- Menjamin data diolah secara teliti dan lengkap
- File dan program digunakan sudah benar
- Semua transaksi dan catatan lainnya dapat ditelusuri dengan mudah
Alat Pengawasanya adalah:
- Cek logika proses
- Kontrol setiap proses
- Cek file dan program
- Keterikatan telusuran audit.
c. Pengawasan keluaran
Pengawasan keluaran terdiri dari dua aktivitas, yaitu:
- Mengkaji hasil pengolahan data
- Pengawasan distribusi laporan.
2. Pengawasan Umum
Pengawasan umum dirancang untuk melengkapi pengawasan aplikasi. Pengawasan ini meliputi berbagai prosedur, kegiatan dan penggunaan aktiva yang belum tercakup pada pengawasan aplikasi. Secara singkat pengawasan umum ini meliputi beberapa hal, yaitu:
a. Praktik manajemen yang sehat
b. Pengawasan operasional, meliputi; penetapan standar teknis, penilaian prestasi dan pengambilan keputusan terutama sebagai tindakan korektif.
c. Pengawasan organisasional
d. Pengawasan dokumentasi
e. Pengawasan otorisasi
f. Pengawasan aktiva, meliputi: perhitungan fisik dan penilaian kembali atas aktiva.
BAB 5
TRANSAKSI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
5.1 Sistem Penjualan Kredit
A. Informasi Yang Dibutuhkan Manajemen
- Jumlah pendapatan atas penjualan kredit per jenis produk.
- Jumlah piutang setiap debitur.
- Jumlah harga pokok produk terjual.
- Nama dan alamat pembeli
- Kuantitas produk yang terjual.
- Nama wiraniaga.
- Otorisasi pejabat yang berwenang.
B. Fungsi Yang Terkait
- Fungsi kredit
- Fungsi penjualan
- Fungsi gudang
- Fungsi pengiriman
- Fungsi akuntansi
- Fungsi penagihan
C. Dokumen Yang Digunakan
- Faktur penjualan
- Surat tagihan
D. Catatan Akuntansi
- Jurnal penjualan
- Kartu piutang
- Kartu gudang
- Kartu persediaan
- Jurnal umum
E. Jaringan Prosedur
- Prosedur order penjualan
Fugsi penjulan menerima order dari pembeli, kemudian membuatkan faktur penjualan kredit.
- Prosedur pengiriman barang
Fungsi gudang menyiapkan barang yang sesuai dengan informasi dalam faktur penjualan. Pada saat penyerahan barang, fungsi ini meminta tanda tangan penerimaan barang oleh pembeli pada faktur penjualan kredit.
- Prosedur pencatatan piutang
Fungsi akuntansi melakukan pencatatan ke dalam kartu piutang berdasarkan faktur penjualan kredit yang diterimanya.
- Prosedur penagihan
Fungsi penagihan membuat surat tagihan piutang kepada debitur.
- Prosedur pencatatan penjualan
Fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan kredit ke dalam jurnal penjualan
F. SPI
a. Organisasi
- Fungsi penjualan terpisah dari fungsi kredit
- Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi penjualan dan kredit
- Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi kas
- Transaksi harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, kredit, pengiriman, penagihan, dan fungsi akuntansi.
b. Sistem otorisasi & prosedur pencatatan
- Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan formulir order pembelian.
- Persetujuan kredit harus diotorisasi oleh fungsi kredit.
- Pengiriman barang kepada pembeli diotorisasi oleh fungsi pengiriman.
- Penetapan harga jual, syarat penjualan, pengangkutan dan potongan penjualan berada ditangan direktur pemasaran dengan menerbitkan surat keputusan.
- Terjadinya piutang diotorisasi oleh fungsi penagihan.
- Pencatatan ke dalam kartu piutang, jurnal penjualan, junal penerimaan kas, dan jurnal umumdiotorisasi oleh fungsi akuntansi.
- Pencatatan terjadinya piutang didasarkan pada faktur penjualan kredit an didukung dengan surat order pengiriman dan surat muat.
c. Praktik yang sehat
- Surat order pengiriman bernomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggung jawabkan.
- Faktur penjualan bernomor urut tercetak dan penggunaannya dipertanggung jawabkan.
- Secara periodic fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur.
- Secara periodic dilakukan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening control piutang dalam buku besar.
5.2 Sistem Retur Penjualan
A. Informasi Yang Dibutuhkan
- Jumlah return penjualan menurut jenis produk.
- Jumlah berkurangnya piutang.
- Jumlah harga pokok yang dikemblikan.
- Nama dan alamat pembeli.
- Nama wiraniaga.
- Otorisasi yang berwenang.
B. Fungsi Yang Terkait
- Fungsi penjualan.
- Fungsi penerimaan
- Fungsi gudang
- Fungsi akuntansi
C. Catatan Akuntansi
- Jurnal umum
- Kartu piutang
- Kartu persediaan
- Kartu gudang
D. Dokumen
- Memo kredit
- Laporan penerimaan barang
E. Jaringan Prosedur
- Prosedur pembuatan memo kredit
Berdasarkan pemberitahuan retur penjualan dari pembeli, fungsi penjualan membuat memo kredit yang memberitahukan kepada fungsi penerimaan untuk menerima barang yang dikembalikan, dan bagian akuntasi untuk mencatat pengurangan piutang.
- Prosedur penerimaan barang
Fungsi penerimaan menerima barang berdasarkan perintah dalam memo kredit dari fungsi penjualan, dan membuat laporan penerimaan barang untuk melampiri memo kredit kemudian dikirim ke fungsi akuntansi.
- Prosedur pencatatan retur penjualan
Fungsi akuntansi melakukan pencatatan ke dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan dan ke dalam buku pembantu piutang. Dan dalam prosedur ini bekurangnya harga pokok penjualan dan bertambahnya harga pokok persediaan dicatat oleh fungsi akuntansi dalam jurnal umum dan buku pembantu persediaan.
F. SPI
a. Organisasi
- Fungsi penjualan terpisah dari fungsi penerimaan barang
- Fungsi akuntansi terpisah dari fungsi penjualan
- Transaksi retur penjualan harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, penerimaan, dan fungsi akuntansi
b. Otorisasi dan prosedur pancatatan
- Retur penjualan diotorisasi oleh fungsi penjualan
- Pencatatan berkurangnya piutang karena retur penjualan didasarkan pada memo kredit yang didukung oleh laporan penerimaan barang
c. Praktek yang sehat
- Memo kredit bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan.
- Secara periodik fungsi akuntansi mengirimkan pernyataan piutang kepada debitur
- Secara periodik didakan rekonsiliasi kartu piutang dengan rekening control piutang dalam buku besar
5.3 Sistem Akuntansi Pembelian
Permintaan Permintaan penawaran pembelian (1) harga (2)
Penawaran harga (3) Order pembelian (4) Penyimpanan barang (6) Penerimaan barang dari pemasok (5)
Laporan penerimaan Penerimaan faktur dari barang (7) pemasok (8)
5.4 Sistem Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban
A. Konsep Dasar
Sistem Akuntansi pertanggungjawaban merupakan tahap perkembangan mutakhir cara pengendalian biaya yang tidak hanya terbatas pada biaya produksi saja melainkan meliputi pengendalian biaya non produksi.
Pertanggungjawaban seorang manajer terkait dengan wewenang yang dimiliki untuk dapat mengendalikan sesuatu yang berada di bawah wewenangnya, diantaranya: aktiva, pendapatan dan biaya.
B. Manfaat
1. Sebagai dasar penyusunan anggaran.
2. Penilai kinerja manajer pusat pertanggungjawaban.
3. Pemotivasi manajer.
4. Memungkinkan pengelolaan aktivitas.
5. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
C. Asumsi Perilaku
1. Pengelolaan berdasarkan penyimpangan (management by exception).
2. Pengelolaan berdasarkan tujuan (management by objective).
3. Struktur pertanggungjawaban sesuai dengan struktur herarkhi organisasi.
4. Manajer dan bawahannya bersedia menerima tanggung jawab yang dibebankan melalui struktur herarkhi.
5. Mendorong kerjasama, bukan kompetisi.
D. Rekayasa dalam Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban
1. Sistem Akuntansi pertanggungjawaban tradisional
a. Laporan biaya berisi:
- Nomor kode rekening biaya
- Jenis atau pusat pertanggungjawaban
- Realisasi biaya bulan ini
- Anggaran biaya bulan ini
- Penyimpangan biaya bulan ini
- Realisasi biaya sampai dengan bulan ini
- Anggarann biaya sampai bulan ini
- Penyimpangan biaya sampai dengan bulan ini
b. Sistem pengelolaan informasi
- Didasarkan atas dokumen sumber, dicatat setiap jenis biaya ke dalam buku pembantu biaya. Dan digolongkan ke setiap pertanggungjawaban yang bersangkutan.
- Pengumpulan HP produksi melalui tahap: a) alokasi BOP departemen pembantu ke departemen produksi; b) perhitungan HP produksi bagian persiapan, pengolahan dan penyelesaian.
- Perhitungan HP produksi melalui tahap: a) biaya yang langsung terjadi di bagian persiapan; b) biaya BOP dialokasikan dari pusat pertanggungjawaban pembantu ke bagian persiapan.
2. Dalam Activity based responsibility accounting
Dilakukan pemisahan biaya penambah nilai dan biaya bukan penambah nilai.
Tujuannya:
- Dapat memusatkan perhatian pada pengurangan biaya bukan penambah nilai.
- Menyadari besarnya pemborosan yang terjadi.
- Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas.
BAB 6
CONTOH PERANCANGAN SISTEM INFORMASI
Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang perancangan dan implementasi sistem berikut ini akan disajikan, yaitu: ”PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PEMBIAYAAN MURABAHAH (JUAL BELI) PADA PERBANKKAN SISTEM SYARI’AH” sebagai berikut:
6.1 Aliran Informasi Pembiayaan Murabahah
Rancangan aliran informasi pembiayaan murabahah diawali dari Nasabah datang ke Bank menyerahkan surat permohonan beserta jaminan ke Bagian Pembiayaan (AO). Kemudian Bagian Pembiayaan memeriksa kelengkapan data, bila data tidak lengkap maka akan dikembalikan lagi ke Nasabah untuk diminta melengkapi data, dan bila data sudah lengkap maka akan diserahkan lagi ke Bagian Pembiayaan untuk dimasukkan dalam file nasabah dan dibuatkan SP3 dan akad, kemudian akan diberikan ke nasabah untuk minta persetujuan.
Bila nasabah setuju maka data itu akan diberikan ke Bagian Administrasi Legal untuk dianalisa. Kemudian hasil analisa semua data jml ang,SP3 dan akad akan diserahkan ke Direktur untuk minta pengotorisasian. Setelah semua data diotorisasi maka akan dikembalikan lagi ke Bagian Pembiayaan (AO).
Kemudian pada Bagian Pembiayaan berdasarkan jumlah angsuran, SP3, akad maka akan dibuatkan lap pinjamana dan slip pencairan, kemudian SP3, akad, laporan pinjaman akan diarsipkan. Slip pencairan, jml angs, SP3, Teller, untuk pencairan uang kemudian bagian pembiayaan akan menerima uang,jml angs, dan SP3 serta slip angsuran yang akan diberikan ke Nasabah.
Nasabah menerima jumlah angsuran, slip angsuran,SP3 dan dana. Berdasarkan slip angsuran Nasabah mengisi slip untuk pembayaran. Yang akan diberkan ke bagian Pembiayaan.
61.1 Rancangan Aliran Informasi
Rancangan aliran informasi ini dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Sp & Jmn
Sp & Jmn lkp Jml angs, Sp3, Akad Acc
Jml Angs, SP3, Akad Acc
Slip Angsuran
SP & Jmn tidak Lkp
Jml Angs, SP3, akad
Jml angs, Sp3, Akad anls
Jml Angs
Jmlh Angs, Slip Pencairan, Sp3 Jml Angs, SP3, Akad anls
Jmh Angs, Sp3 & Dana Jml Angs, SP3, Akad Otorisasi
6.1.2 Rancangan Diagram Contex
Sp & Jmn
Sp & Jmn lkp
Jml Angs, SP3, Akad Acc Jml Angs, Sp3, Akad Acc
Slip Angsuran
SP & Jmn tidak Lkp
Jml Angs, SP3, Akad Jml angs, SP3, Akad anls
Jml Angs, Slip angs, SP3
Jml Angs, SP3 & Akad
Jmlh Angs, Slip Pencairan SP3
Jmh Angs, SP3 & Dana Jml Angs, SP3, Akad Otorisasi
6.1.3 Alir Dokumen (Flowchart)
NASABAH PEMBIAYAAN (AO) ADM. LEGAL
T Y
DIREKTUR PEMBIAYAAN TELLER
Keterangan
SP : Surat Permohonana
SP3 : Surat Pemberitahuan
Persetujuan Pembiayaan
Jmn : Jaminan
----
------- Dana
-----------Dana
NASABAH
--- Dana
Nas Byr Angs
6.2. Kamus Data
Kamus data merupakan kumpulan data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, yang disimpan luar komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasi suatu data. Data base mempunyai peranan penting dalam sistem informasi karena berfungsi sebagai penyedia informasi bagi pemakai. Data base terdiri dari kumpulan file-file yang saling berhubungan.
a. Nama Data Base: Nasabah
Nama File : Nasabah
Nama Field Type Size Keterangan
No_Rek
Nm-Nasabah
Alamat
Agama
Pekerjaan
Jmn
Kd_Pby
No_Telp Numerik
Text
Text
Text
Text
Text
Text
Text 12
20
30
10
15
15
6
15 Nomor rekening
Nama nasabah
Alamat
Agama
Pekerjaan
jaminan
Kode pembiayaan
Nomor telpon
b. Nama Data Base: Pembiayaan
Nama File : Pembiayaan
Nama Field Type Size Keterangan
Kd_Pby
H_Beli
H_Jual
Jk_Wkt
Tkt_Imbalan
Jml_Angs
Margin Text
Text
Text
Text
Text
Text
Text 6
15
15
15
6
15
15 Kode pembiayan
Harga beli
Harga jual
Jangka waktu
Tingkat imbalan
Jumlah angsuran
Margin
c. Nama Data Base : Angsuran
Nama File : Angsuran
Nama Field Type Size Keterangan
No_Kwi
Tgl_Byr
Ang_ke
Jml_Angs
No_Rek Text
Text
Text
Text
Text `12
12
20
15
12 Nomor angsuran
Tanggal bayar
Angsuran ke
Jumlah angsuran
Nomor Rekening
6.3. Rancangan Input
6.3. 1. Rancangan Input Data Nasabah
6.3.2 Rancangan Input Data Pembiayaan
6.3.3. Rancangan Input Data Angsuran
6.4 Rancangan Output
6.4.1 Laporan Data Nasabah
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Metro Madani
Kota Metro
No.Rekening Nama
Nasabah Kd_Pby Alamat Agama Pekerjaan Jaminan No.Telp
6.4.2 Laporan Data Pembiayaan
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Metro Madani
Kota Metro
Kd_Pby HB HJ Tk.imbalan Jangka waktu Margin Angsuran
6.4.3 Laporan Data Angsuran
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Metro Madani
Kota Metro
No.Kwi No.Rek Tgl.Byr Angs_Ke Jml _Angs
6.5 Normalisasi
Data Nasabah: No. Rekening
Nama Nasabah
Alamat
Agama
Pekerjaan
Jaminan
Kode Pembiayan
No. Telepon
Pembiayaan: Kode Pembiayaan
Harga Beli
Harga Jual
Tingkat Imbalan
Jangka Waktu
Margin
Angsuran/ Bulan
Angsuran : No_Kwitansi
No_Rekening
Tanggal Bayar
Angsuran Ke
Jumlah Angsuran
6.5.1. Rancangan Entity Relationship Diagram (ERD)
N
N
I
6.5.2. Rancangan Basis Data
File Basis Data Nasabah
No_Rek Nama_Nsb Alamat Agama Pekerjaan Jaminan Kode_Pby No_Telp
File Basis Data Pembiayaan
Kode_Pby Harga beli Hara jual Jk waktu Tkt Imbalan Jml- Angs Margin
File Basis Data Angsuran
No_kwit
No_Rek Tgl _Pby Angs_ke Jml_angs
6.6. Kebutuhan Sumber Daya
1. Perangkat Keras (Hardware)
Rancangan hardware yang diusulkan untuk dipergunakan dalam implementasi yang dirancang adalah:
a. 1 unit computer intel Pentium IV
b. RAM 5O2 MB
c. Harddisk 30 Giga Byte
d. 1 unit printer
e. Keyboard 108 keys
f. Monitor
g. Mouse
h. CD RW
i. CD ROOM
2. Perangkat Lunak (Software)
Pada rangcangan sistem ini penulis ingin menggunakan metode Pemprograman Visual Basic Versi 6.0 yang merupakan suatu Bahasa pemprograman yang dapat menghasilkan aplikasi yang bekerja pada sistem operasi Windows 95 ke atas.
3. Perangkat Pikir (Brainware)
Untuk dapat melaksanakan sistem yang sudah dirancang, maka diperlukan perangkat pikir sebagai berikut:
a. 1 orang operator
b. 1 orang analis sistem
c. 1 orang progremer
6.7. Rencana Penerapan/Implementasi
Untuk tahap akhir dalam implementasi penerapan sistem yang dirancang, diharapkan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan yang ditentukan. Adapun langkah-langkah untuk penerapan sistem adalah sebagai berikut:
a. Melakukan penerapan sistem sesuai dengan yang direncanakan
Langkah-langkah dalam penerapan sistem ini antara lain:
1. Pemilihan tempat.
2. Analisis sistem
3. Pemilihan operator.
4. Pelatihan operator
5. Pemrograman.
6. Pengujian program.
7. Konversi sistem.
b. Rencana Implementasi
Penerapan sistem yang baru dapat dilihat dalam PERT (Project Evaluation and Revie Technique).
Simbol
Aktivitas Nama Aktivitas Waktu (Hari)
Optimis Likeli Pesimis
A
B
C
D
E
F
G Pemilihan tempat
Analisis sistem
Pemilihan operator
Pelatihan operator
Pemrograman
Pengujian program
Konversi system 3
35
10
33
40
40
42 3
35
10
30
5
7
30 3
43
10
33
40
40
40
D. (30)
A. (3)
F. (7)
B. (35) E. (5)
C. (10) G.(30)
Jumat, 27 Mei 2011
HASIL PENELITIAN
PENGARUH KEADILAN ORGANISASIONAL TERHADAP INTENSITAS KEMANGKIRAN PEGAWAI
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan berdasarkan data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner. Terdapat empat variabel pokok yang akan diukur dalam penelitian, yaitu keadilan organisasional yang akan diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan, kepercayaan kepada pimpinan, komitmen organisasi dan intensitas kemangkiran pegawai. Uraian akan disajikan sebagai berikut: deskripsi responden, uji non-response bias, selanjutnya adalah analisis faktor konfirmatori, analisis model persamaan struktural secara keseluruhan, pengujian asumsi dan pembahasan uji hipotesis.
5.1.1 Deskripsi Responden
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 150 kuesioner kepada Kepala SKPD dan minimal dua tingkat dibawah Kepala SKPD di Pemerintah Daerah Kota Metro. Kuesioner disebarkan dengan cara mengantar langsung kepada responden. Kuesioner ditinggal kemudian diambil kembali seminggu setelah kuesioner diserahkan. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 4 minggu. Berikut ini ringkasan pengiriman dan penerimaan kuesioner.
Tabel 5.1.
Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Total Pengiriman Kuesioner 150
Kuesioner yang kembali 135
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 9
Total Kuesioner yang digunakan 126
Tingkat pengembalian (response rate) 135 / 150 * 100 % 90 %
Usable Response Rate 126 / 150 * 100 % 84 %
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.1 menginformasikan bahwa kuesioner yang diterima kembali dari responden sebanyak 150 kuesioner. Namun dari sejumlah itu, sebanyak 9 kuesioner tidak lengkap dan sebagian tidak sesuai responden yang diinginkan sehingga yang dapat digunakan sebanyak 126 kuesioner atau 84%.
Adapun profil 126 responden yang berpartisipasi dan digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.2.
Profil Responden
Jumlah Persentase
Jabatan:
• Kepala SKPD 7 5,55 %
• Dibawah kepala SKPD 119 94,45 %
Lama menduduki jabatan
• > 4 tahun 12 9,52 %
• 2 – 4 tahun 43 34,13 %
• 1 – 2 tahun 71 56,35 %
Jenis Kelamin
• Pria 92 73,01%
• Wanita 34 26,99%
Pendidikan:
• D3 16 12,69 %
• S1 102 80,95 %
• S2 8 6,36 %
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.2 menginformasikan bahwa responden pria berjumlah 92 orang (73,01%) dan wanita berjumlah 34 orang (26,99%). Responden mayoritas memiliki latar belakang pendidikan S1 sebanyak 102 orang (80,95%). Responden yang menjabat Kepala SKPD sebanyak 7 orang (5,55%) dan dibawah kepala SKPD sebanyak 119 orang (94,45%). Responden yang telah menduduki jabatan pada SKPD mayoritas yang telah bekerja selama 1 - 2 tahun yaitu 102 (80,95%).
5.1.2 Uji Non-Response Bias
Pengujian non-response bias dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan karakteristik responden yang mengembalikan jawaban kuesioner sesuai tanggal cut-off dengan responden yang tidak sesuai tanggal cut-off (terlambat). Jika terdapat perbedaan maka akan berpengaruh pada hasil analisis data, yaitu hasil analisis data dengan non-response. Hal ini akan menjadi masalah terutama jika tingkat pengembalian (response rate) sangat rendah. Mengingat adanya keterbatasan informasi yang diperoleh peneliti mengenai identitas individu yang tidak bersedia berpartisipasi, maka dalam pengujian ini responden yang mengembalikan jawabannya melewati waktu yang telah ditentukan dianggap mewakili jawaban dari responden yang tidak bersedia berpartisipasi tersebut.
Hasil uji non-response bias ditunjukkan dalam tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3
Hasil Pengujian Non-Response Bias
Sebelum dan Sesudah Cut Off
Variabel Sebelum Cut off
N = 104 Sesudah Cut off
N = 22 Levene's-test for
equality of variances
Rata-rata SD Rata-rata SD F P
DS 7,47 2,014 7,32 1,393 2,505 0,116
KP 15,31 2,953 13,73 2,354 2,138 0,146
KO 36,53 6,013 31,14 4,302 1,881 0,173
IK 15,71 3,177 14,82 2,196 2,488 0,117
Sumber: data primer diolah 2010.
Berdasarkan hasil pengujian non response bias pada tabel 5.3, Nampak bahwa nilai F hitung levene test sebesar antara 1,881-2,505 dengan probabilitas di atas 0,05. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jawaban responden yang tidak terlambat (sebelum cut-off) dalam mengembalikan kuesioner dibandingkan dengan jawaban responden yang terlambat (setelah cut-off). Dengan demikian mengkonfirmasikan tidak ada perbedaan jawaban pada kedua kelompok responden di atas.
5.1.3 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
5.1.3.1 Model Pengukuran dengan Confirmatory Factor Analysis
Model Pengukuran (Measurement Model) dengan analisis konfirmatori dilakukan tiap konstruk, untuk menyelidiki unidimensionalitas dari indicator-indikator yang menjelaskan sebuah faktor atau sebuah variabel. Analisis konfirmatori menggunakan single measurement model, yaitu beberapa indikator digunakan untuk mendefinisikan satu laten variabel. Pada bagian ini akan diuraikan model pengukuran untuk konstruk keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan, kepercayaan pada pimpinan, komitmen organisasi dan intensitas kemangkiran pegawai pemerintah daerah. Analisis atas indikator yang digunakan memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten yang dikonfirmasi.
1. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Keadilan Organisasional yang diproksikan dengan Diskriminasi yang Dirasakan (perceived discrimination)
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.1
Confirmatory Factor Analysis Konstruk Keadilan
Organisasional (Diskriminasi yang Dirasakan)
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural keadilan organisasional dengan diproksikan oleh diskriminasi yang dirasakan ini dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Goodness-of-fit Indices Konstruk Keadilan Organisasional
yang Diproksikan Dengan Diskriminasi yang Dirasakan
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 0,000 Fit
Probability ≥ 0,05 \p Fit
CMIN/DF ≤ 2,00 0 Fit
RMSEA ≤ 0,08 \rmsea Fit
GFI ≥ 0,90 \gfi Fit
AGFI ≥ 0,90 \agfi Fit
TLI ≥ 0,95 \tli Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.4 menunjukan bahwa nilai Chi-Square=0,000 dengan probabilitas p=\p, dan CMIN=0 sehingga model yang dibangun fit. Selain itu, nilai GFI, AGFI maupun RMSEA juga menunjukan model yang dibangun fit. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.1 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk keadilan organisasional (diproksi dengan diskriminasi yang dirasakan) sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
2. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Kepercayaan pada Pimpinan
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.2
Confirmatory Factor Analysis Kepercayaan pada Pimpinan
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural kepercayaan pada pimpinan dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.5
Goodness-of-fit Indices Konstruk Kepercayaan pada Pimpinan
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 7,945 Fit
Probability ≥ 0,05 0,019 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 2 Fit
RMSEA ≤ 0,08 0,154 Fit
GFI ≥ 0,90 0,970 Fit
AGFI ≥ 0,90 0,850 Fit
TLI ≥ 0,95 0,905 Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.5 menunjukan bahwa nilai CMIN=2 dan GFI=0,970 sesuai yang direkomendasikan sehingga model yang dibangun fit. Sedangkan untuk kriteria Chi-Square=7,945, probabilitas p=0,019, AGFI=0,850 dan TLI=0,906 berada sedikit diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Namun demikian, Solimun (2006) menyatakan jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi maka model dikatakan baik. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.2 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk kepercayaan pada pimpinan sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
3. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Komitmen Organisasi
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.3
Confirmatory Factor Analysis Komitmen Organisasi
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural komitmen organoisasi dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Goodness-of-fit Indices Konstruk Komitmen Organisasi
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 40,113
(χ2 dengan df = 27 adalah 40,113) 102.025 Marginal
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 27 Marginal
RMSEA ≤ 0,08 0,149 Marginal
GFI ≥ 0,90 0,832 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0,720 Marginal
TLI ≥ 0,95 0,852 Marginal
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.6 menunjukan bahwa nilai Chi-Square=102.025, probabilitas p=0,000, CMIN=27, RMSEA= 0,149, GFI=0,832, AGFI=0,720 dan TLI=0,852. Nilai-nilai di atas hamper selirihnya berada diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengevaluasi nilai signifikansi dari estimasi parameter standardized loading dan convergent validity. Nilai estimasi parameter standardized loading dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.7
Standardized Loading Komitmen Organisasi
Estimate S.E. C.R. P Label
Y13 <--- KO 1.000
Y12 <--- KO .933 .156 5.968 *** par_1
Y11 <--- KO 1.030 .175 5.879 *** par_2
Y10 <--- KO 1.238 .196 6.320 *** par_3
Y9 <--- KO .978 .159 6.137 *** par_4
Y8 <--- KO 1.695 .245 6.914 *** par_5
Y7 <--- KO 1.636 .231 7.072 *** par_6
Y6 <--- KO 1.617 .233 6.941 *** par_7
Y5 <--- KO 1.484 .226 6.573 *** par_8
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa semua indikator variabel mampu menjelaskan konstruk komitmen organisasi pada tingkat signifikansi yaitu 0,001 dengan ditunjukkan tanda (p=***). Hal ini berarti indikator-indikator pengukur valid. Menurut Ghozali (2008), model fit suatu konstruk yang dianalisis dalam AMOS dipersyaratkan memenuhi nilai convergent validity yaitu indikator dengan faktor loading di atas 0,50. Oleh karena itu, indikator dengan faktor loading di bawah 0,50 dinyatakan tidak valid dan perlu dieliminasi (didrop) dari analisis. Convergent validity masing-masing indikator konstruk komitmen organisasi ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.8
Convergent Validity Konstruk Komitmen Organisasi
Estimate
Y13 <--- KO .589
Y12 <--- KO .646
Y11 <--- KO .635
Y10 <--- KO .698
Y9 <--- KO .679
Y8 <--- KO .853
Y7 <--- KO .882
Y6 <--- KO .816
Y5 <--- KO .756
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel 5.7 dan 5.8 nampak bahwa indikator konstruk komitmen organisasi memiliki korelasi dengan tingkat signifikansi yaitu 0,001 dan telah memenuhi convergen validity sehingga model yang dibangun sesuai goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang nampak dalam gambar 5.3 dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk komitmen organisasi sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
4. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Intensitas Kemangkiran Pegawai
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.4
Confirmatory Factor Analysis Intensitas Kemangkiran Pegawai
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural konstruk intensitas kemangkiran pegawai dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.9
Goodness-of-fit Indices Konstruk Intensitas Kemangkiran Pegawai
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 19,241 Fit
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 2 Fit
RMSEA ≤ 0,08 0,263 Fit
GFI ≥ 0,90 0,933 Fit
AGFI ≥ 0,90 0,663 Fit
TLI ≥ 0,95 0,707 Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.9 menunjukan bahwa nilai probabilitas p=0,000, CMIN=2, dan GFI=0,970 sehingga model yang dibangun fit. Sedangkan untuk kriteria Chi-Square=19,241, AGFI=0,663 dan TLI=0,707 berada sedikit diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Namun demikian, Solimun (2006) menyatakan jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi maka model dikatakan baik. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.4 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk intensitas kemangkiran pegawai sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
5.1.3.2 Full Structural Equation Model Analysis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis faktor konfirmatori masing-masing konstruk adalah melakukan analisis full structural equation model. Analisis ini dilakukan dengan tetap memperhatikan proses analisis faktor konfirmatori per konstruk, dengan demikian proses tersebut menguji model secara keseluruhan dengan menggunakan model per konstruk sehingga terbentuk model yang baik. Analisis model persamaan struktural secara penuh (full structural equation model analysis) dapat dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 5.5
Full Structural Equation Model
Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap Intensitas
Kemangkiran Pegawai Pemerintah Kota Metro
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
5.1.3.3 Pengujian Asumsi SEM
Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi asumsi-asumsi SEM, sebagai berikut :
1. Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah menggunakan ukuran sampel menggunakan teknik maximum likelihood estimation yaitu sebesar 100 - 200 (Hair et al. dalam Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini didapatkan ukuran sampel sebesar 126 sehingga ukuran sampel dalam penelitian ini telah memenuhi syarat sampel minimum.
2. Uji Normalitas
Struktur Equation Model (SEM), terutama bila diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique mempersyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan terhadap data yang digunakan dalam analisis model awal secara keseluruhan, dengan menggunakan AMOS versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.9 yang menunjukkan nilai minimum, maksimum, skewness, kurtosis, critical ratio untuk masing-masing variabel dan total nilai multivariate.
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa secara univariate data terdistribusi normal yaitu dengan melihat nilai critical skewness dari masing-masing indikator yang menunjukkan nilai dibawah ± 2,58 (critical ratio pada tingkat signifikansi 0,01). Sedangkan uji normalitas multivariate memberikan nilai critical sebesar 34,358 di atas ± 2,58. Dengan demikian secara multivariate data mempunyai sebaran yang tidak normal.
Tabel 5.10
Hasil Pengujian Normalitas Data
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y13 1,000 6,000 -,601 -2,756 ,595 1,364
Y12 2,000 6,000 -,119 -,546 ,358 ,820
Y11 2,000 6,000 -,508 -2,328 ,106 ,243
Y5 1,000 6,000 -,273 -1,253 -,520 -1,190
Y6 2,000 6,000 -,323 -1,481 -,466 -1,067
Y7 2,000 6,000 -,110 -,502 -,480 -1,100
Y8 2,000 6,000 -,152 -,698 -,752 -1,723
Y9 2,000 6,000 -,205 -,939 -,321 -,736
Y10 2,000 6,000 -,170 -,778 -,443 -1,015
Y17 1,000 5,000 -,737 -3,379 -,234 -,537
Y16 2,000 5,000 -,390 -1,788 -,839 -1,922
Y15 2,000 5,000 -,619 -2,838 -,562 -1,287
Y14 1,000 6,000 -,943 -4,320 1,143 2,619
Y4 1,000 5,000 ,027 ,124 -,619 -1,418
Y3 2,000 6,000 ,075 ,342 -,035 -,080
Y2 2,000 5,000 -,275 -1,258 -,642 -1,471
Y1 1,000 6,000 -,497 -2,277 -,143 -,328
X1 1,000 4,000 ,587 2,692 ,039 ,089
X2 1,000 4,000 ,553 2,536 ,115 ,263
X3 1,000 5,000 ,788 3,611 ,478 1,096
Multivariate 36,325 6,872
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Penyimpangan terhadap asumsi normalitas dapat diteliti kembali dengan melakukan bootstraping untuk melakukan resampling. Jika hasil etimasi parameternya masih konsisten dengan hasil estimasi tanpa bootstraping maka model penelitian tanpa bootstrapping masih layak untuk digunakan. Hasil bootstraping untuk model penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 5.6 dan gambar 5.7 berikut ini:
Gambar 5.6
Bootstrapping Full Struktural Model
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Gambar 5.7
Distribusi Chi-Square Hasil Bootstraping
|--------------------
450,454 |*
472,424 |*****
494,394 |*****
516,365 |********
538,335 |**************
560,305 |*****************
582,276 |**************
N = 500 604,246 |*************
Mean = 579,145 626,216 |***********
S. e. = 2,595 648,186 |*******
670,157 |*****
692,127 |***
714,097 |*
736,068 |*
758,038 |*
|--------------------
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Berdasarkan hasil bootstraping dapat dilihat bahwa estimasi parameter konsisten antara model original (tanpa bootstrapping) dengan model setelah bootstrapping. Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini layak digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Selain itu, data yang tidak normal dijelaskan bahwa ”psycological data are often poorly characterized by the normal distribution” (Curran et. al. 1996; Miccheri, 1989 dalam Tomarken dan Waller (2005). Secara teknik, dalam SEM, “multivariate normality is a sufficient but not necessary condition for realizing the desirate of normal theory estimator” (Bollen, 1989 dalam Tomarken dan Waller, 2005). Atas dasar penjelasan teoritis tersebut, maka dapat dilanjutkan pada analisis tahap berikutnya meskipun data tidak memenuhi asumsi normalitas.
3. Asumsi Outlier
Pengujian asumsi outlier bertujuan untuk menilai kewajaran (ekstrim) data. Penentuan outlier data dilakukan dengan membandingkan output table data pada observations farthest from the centroid/mahalanobis distance dengan tabel critical values of chi square (X2). Penentuan cut-off outlier ditentukan dengan memperhatikan jumlah indikator yang digunakan, yaitu 20 dengan degree of freedom 0,001 sehingga cut-off dilakukan pada nilai 37,566. Semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,566 adalah multivariate outliers dan dieliminasi dari kumpulan data (Arbuckle, 1997), kecuali merupakan representasi dari populasi yang diteliti (Ghozali, 2006).
Berdasarkan pada asumsi di atas, maka terdapat 4 (empat) data outlier. Data yang outlier tersebut ditunjukkan pada tabel 5.10. Menurut Ghozali (2006), data outlier sebaiknya dipertahankan jika data tersebut memang representasi dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian ini tetap diikutsertakan dan pengujian dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Tabel 5.11
Observations Farthest from the Centroid/Mahalanobis Distance
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
32 52,770 ,000 ,011
12 40,438 ,004 ,107
10 39,644 ,006 ,033
11 39,074 ,007 ,010
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2009
5.1.3.4 Penilaian Kriteria Goodness Of Fit Indices Full Structural Model
Tahap berikutnya setelah pengujian asumsi-asumsi SEM adalah menilai kriteria goodness of fit indices full structural model. Ringkasan perbandingan model yang dibangun dengan cut-of goodness-of-fit indices yang direkomendasikan ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.12
Goodness-of-fit Indices Full Structural Equation Model
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 195,973
(χ2 dengan df = 165 adalah 195,973) 392,749 Marginal
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 165 Marginal
RMSEA ≤ 0,08 0,105 Marginal
GFI ≥ 0,90 0,773 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0,711 Marginal
TLI ≥ 0,95 0,809 Marginal
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel di atas nilai Chi-Square 858,585 dengan probabilitas p=0,000, CMIN/DF=2,150, GFI=0,807, AGFI=0,774, TLI=0,807 dan CFI=0,0,824 menunjukkan bahwa model diterima pada tingkat marginal. Sedangkan nilai RMSEA=0,105 juga diterima pada tingkat marginal. Meskipun seluruh kriteria berada sedikit diluar nilai yang direkomendasikan, namun apabila dilihat dari hasil Output AMOS Versi 16.0 ukuran parsimony fit lainnya menunjukkan hasil fit. Sebagai contoh, nilai PNFI=0,650 dan PCFI=0,724 berada diatas 0,50 yang mengindikasikan bahwa model ini diterima pada tingkat fit. Indeks AIC dan BCC yaitu untuk membandingkan dua model dari sudut parsimony dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.13
Kriteria Parsimony
Model Kriteria
AIC BCC
Default model 482,749 500,922
Independence model 1601,858 1609,935
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa kedua indeks antara default model lebih rendah dari Independence Model sehingga dapat disimpulkan model ini fit. Ghozali (2008) menyatakan bahwa Nilai Chi-square sangat sensitif terhadap besarnya sampel, sehingga ada kecenderungan nilai Chi-square akan selalu signifikan. Oleh karena itu, maka dianjurkan untuk mengabaikannya dan melihat goodness fit lainnya. Selain itu, Solimun (2006) menyatakan bahwa jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi, model dikatakan baik.
5.1.4 Pengujian Hipotesis
Output table pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan program AMOS versi 16.0 dalam bentuk output Regression Weights nampak pada tabel 5.13. Kriteria pengujian hipotesis (Ghozali, 2007) adalah sebagai berikut:
a. Nilai CR (critical ratio) > 1,96 dengan tingkat signifikansi < 0,05 maka berarti varibel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen.
b. Nilai CR (critical ratio) < 1,96 dengan tingkat signifikansi > 0,05 maka berarti varibel eksogen tidak berpengaruh terhadap variabel endogen.
Sedangkan uji tanda hubungan variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan melihat nilai estimate standardized regression weights yang ditunjukkan tabel 5.14
Tabel 5.14
Output Regression Weights
Estimate S.E. C.R. P
KP <--- DS -,381 ,132 -2,881 ,004
KO <--- DS -,330 ,112 -2,951 ,003
IK <--- KO -,060 ,109 -,552 ,581
IK <--- KP -,083 ,105 -,795 ,426
IK <--- DS ,285 ,102 1,981 ,049
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.15
Standardized Regression Weights
Estimate
KP <--- DS -.381
KO <--- DS -.330
IK <--- KO -.060
IK <--- KP -.083
IK <--- DS .285
Sumber: data primer diolah 2010
Keterangan:
DS = Keadilan organisasional (Diskriminasi yang dirasakan)
KP = Kepercayaan pada pimpinan
KO = Komitmen organisasi
IK = Intensitas kemangkiran pegawai
5.1.4.1 Pengujian Hipotesis (H1, H2 dan H3)
Hipotesis 1 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pada pimpinan. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap kepercayaan pada pimpinan (KP) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,381. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,881 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,004. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kepercayaan pada pimpinan (KP). Dengan demikian hipotesis 1 diterima.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap komitmen organisasi (KO) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,331. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,951 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,003. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi (KO). Dengan demikian hipotesis 2 diterima.
Hipotesis 3 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh positif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar 0,285. Nilai critical ratio (CR) sebesar 1,981 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,049. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 3 diterima.
5.1.4.2 Pengujian Hipotesis (H4 dan H5)
Hipotesis 4 menyatakan bahwa kepercayaan pada pimpinan berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara kepercayaan pada pimpinan (KP) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,083. Nilai critical ratio (CR) sebesar -0,715 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,426. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka menunjukkan bahwa kepercayaan pada pimpinan (KP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 4 ditolak karena tidak signifikan.
Hipotesis 5 menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara komitmen organisasi (KO) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,060. Nilai critical ratio (CR) sebesar -0,552 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,581. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka menunjukkan bahwa komitmen organisasi (KO) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 5 ditolak karena tidak signifikan.
Berdasarkan pengujian hipotesis di atas, secara ringkas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.16
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Keputusan
H1 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pada pimpinan. Diterima
H2 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi. Diterima
H3 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh positif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Diterima
H4 Kepercayaan pada pimpinan berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Ditolak
H5 Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Ditolak
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan Hipotesis 1
Hasil pengujian terhadap H1 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengruh negatif secara signifikan terhadap kepercayaan pada pimpinan. Pengaruh tersebut sebesar -0,381 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,004. Temuan penelitian ini konsisten dengan beberapa hasil penelitian, seperti Hopwood (1972); dan Lau et al. (2008) yang menemukan bahwa keadilan organisasional cenderung menambah kepercayaan bawahan kepada pimpinan. Demikian sebaliknya, diskriminasi yang dirasakan dapat menciptakan rendahnya kepercayaan pegawai pada pimpinan.
Keadilan organisasional dalam konteks pengendalian akuntansi manajemen didesain dan dijalankan oleh organisasi melalui pimpinan atau manajemen. Sehingga, pegawai cenderung mengarahkan keadilan organisasioanl kepada pimpinan. Apabila pimpinan menjalankan kebijakan secara adil maka ada cenderung melahirkan kepercayaan pada pegawainya. Demikian pula sebaliknya, jika pimpinan cenderung bersikap diskriminasi terhadap pegawai maka akan menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaan pegawai terhadap pimpinan.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 2
Hasil pengujian terhadap H2 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi. Pengaruh tersebut sebesar -0,331. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,951 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,003.
Temuan penelitian ini konsisten dengan beberapa hasil penelitian, seperti Parker dan Kohlmeyer (2005) yang menyatakan secara keseluruhan diskriminasi yang dirasakan secara negatif mempengaruhi komitmen organisasi. Temuan ini juga searah dengan temuan Enzher, Vallone, & Donaldson, (2001), yang menyatakan diskriminasi yang dirasakan (perceived diskrimination) dapat memprediksi tinggi rendahnya komitmen organisasional. Dan selanjutnya temuan pada penelitian ini mengkonfirmasi dan menegaskan pernyataan bahwa komitmen organisasi, menjelaskan tiga faktor yang terkait dalam komitmen organisasional yaitu: (1) kepercayaan yang pasti dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi; (2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi organisasi; (3) dan keinginan yang kuat untuk untuk tetap menjadi anggota organisasi (Porter, Steers, Modway, dan Boulin, 1974; Angle dan Perry, 1981). Berkurangnya nilai, semangat dan rasa memiliki sebagaimana terangkum dalam ketiga indikasi di atas menunjukkan komitmen organisasional yang rendah.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 3
Parker dan Kohlmeyer (2005) mendefinisikan keadilan organisasional sebagai kondisi pekerjaan yang mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa mereka diperlakukan secara adil atau tidak adil oleh organisasinya. Lebih jauh dijelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan motivator penting dalam suatu lingkungan pekerjaan. Ketika individu merasakan suatu ketidakadilan, moral mereka akan turun, mereka kemungkinan besar akan meninggalkan pekerjaannya, dan bahkan mungkin membalas dendam terhadap organisasinya.
Hasil pengujian terhadap H2 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi. Pengaruh tersebut sebesar 0,285 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,049. Hasil Penelitian ini konsisten dengan Parker dan Kohlmeyer (2005), yang menemukan bahwa persepsi keadilan yang diproksikan dalam diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) mempengaruhi tingkat intensitas kemangkiran pegawai.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 4
Kepercayaan kepada pimpinan merupakan persepsi bahwa pimpinan berniat baik dan relevan terhadap karir dan status pegawai. Terkait dengan hubungan antara kepercayaan pada pimpinan dan kemangkiran pegawai pemerintah daerah, penelitian terdahulu secara konsisten menunjukkan pengaruh negatif yang signifikansi. Dalam setting akuntansi, penelitian terdahulu (Poznanski dan Bline, 1997) juga menunjukkan pengaruh negatif antara kepercayaan pada pimpinan dan intensitas kemangkiran pegawai. Namun demikian, hasil pengujian terhadap H4 pada penelitian ini menemukan bahwa kepercayaan pada pimpinan (KP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hal ini disebabkan karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05. Oleh karena itu, temuan penelitian ini tidak mendukung Poznanski dan Bline (1997).
Berdasarkan hasil penelitian ini, mengindikasikan bahwa tingkat intensitas kemangkiran pegawai khususnya di Pemerintah Kota Metro tidak disebabkan oleh rendahnya kepercayaan pada pimpinan, tetapi lebih disebabkan oleh variabel lain. Adanya temuan ini, tentunya akan memberikan suatu pemahaman baru mengenai pengaruh negatif antara kepercayaan pada pimpinan dan intensitas kemangkiran pegawai yang tidak signifikan pada instansi Pemerintah Daerah. Selain itu, kepercayaan pada pimpinan tidak dapat menjadi variabel intermediasi antara pengaruh keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan terhadap intensitas kemangkiran pegawai, dan perlunya beberapa variabel lain, seperti kepuasan kerja mungkin perlu diteliti dalam kaitannya dengan intensitas kemangkiran pegawai.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 5
Komitmen organisasi telah diidentifikasi sebagai suatu faktor kritis dalam memahami dan menjelaskan hubungan perilaku kerja para karyawan dalam organisasi. Porter, et al. (1974); Parker dan Kohlmeyer (2005) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai kekuatan relatif identifikasi individual terhadap suatu organisasi dan keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap H5 menemukan bahwa pengaruh komitmen organisasi terhadap intensitas kemangkiran pegawai sebesar -0,060 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,581. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai di Pemerintah Daerah Kota Metro. Dengan demikian, komitmen organisasi tidak dapat menjadi variabel intermediasi antara pengaruh keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya seperti Parker dan Kohlmeyer (2005) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Pembahasan pada bab ini adalah hasil studi lapangan berdasarkan data yang dikumpulkan menggunakan kuesioner. Terdapat empat variabel pokok yang akan diukur dalam penelitian, yaitu keadilan organisasional yang akan diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan, kepercayaan kepada pimpinan, komitmen organisasi dan intensitas kemangkiran pegawai. Uraian akan disajikan sebagai berikut: deskripsi responden, uji non-response bias, selanjutnya adalah analisis faktor konfirmatori, analisis model persamaan struktural secara keseluruhan, pengujian asumsi dan pembahasan uji hipotesis.
5.1.1 Deskripsi Responden
Data penelitian dikumpulkan dengan menyebarkan 150 kuesioner kepada Kepala SKPD dan minimal dua tingkat dibawah Kepala SKPD di Pemerintah Daerah Kota Metro. Kuesioner disebarkan dengan cara mengantar langsung kepada responden. Kuesioner ditinggal kemudian diambil kembali seminggu setelah kuesioner diserahkan. Waktu yang diperlukan untuk pengumpulan data selama 4 minggu. Berikut ini ringkasan pengiriman dan penerimaan kuesioner.
Tabel 5.1.
Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner
Total Pengiriman Kuesioner 150
Kuesioner yang kembali 135
Kuesioner yang tidak dapat digunakan 9
Total Kuesioner yang digunakan 126
Tingkat pengembalian (response rate) 135 / 150 * 100 % 90 %
Usable Response Rate 126 / 150 * 100 % 84 %
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.1 menginformasikan bahwa kuesioner yang diterima kembali dari responden sebanyak 150 kuesioner. Namun dari sejumlah itu, sebanyak 9 kuesioner tidak lengkap dan sebagian tidak sesuai responden yang diinginkan sehingga yang dapat digunakan sebanyak 126 kuesioner atau 84%.
Adapun profil 126 responden yang berpartisipasi dan digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.2.
Profil Responden
Jumlah Persentase
Jabatan:
• Kepala SKPD 7 5,55 %
• Dibawah kepala SKPD 119 94,45 %
Lama menduduki jabatan
• > 4 tahun 12 9,52 %
• 2 – 4 tahun 43 34,13 %
• 1 – 2 tahun 71 56,35 %
Jenis Kelamin
• Pria 92 73,01%
• Wanita 34 26,99%
Pendidikan:
• D3 16 12,69 %
• S1 102 80,95 %
• S2 8 6,36 %
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.2 menginformasikan bahwa responden pria berjumlah 92 orang (73,01%) dan wanita berjumlah 34 orang (26,99%). Responden mayoritas memiliki latar belakang pendidikan S1 sebanyak 102 orang (80,95%). Responden yang menjabat Kepala SKPD sebanyak 7 orang (5,55%) dan dibawah kepala SKPD sebanyak 119 orang (94,45%). Responden yang telah menduduki jabatan pada SKPD mayoritas yang telah bekerja selama 1 - 2 tahun yaitu 102 (80,95%).
5.1.2 Uji Non-Response Bias
Pengujian non-response bias dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya perbedaan karakteristik responden yang mengembalikan jawaban kuesioner sesuai tanggal cut-off dengan responden yang tidak sesuai tanggal cut-off (terlambat). Jika terdapat perbedaan maka akan berpengaruh pada hasil analisis data, yaitu hasil analisis data dengan non-response. Hal ini akan menjadi masalah terutama jika tingkat pengembalian (response rate) sangat rendah. Mengingat adanya keterbatasan informasi yang diperoleh peneliti mengenai identitas individu yang tidak bersedia berpartisipasi, maka dalam pengujian ini responden yang mengembalikan jawabannya melewati waktu yang telah ditentukan dianggap mewakili jawaban dari responden yang tidak bersedia berpartisipasi tersebut.
Hasil uji non-response bias ditunjukkan dalam tabel 5.3 sebagai berikut:
Tabel 5.3
Hasil Pengujian Non-Response Bias
Sebelum dan Sesudah Cut Off
Variabel Sebelum Cut off
N = 104 Sesudah Cut off
N = 22 Levene's-test for
equality of variances
Rata-rata SD Rata-rata SD F P
DS 7,47 2,014 7,32 1,393 2,505 0,116
KP 15,31 2,953 13,73 2,354 2,138 0,146
KO 36,53 6,013 31,14 4,302 1,881 0,173
IK 15,71 3,177 14,82 2,196 2,488 0,117
Sumber: data primer diolah 2010.
Berdasarkan hasil pengujian non response bias pada tabel 5.3, Nampak bahwa nilai F hitung levene test sebesar antara 1,881-2,505 dengan probabilitas di atas 0,05. Hasil ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jawaban responden yang tidak terlambat (sebelum cut-off) dalam mengembalikan kuesioner dibandingkan dengan jawaban responden yang terlambat (setelah cut-off). Dengan demikian mengkonfirmasikan tidak ada perbedaan jawaban pada kedua kelompok responden di atas.
5.1.3 Analisis Structural Equation Modeling (SEM)
5.1.3.1 Model Pengukuran dengan Confirmatory Factor Analysis
Model Pengukuran (Measurement Model) dengan analisis konfirmatori dilakukan tiap konstruk, untuk menyelidiki unidimensionalitas dari indicator-indikator yang menjelaskan sebuah faktor atau sebuah variabel. Analisis konfirmatori menggunakan single measurement model, yaitu beberapa indikator digunakan untuk mendefinisikan satu laten variabel. Pada bagian ini akan diuraikan model pengukuran untuk konstruk keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan, kepercayaan pada pimpinan, komitmen organisasi dan intensitas kemangkiran pegawai pemerintah daerah. Analisis atas indikator yang digunakan memberi makna atas label yang diberikan pada variabel laten yang dikonfirmasi.
1. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Keadilan Organisasional yang diproksikan dengan Diskriminasi yang Dirasakan (perceived discrimination)
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.1
Confirmatory Factor Analysis Konstruk Keadilan
Organisasional (Diskriminasi yang Dirasakan)
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural keadilan organisasional dengan diproksikan oleh diskriminasi yang dirasakan ini dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Goodness-of-fit Indices Konstruk Keadilan Organisasional
yang Diproksikan Dengan Diskriminasi yang Dirasakan
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 0,000 Fit
Probability ≥ 0,05 \p Fit
CMIN/DF ≤ 2,00 0 Fit
RMSEA ≤ 0,08 \rmsea Fit
GFI ≥ 0,90 \gfi Fit
AGFI ≥ 0,90 \agfi Fit
TLI ≥ 0,95 \tli Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.4 menunjukan bahwa nilai Chi-Square=0,000 dengan probabilitas p=\p, dan CMIN=0 sehingga model yang dibangun fit. Selain itu, nilai GFI, AGFI maupun RMSEA juga menunjukan model yang dibangun fit. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.1 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk keadilan organisasional (diproksi dengan diskriminasi yang dirasakan) sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
2. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Kepercayaan pada Pimpinan
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.2
Confirmatory Factor Analysis Kepercayaan pada Pimpinan
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural kepercayaan pada pimpinan dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.5
Goodness-of-fit Indices Konstruk Kepercayaan pada Pimpinan
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 7,945 Fit
Probability ≥ 0,05 0,019 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 2 Fit
RMSEA ≤ 0,08 0,154 Fit
GFI ≥ 0,90 0,970 Fit
AGFI ≥ 0,90 0,850 Fit
TLI ≥ 0,95 0,905 Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.5 menunjukan bahwa nilai CMIN=2 dan GFI=0,970 sesuai yang direkomendasikan sehingga model yang dibangun fit. Sedangkan untuk kriteria Chi-Square=7,945, probabilitas p=0,019, AGFI=0,850 dan TLI=0,906 berada sedikit diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Namun demikian, Solimun (2006) menyatakan jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi maka model dikatakan baik. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.2 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk kepercayaan pada pimpinan sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
3. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Komitmen Organisasi
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.3
Confirmatory Factor Analysis Komitmen Organisasi
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural komitmen organoisasi dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.6
Goodness-of-fit Indices Konstruk Komitmen Organisasi
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 40,113
(χ2 dengan df = 27 adalah 40,113) 102.025 Marginal
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 27 Marginal
RMSEA ≤ 0,08 0,149 Marginal
GFI ≥ 0,90 0,832 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0,720 Marginal
TLI ≥ 0,95 0,852 Marginal
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.6 menunjukan bahwa nilai Chi-Square=102.025, probabilitas p=0,000, CMIN=27, RMSEA= 0,149, GFI=0,832, AGFI=0,720 dan TLI=0,852. Nilai-nilai di atas hamper selirihnya berada diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan mengevaluasi nilai signifikansi dari estimasi parameter standardized loading dan convergent validity. Nilai estimasi parameter standardized loading dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.7
Standardized Loading Komitmen Organisasi
Estimate S.E. C.R. P Label
Y13 <--- KO 1.000
Y12 <--- KO .933 .156 5.968 *** par_1
Y11 <--- KO 1.030 .175 5.879 *** par_2
Y10 <--- KO 1.238 .196 6.320 *** par_3
Y9 <--- KO .978 .159 6.137 *** par_4
Y8 <--- KO 1.695 .245 6.914 *** par_5
Y7 <--- KO 1.636 .231 7.072 *** par_6
Y6 <--- KO 1.617 .233 6.941 *** par_7
Y5 <--- KO 1.484 .226 6.573 *** par_8
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.7 menunjukkan bahwa semua indikator variabel mampu menjelaskan konstruk komitmen organisasi pada tingkat signifikansi yaitu 0,001 dengan ditunjukkan tanda (p=***). Hal ini berarti indikator-indikator pengukur valid. Menurut Ghozali (2008), model fit suatu konstruk yang dianalisis dalam AMOS dipersyaratkan memenuhi nilai convergent validity yaitu indikator dengan faktor loading di atas 0,50. Oleh karena itu, indikator dengan faktor loading di bawah 0,50 dinyatakan tidak valid dan perlu dieliminasi (didrop) dari analisis. Convergent validity masing-masing indikator konstruk komitmen organisasi ditunjukkan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.8
Convergent Validity Konstruk Komitmen Organisasi
Estimate
Y13 <--- KO .589
Y12 <--- KO .646
Y11 <--- KO .635
Y10 <--- KO .698
Y9 <--- KO .679
Y8 <--- KO .853
Y7 <--- KO .882
Y6 <--- KO .816
Y5 <--- KO .756
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel 5.7 dan 5.8 nampak bahwa indikator konstruk komitmen organisasi memiliki korelasi dengan tingkat signifikansi yaitu 0,001 dan telah memenuhi convergen validity sehingga model yang dibangun sesuai goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang nampak dalam gambar 5.3 dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk komitmen organisasi sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
4. Confirmatory Factor Analysis untuk konstruk Intensitas Kemangkiran Pegawai
Hasil perhitungan confirmatory factor analysis untuk variable ini dengan menggunakan program AMOS Versi 16.0 dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:
Gambar 5.4
Confirmatory Factor Analysis Intensitas Kemangkiran Pegawai
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Evaluasi terhadap kesesuaian model fit persamaan struktural konstruk intensitas kemangkiran pegawai dilakukan dengan memperbandingkan nilai indeks-indeks fit yang dihasilkan dari model dengan indeks-indeks yang direkomendasikan seperti yang disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.9
Goodness-of-fit Indices Konstruk Intensitas Kemangkiran Pegawai
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 5,991
(χ2 dengan df = 2 adalah 5,991) 19,241 Fit
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 2 Fit
RMSEA ≤ 0,08 0,263 Fit
GFI ≥ 0,90 0,933 Fit
AGFI ≥ 0,90 0,663 Fit
TLI ≥ 0,95 0,707 Fit
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.9 menunjukan bahwa nilai probabilitas p=0,000, CMIN=2, dan GFI=0,970 sehingga model yang dibangun fit. Sedangkan untuk kriteria Chi-Square=19,241, AGFI=0,663 dan TLI=0,707 berada sedikit diluar indeks yang direkomendasikan sehingga diterima pada tingkat marginal. Namun demikian, Solimun (2006) menyatakan jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi maka model dikatakan baik. Oleh karena itu, model yang nampak dalam gambar 5.4 di atas menunjukkan goodness-of-fit indices yang baik. Hal tersebut mengindikasikan bahwa secara statistik maupun secara teori model yang dibangun dapat menjelaskan dan mendefinisikan konstruk intensitas kemangkiran pegawai sebagaimana yang dijelaskan dalam pendefinisian variabel penelitian.
5.1.3.2 Full Structural Equation Model Analysis
Langkah selanjutnya setelah melakukan analisis faktor konfirmatori masing-masing konstruk adalah melakukan analisis full structural equation model. Analisis ini dilakukan dengan tetap memperhatikan proses analisis faktor konfirmatori per konstruk, dengan demikian proses tersebut menguji model secara keseluruhan dengan menggunakan model per konstruk sehingga terbentuk model yang baik. Analisis model persamaan struktural secara penuh (full structural equation model analysis) dapat dilihat pada gambar 4.8 sebagai berikut:
Gambar 5.5
Full Structural Equation Model
Pengaruh Keadilan Organisasional terhadap Intensitas
Kemangkiran Pegawai Pemerintah Kota Metro
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
5.1.3.3 Pengujian Asumsi SEM
Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengevaluasi asumsi-asumsi SEM, sebagai berikut :
1. Ukuran Sampel
Ukuran sampel yang harus dipenuhi dalam permodelan ini adalah menggunakan ukuran sampel menggunakan teknik maximum likelihood estimation yaitu sebesar 100 - 200 (Hair et al. dalam Ferdinand, 2006). Dalam penelitian ini didapatkan ukuran sampel sebesar 126 sehingga ukuran sampel dalam penelitian ini telah memenuhi syarat sampel minimum.
2. Uji Normalitas
Struktur Equation Model (SEM), terutama bila diestimasi dengan menggunakan Maximum Likelihood Estimation Technique mempersyaratkan dipenuhinya asumsi normalitas. Uji normalitas dilakukan terhadap data yang digunakan dalam analisis model awal secara keseluruhan, dengan menggunakan AMOS versi 16.0. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 5.9 yang menunjukkan nilai minimum, maksimum, skewness, kurtosis, critical ratio untuk masing-masing variabel dan total nilai multivariate.
Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa secara univariate data terdistribusi normal yaitu dengan melihat nilai critical skewness dari masing-masing indikator yang menunjukkan nilai dibawah ± 2,58 (critical ratio pada tingkat signifikansi 0,01). Sedangkan uji normalitas multivariate memberikan nilai critical sebesar 34,358 di atas ± 2,58. Dengan demikian secara multivariate data mempunyai sebaran yang tidak normal.
Tabel 5.10
Hasil Pengujian Normalitas Data
Variable min max skew c.r. kurtosis c.r.
Y13 1,000 6,000 -,601 -2,756 ,595 1,364
Y12 2,000 6,000 -,119 -,546 ,358 ,820
Y11 2,000 6,000 -,508 -2,328 ,106 ,243
Y5 1,000 6,000 -,273 -1,253 -,520 -1,190
Y6 2,000 6,000 -,323 -1,481 -,466 -1,067
Y7 2,000 6,000 -,110 -,502 -,480 -1,100
Y8 2,000 6,000 -,152 -,698 -,752 -1,723
Y9 2,000 6,000 -,205 -,939 -,321 -,736
Y10 2,000 6,000 -,170 -,778 -,443 -1,015
Y17 1,000 5,000 -,737 -3,379 -,234 -,537
Y16 2,000 5,000 -,390 -1,788 -,839 -1,922
Y15 2,000 5,000 -,619 -2,838 -,562 -1,287
Y14 1,000 6,000 -,943 -4,320 1,143 2,619
Y4 1,000 5,000 ,027 ,124 -,619 -1,418
Y3 2,000 6,000 ,075 ,342 -,035 -,080
Y2 2,000 5,000 -,275 -1,258 -,642 -1,471
Y1 1,000 6,000 -,497 -2,277 -,143 -,328
X1 1,000 4,000 ,587 2,692 ,039 ,089
X2 1,000 4,000 ,553 2,536 ,115 ,263
X3 1,000 5,000 ,788 3,611 ,478 1,096
Multivariate 36,325 6,872
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Penyimpangan terhadap asumsi normalitas dapat diteliti kembali dengan melakukan bootstraping untuk melakukan resampling. Jika hasil etimasi parameternya masih konsisten dengan hasil estimasi tanpa bootstraping maka model penelitian tanpa bootstrapping masih layak untuk digunakan. Hasil bootstraping untuk model penelitian ini dapat dilihat dalam gambar 5.6 dan gambar 5.7 berikut ini:
Gambar 5.6
Bootstrapping Full Struktural Model
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Gambar 5.7
Distribusi Chi-Square Hasil Bootstraping
|--------------------
450,454 |*
472,424 |*****
494,394 |*****
516,365 |********
538,335 |**************
560,305 |*****************
582,276 |**************
N = 500 604,246 |*************
Mean = 579,145 626,216 |***********
S. e. = 2,595 648,186 |*******
670,157 |*****
692,127 |***
714,097 |*
736,068 |*
758,038 |*
|--------------------
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2010
Berdasarkan hasil bootstraping dapat dilihat bahwa estimasi parameter konsisten antara model original (tanpa bootstrapping) dengan model setelah bootstrapping. Dengan demikian berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini layak digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Selain itu, data yang tidak normal dijelaskan bahwa ”psycological data are often poorly characterized by the normal distribution” (Curran et. al. 1996; Miccheri, 1989 dalam Tomarken dan Waller (2005). Secara teknik, dalam SEM, “multivariate normality is a sufficient but not necessary condition for realizing the desirate of normal theory estimator” (Bollen, 1989 dalam Tomarken dan Waller, 2005). Atas dasar penjelasan teoritis tersebut, maka dapat dilanjutkan pada analisis tahap berikutnya meskipun data tidak memenuhi asumsi normalitas.
3. Asumsi Outlier
Pengujian asumsi outlier bertujuan untuk menilai kewajaran (ekstrim) data. Penentuan outlier data dilakukan dengan membandingkan output table data pada observations farthest from the centroid/mahalanobis distance dengan tabel critical values of chi square (X2). Penentuan cut-off outlier ditentukan dengan memperhatikan jumlah indikator yang digunakan, yaitu 20 dengan degree of freedom 0,001 sehingga cut-off dilakukan pada nilai 37,566. Semua kasus yang mempunyai mahalanobis distance yang lebih besar dari 37,566 adalah multivariate outliers dan dieliminasi dari kumpulan data (Arbuckle, 1997), kecuali merupakan representasi dari populasi yang diteliti (Ghozali, 2006).
Berdasarkan pada asumsi di atas, maka terdapat 4 (empat) data outlier. Data yang outlier tersebut ditunjukkan pada tabel 5.10. Menurut Ghozali (2006), data outlier sebaiknya dipertahankan jika data tersebut memang representasi dari populasi yang diteliti. Oleh karena itu, pada penelitian ini tetap diikutsertakan dan pengujian dapat dilanjutkan pada tahap berikutnya.
Tabel 5.11
Observations Farthest from the Centroid/Mahalanobis Distance
Observation number Mahalanobis d-squared p1 p2
32 52,770 ,000 ,011
12 40,438 ,004 ,107
10 39,644 ,006 ,033
11 39,074 ,007 ,010
Sumber: data primer diolah (Output AMOS) 2009
5.1.3.4 Penilaian Kriteria Goodness Of Fit Indices Full Structural Model
Tahap berikutnya setelah pengujian asumsi-asumsi SEM adalah menilai kriteria goodness of fit indices full structural model. Ringkasan perbandingan model yang dibangun dengan cut-of goodness-of-fit indices yang direkomendasikan ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 5.12
Goodness-of-fit Indices Full Structural Equation Model
Goodness of fit index Cut-off Value Hasil Model Evaluasi Model
Chi-Square ≤ 195,973
(χ2 dengan df = 165 adalah 195,973) 392,749 Marginal
Probability ≥ 0,05 0,000 Marginal
CMIN/DF ≤ 2,00 165 Marginal
RMSEA ≤ 0,08 0,105 Marginal
GFI ≥ 0,90 0,773 Marginal
AGFI ≥ 0,90 0,711 Marginal
TLI ≥ 0,95 0,809 Marginal
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel di atas nilai Chi-Square 858,585 dengan probabilitas p=0,000, CMIN/DF=2,150, GFI=0,807, AGFI=0,774, TLI=0,807 dan CFI=0,0,824 menunjukkan bahwa model diterima pada tingkat marginal. Sedangkan nilai RMSEA=0,105 juga diterima pada tingkat marginal. Meskipun seluruh kriteria berada sedikit diluar nilai yang direkomendasikan, namun apabila dilihat dari hasil Output AMOS Versi 16.0 ukuran parsimony fit lainnya menunjukkan hasil fit. Sebagai contoh, nilai PNFI=0,650 dan PCFI=0,724 berada diatas 0,50 yang mengindikasikan bahwa model ini diterima pada tingkat fit. Indeks AIC dan BCC yaitu untuk membandingkan dua model dari sudut parsimony dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.13
Kriteria Parsimony
Model Kriteria
AIC BCC
Default model 482,749 500,922
Independence model 1601,858 1609,935
Sumber: data primer diolah 2010
Berdasarkan tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa kedua indeks antara default model lebih rendah dari Independence Model sehingga dapat disimpulkan model ini fit. Ghozali (2008) menyatakan bahwa Nilai Chi-square sangat sensitif terhadap besarnya sampel, sehingga ada kecenderungan nilai Chi-square akan selalu signifikan. Oleh karena itu, maka dianjurkan untuk mengabaikannya dan melihat goodness fit lainnya. Selain itu, Solimun (2006) menyatakan bahwa jika terdapat satu atau dua kriteria goodness of fit yang telah memenuhi, model dikatakan baik.
5.1.4 Pengujian Hipotesis
Output table pengujian hipotesis penelitian dengan menggunakan program AMOS versi 16.0 dalam bentuk output Regression Weights nampak pada tabel 5.13. Kriteria pengujian hipotesis (Ghozali, 2007) adalah sebagai berikut:
a. Nilai CR (critical ratio) > 1,96 dengan tingkat signifikansi < 0,05 maka berarti varibel eksogen berpengaruh terhadap variabel endogen.
b. Nilai CR (critical ratio) < 1,96 dengan tingkat signifikansi > 0,05 maka berarti varibel eksogen tidak berpengaruh terhadap variabel endogen.
Sedangkan uji tanda hubungan variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan melihat nilai estimate standardized regression weights yang ditunjukkan tabel 5.14
Tabel 5.14
Output Regression Weights
Estimate S.E. C.R. P
KP <--- DS -,381 ,132 -2,881 ,004
KO <--- DS -,330 ,112 -2,951 ,003
IK <--- KO -,060 ,109 -,552 ,581
IK <--- KP -,083 ,105 -,795 ,426
IK <--- DS ,285 ,102 1,981 ,049
Sumber: data primer diolah 2010
Tabel 5.15
Standardized Regression Weights
Estimate
KP <--- DS -.381
KO <--- DS -.330
IK <--- KO -.060
IK <--- KP -.083
IK <--- DS .285
Sumber: data primer diolah 2010
Keterangan:
DS = Keadilan organisasional (Diskriminasi yang dirasakan)
KP = Kepercayaan pada pimpinan
KO = Komitmen organisasi
IK = Intensitas kemangkiran pegawai
5.1.4.1 Pengujian Hipotesis (H1, H2 dan H3)
Hipotesis 1 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pada pimpinan. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap kepercayaan pada pimpinan (KP) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,381. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,881 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,004. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap kepercayaan pada pimpinan (KP). Dengan demikian hipotesis 1 diterima.
Hipotesis 2 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap komitmen organisasi (KO) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,331. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,951 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,003. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi (KO). Dengan demikian hipotesis 2 diterima.
Hipotesis 3 menyatakan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh positif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan atau perceived discrimination (DS) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar 0,285. Nilai critical ratio (CR) sebesar 1,981 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,049. Karena nilai CR>1,96 dan signifikansi <0,05 maka menunjukkan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (DS) berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 3 diterima.
5.1.4.2 Pengujian Hipotesis (H4 dan H5)
Hipotesis 4 menyatakan bahwa kepercayaan pada pimpinan berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara kepercayaan pada pimpinan (KP) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,083. Nilai critical ratio (CR) sebesar -0,715 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,426. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka menunjukkan bahwa kepercayaan pada pimpinan (KP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 4 ditolak karena tidak signifikan.
Hipotesis 5 menyatakan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hasil uji terhadap parameter estimasi (standardized regression weight) antara komitmen organisasi (KO) terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK) menunjukkan adanya pengaruh sebesar -0,060. Nilai critical ratio (CR) sebesar -0,552 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,581. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka menunjukkan bahwa komitmen organisasi (KO) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai (IK). Dengan demikian hipotesis 5 ditolak karena tidak signifikan.
Berdasarkan pengujian hipotesis di atas, secara ringkas diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 5.16
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Hipotesis Keputusan
H1 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap kepercayaan pada pimpinan. Diterima
H2 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh negatif terhadap komitmen organisasi. Diterima
H3 Keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) berpengaruh positif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Diterima
H4 Kepercayaan pada pimpinan berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Ditolak
H5 Komitmen organisasi berpengaruh negatif terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Ditolak
5.2 Pembahasan
5.2.1 Pembahasan Hipotesis 1
Hasil pengujian terhadap H1 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengruh negatif secara signifikan terhadap kepercayaan pada pimpinan. Pengaruh tersebut sebesar -0,381 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,004. Temuan penelitian ini konsisten dengan beberapa hasil penelitian, seperti Hopwood (1972); dan Lau et al. (2008) yang menemukan bahwa keadilan organisasional cenderung menambah kepercayaan bawahan kepada pimpinan. Demikian sebaliknya, diskriminasi yang dirasakan dapat menciptakan rendahnya kepercayaan pegawai pada pimpinan.
Keadilan organisasional dalam konteks pengendalian akuntansi manajemen didesain dan dijalankan oleh organisasi melalui pimpinan atau manajemen. Sehingga, pegawai cenderung mengarahkan keadilan organisasioanl kepada pimpinan. Apabila pimpinan menjalankan kebijakan secara adil maka ada cenderung melahirkan kepercayaan pada pegawainya. Demikian pula sebaliknya, jika pimpinan cenderung bersikap diskriminasi terhadap pegawai maka akan menimbulkan rendahnya tingkat kepercayaan pegawai terhadap pimpinan.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 2
Hasil pengujian terhadap H2 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi. Pengaruh tersebut sebesar -0,331. Nilai critical ratio (CR) sebesar -2,951 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,003.
Temuan penelitian ini konsisten dengan beberapa hasil penelitian, seperti Parker dan Kohlmeyer (2005) yang menyatakan secara keseluruhan diskriminasi yang dirasakan secara negatif mempengaruhi komitmen organisasi. Temuan ini juga searah dengan temuan Enzher, Vallone, & Donaldson, (2001), yang menyatakan diskriminasi yang dirasakan (perceived diskrimination) dapat memprediksi tinggi rendahnya komitmen organisasional. Dan selanjutnya temuan pada penelitian ini mengkonfirmasi dan menegaskan pernyataan bahwa komitmen organisasi, menjelaskan tiga faktor yang terkait dalam komitmen organisasional yaitu: (1) kepercayaan yang pasti dan penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan organisasi; (2) keinginan untuk berusaha sekuat tenaga demi organisasi; (3) dan keinginan yang kuat untuk untuk tetap menjadi anggota organisasi (Porter, Steers, Modway, dan Boulin, 1974; Angle dan Perry, 1981). Berkurangnya nilai, semangat dan rasa memiliki sebagaimana terangkum dalam ketiga indikasi di atas menunjukkan komitmen organisasional yang rendah.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 3
Parker dan Kohlmeyer (2005) mendefinisikan keadilan organisasional sebagai kondisi pekerjaan yang mengarahkan individu pada suatu keyakinan bahwa mereka diperlakukan secara adil atau tidak adil oleh organisasinya. Lebih jauh dijelaskan bahwa keadilan organisasi merupakan motivator penting dalam suatu lingkungan pekerjaan. Ketika individu merasakan suatu ketidakadilan, moral mereka akan turun, mereka kemungkinan besar akan meninggalkan pekerjaannya, dan bahkan mungkin membalas dendam terhadap organisasinya.
Hasil pengujian terhadap H2 menemukan bahwa keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan berpengaruh negatif secara signifikan terhadap komitmen organisasi. Pengaruh tersebut sebesar 0,285 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,049. Hasil Penelitian ini konsisten dengan Parker dan Kohlmeyer (2005), yang menemukan bahwa persepsi keadilan yang diproksikan dalam diskriminasi yang dirasakan (perceived discrimination) mempengaruhi tingkat intensitas kemangkiran pegawai.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 4
Kepercayaan kepada pimpinan merupakan persepsi bahwa pimpinan berniat baik dan relevan terhadap karir dan status pegawai. Terkait dengan hubungan antara kepercayaan pada pimpinan dan kemangkiran pegawai pemerintah daerah, penelitian terdahulu secara konsisten menunjukkan pengaruh negatif yang signifikansi. Dalam setting akuntansi, penelitian terdahulu (Poznanski dan Bline, 1997) juga menunjukkan pengaruh negatif antara kepercayaan pada pimpinan dan intensitas kemangkiran pegawai. Namun demikian, hasil pengujian terhadap H4 pada penelitian ini menemukan bahwa kepercayaan pada pimpinan (KP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Hal ini disebabkan karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05. Oleh karena itu, temuan penelitian ini tidak mendukung Poznanski dan Bline (1997).
Berdasarkan hasil penelitian ini, mengindikasikan bahwa tingkat intensitas kemangkiran pegawai khususnya di Pemerintah Kota Metro tidak disebabkan oleh rendahnya kepercayaan pada pimpinan, tetapi lebih disebabkan oleh variabel lain. Adanya temuan ini, tentunya akan memberikan suatu pemahaman baru mengenai pengaruh negatif antara kepercayaan pada pimpinan dan intensitas kemangkiran pegawai yang tidak signifikan pada instansi Pemerintah Daerah. Selain itu, kepercayaan pada pimpinan tidak dapat menjadi variabel intermediasi antara pengaruh keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan terhadap intensitas kemangkiran pegawai, dan perlunya beberapa variabel lain, seperti kepuasan kerja mungkin perlu diteliti dalam kaitannya dengan intensitas kemangkiran pegawai.
5.2.2 Pembahasan Hipotesis 5
Komitmen organisasi telah diidentifikasi sebagai suatu faktor kritis dalam memahami dan menjelaskan hubungan perilaku kerja para karyawan dalam organisasi. Porter, et al. (1974); Parker dan Kohlmeyer (2005) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai kekuatan relatif identifikasi individual terhadap suatu organisasi dan keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap H5 menemukan bahwa pengaruh komitmen organisasi terhadap intensitas kemangkiran pegawai sebesar -0,060 dengan nilai p-value pada tingkat signifikansi 0,581. Karena nilai CR<1,96 dan signifikansi >0,05 maka komitmen organisasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai di Pemerintah Daerah Kota Metro. Dengan demikian, komitmen organisasi tidak dapat menjadi variabel intermediasi antara pengaruh keadilan organisasional yang diproksikan dengan diskriminasi yang dirasakan terhadap intensitas kemangkiran pegawai. Oleh karena itu, penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya seperti Parker dan Kohlmeyer (2005) yang menemukan bahwa komitmen organisasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap intensitas kemangkiran pegawai.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan segala nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan handout. Materi kuliah yang berupa handout Akuntansi Manajemen ini disusun berdasarkan perkembangan bisnis, sehingga sangat diperlukan bagi mahasiswa.
Materi kuliah ini terdiri dari topic-topik utama yang merupakan berbagai pemahaman dasar yang diperlukan dalam membuat laporan keuangan untuk kepentingan manajerial. Selain itu, juga dilengkapi beberapa soal latihan sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Penulis berharap handout ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah Metro. Akhir kata, handout ini tentunya masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan dikemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Lampung Timur, Pebruari 2011
Penulis
KATA PENGANTAR
Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42
Daftar pustaka
KATA PENGANTAR
Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42
Kumpulan Soal Latihan ………………………………………………………… 50
Daftar pustaka
BAB 1
INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Informasi
A. Jenis-jenis Informasi
Informasi merupakan suatu kenyataan, data atau datum yang dapat memberikan pengetahuan baru serta berguna bagi pihak yang menerimanya. Informasi ini sangat luas. Kita dapat membagi informasi dalam dua bagian:
a. Informasi kuantitatif, yaitu suatu informasi yang dapat dikuantitatifkan satuannya.
b. Informasi kualitatif, yaitu informasi yang tidak dapat dikuantitatifkan satuannya.
Informasi kuantitatif Informasi kualitatif
Informasi
Gambar : Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan.
Semua perangkat yang ada di dalam diri manusia maupun perusahaan pada dasarnya mempunyai peranan dalam menciptakan dan menyampaikan informasi. Hubungan informasi dengan pengambilan keputusan dapat dilihat di bawah ini.
Gambar : Hubungan Informasi dan Akibat Keputusan.
Informasi berasal dari lingkungan sosial dari sini muncul data, data dikumpulkan dan dijadikan menjadi informasi. Informasi ada yang sekilas dan ada yang mendalam. Semakin lengkap dan mendalam informasi semakin baik dalam pengambilan keputusan. Informasi ini dimasukan kedalam model keputusan, dari dalam model ini lahir keputusan. Keputusan akan menimbulkan tindakan dan tindakan ini akan berakibat hasil yang diperoleh atau kerugian yang diderita akibat keputusan tadi.
Dari segi lain Scott (1986: 67) menggambarkan proses sistem informasi sebagai berikut:
Transaksi: Dokumen:
Ekstern: - Faktur
Penjualan - Cek
Pembelian - Slip Gaji
Pembayaran - Kuitansi
Intern: Laporan:
Penggajian Laporan Keuangan
Penggunaan Beban Laporan Persediaan
Alokasi Laporan Penyimpangan
Gambar : Proses Sistem Informasi
Transaksi dimasukan ke dalam processing, kemudian proses oleh sistem informasi dan dikeluarkan dalam bentuk laporan atau bentuk dokumen yang akan menjadi dasar bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
Hubungan akuntansi, informnasi dan tujuan perusahaan dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
ALTERNATIF KEPUTUSAN
INFORMASI
KEPUTUSAN
TERBAIK
Gambar: Hubungan Akuntansi Informasi dan Tujuan Perusahaan
B. Sumber Informasi
Menurut Scott (dalam Harahap, 2003: 33), berdasarkan hasil riset empiris sumber informasi para manajer menurut tingkatanya berbeda-beda. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut
Sumber/ Tingkatan Pimpinan
Top Menengah Bawah
% % %
1. Dari Luar 35-45 10-15 5-10
2. Manajer di bawahnya 25-30 30-40 0
3. Sistem Komputer 15-20 30-40 65-25
4. Dari Bukan Komputer 10-15 15-20 0
Dari table diatas dapat kita lihat perbedaan porsi sumber informasi. Manajemen puncak porsi terbesar adalah dari luar, sedangkan pimpinan menengah hampir sama yaitu dari manajer dibawahnya dan dari system komputer, dan pimpinan bawah lebih banyak sumber informasinya dari komputer.
Menurut Chang (dalam Harahap, 2003 : 34) memberikan rangking sumber informasi yang dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para analis. Sumber informasi analis dapat diperoleh dari:
1. Informasi Keuangan
a. Laporan tahunan
b. Laporan intern
c. Filing perusahaan
d. Prospektur/ sirkulasi
e. Data keuangan menyeluruh
f. Data pasar modal
g. Ramalan analis keungan
h. Ramalan manajemen
2. Informasi Bukan Keuangan Kuantitatif
a. Statistik produksi
b. Statistik permintaan
c. Statistik ekonomi
3. Informasi Non Kuantitatif
a. Pidato dan pernyataan direksi/komisaris
b. News letter perusahaan
c. Komentar manajemen
d. Komentar analis keuangan
e. Statemen prees release keuangan dan perdagangan
f. Penilaian kredit independen
g. Penilaian pihak independen
h. Hubungan pribadi
i. Catatan kontrak sebelumnya
C. Kualitas Informasi
Dalam manajemen perusahaan khususnya dalam proses pengambilan keputusan maka manajemen memerlukan informasi yang harus memiliki sifat-sifat:
1. Akurat
2. Dapat di percaya
3. Lengkap (mendalam)
4. Tepat waktu
5. Relevan
6. Singkat padat
7. Terus terang
2. Pengambilan Keputusan
Kegiatan Analisa Laporan Keuangan tidak terlepas dari masalah manajemen bisnis. Dalam kegiatan bisnis kita selalu dihadapkan berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap masalah akan berdampak ekonomis. Kerugian atau keuntungan. Agar seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka ia perlu mencari dan mengumpulkan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan keputusan dapat menghasilkan yang teerbaik. Kegiatan analisa laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih bayak. Lebih baik, akurat dan dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik peranan model dan informasi sangat penting. Bahkan dalam perkembangan tehnologi akhir-akhir ini proses pengambilan keputusan sudah menggunakan teknologi seperti yang disebut AI (Artificial Inteligence), IT (Information Technology), Cybernetic, Expert System, Delphi System, dan lain sebagainya. Dalam proses pengambilan keputusan peranan informasi penting. Semakin banyak dan semakin akurat informasi mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia bisnis, keputusan yang salah akan rugi bagi perusahaan dan keputusan yang baik akan menghasilakan keuntungan (laba) bagi perusahaan. Trend informasi dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
Gambar: Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan
Terdapat beberapa factor yang menghambat pengambilan keputusan bisnis, yaitu:
a. Certainty, yaitu kemungkinan akibat yang akan timbul diketahui dengan pasti. Misal: jika bahan rusak dimasukkan ke proses produksi, maka hasil akan rusak pula.
b. Risk, yaitu kemungkinan akibat diketahui tetapi tidak jumlah nialinya. Misal: memproduksi jenis baru.
c. Uncertainty, yaitu kemungkinan yang timbul tidak diketahui dan tidak pasti, termasuk alternatif dan akibatnya juga tidak pasti. Misal: memulai atau membuka bisnis yang baru.
BAB 2
DASAR-DASAR LAPORAN KEUANGAN
1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir priode untuk suatu perusahaan; atau catan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahan yang telah menjalankan perusahaan selama satu priode (biasanya satu tahun). Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (IAI, 1974 ) laporan keungan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi - laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampirn-lampiranya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana.
2. Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
a. Sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
b. Alat komunikasi antara aktivitas perusahan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahan, seperti para kreditur/calon kreditur, investor/calon investor, bankers, pemerintah dan lain-lain.
c. Sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang efektif bagi manajemen, misalnya:
• Mengukur tingkat biaya dari kegiatan perusahaan.
• Untuk mengukur efisiensi poses produksi dan tingkat keuntungan yang dicapai.
• Untuk menentukan perlu tindaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
3. Sifat dan Keterbatasan laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Bersifat Tentative
Artinya bahwa laporan keuangan bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena umur perusahaan tidak terbatas sehingga perlu dibuat laporan secara periodik untuk mengukur keberhasilan perusahaan tersebut.
b. Kebenaran bersifat relative
Artinya bahwa laporan keuangan tidak menunjukan kebenaran yang mutlak tentang nilai harta, utang atau modal.
Hal ini disebabkan karena:
a. Data Historis
Laporan keuangan didasarkan dari fakta catatan akuntansi yang bersifat historis sehingga harta, utang dan modal dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya peristiwa tanpa memperhitungkan terjadinya perubahan nilai mata uang.
b. Prinsip-prinip dan Kebiasaan Dalam Akuntansi
Laporan keuangan disusun beridasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (generally accepted accounting principles).
Tujuan penggunaan prinsip adalah:
- Untuk memudahkan dalam pencataan
- Untuk keseragaman Laporan kauangan
c. Pendapat Pribadi (personal judgment)
Laporan Keuangan tidak terlepas dari pendapat pribadi yang penggunaanya tergantung dari akuntan dan manajemen perusahan.
Keterbatasan Laporan Keuangan diantaranya adalah:
1. Bersifat histories, sehingga mungkin sudah tidak relevan lagi dengan keadan sekarang.
2. Bersifat umum dan bukan untuk tiap-tiap pemakai
3. Didasarkan atas perkiraan kebutuhan pemakai.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uang dan perubahan nilai uang tidak tercermin dalam laporan keuangan
5. Memakai konsep konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian sehingga tidak terlepas dari pemakaian pertimbangan dan taksiran-taksiran.
4. Prinsip-prinsip laporan Keuangan
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari setiap sifat dan ciri dari laporan keuangan, yaitu:
* Entitas * Materialitas
* Kontinuitas usaha * Harga pertukaran
* Pengukuran * Accrual basis
* Periode laporan * Penaksiran
* Unit moneter * Pertimbangan
* Tujuan umum * Laporaan terkait
BAB 3
BENTUK-BENTUK LAPORAN KEUANGAN
Terdapat tiga pertanyaan yang harus dijwab oleh seorang Akuntansi melalui proses akuntansi yaitu:
1. Bagaimana usaha perusahaan selama satu periode ?
2. Bagaimana modal pemilik yang tertanam dalam perusahaan ?
3. Bagaimana posisi keuangan / kekayaan perusahaan pada akhir periode ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut disusun laporan keuangan yang berupa:
1. Laporan rugi - laba (income statement)
2. Laporan perubahan modal (statement of owner capital)
3. Neraca (balance sheet)
Skema : bentuk Laporana Keuangan
Singgle Step
Laporan Rugi Laba
Multiple Step
Laporan keuangan Lap. Perubahan modal/ laba ditahan
Scontro / Horizontal
Neraca
Stafel / Vertikal
1. LAPORAN RUGI - LABA
Merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya dan rugi- laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
Bentuk laporan rugi - laba terdir dari;
a. Bentuk Singgle Step
Yaitu penyusunan laporan rugi - laba yang dilakukan dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya.
b. Bentuk Multiple Step
Yaitu penyusutan laporan rugi - laba yang dilakukan secara bertahap.
2. LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Merupakan laporan yang menyajikan tentang perubahan modal yang terjadi selama satu periode. Pada perusahaan perseroan (PT) disebut laporan laba ditahan.
3. NERACA
Merupakan laporan sistematis tentang aktiva, hutang dan modal suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Bentuk neraca terdiri dari:
a. Bentuk Scontro (Account Form)
Yaitu neraca yang disusun secara sebelah - menyebelah, dimana sebelah kiri/ debet untuk aktiva sedangkan sebelah kanan/kredit untuk hutng dan modal.
b. Bentuk Stafel (Report Form)
Yaitu neraca yang disusun dari atas ke bawah, yaitu dengan urutan aktiva, hutang kemudian modal.
BAB 4
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Analisa terhadap laporan keuangan dimaksudkan agar data keuangan tersebut dapat lebih berarti dalam mendukung keputusan yang akan diambil baik oleh manajemen maupun pihak ekstern yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
A. Likwiditas Perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban keuangan pada saat ditagih. Atas dasar tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- perusahaan yang Likwid
- perusahaan yang Illikwid
Kewajiban keuangan tersebut dapat dibedakan menjadi:
a. Kewajiban berhubungan dengan pihak diluar perusahaan / kreditur, disebut likwidas badan usaha.
b. Kewajiban berhubungan dengan proses produksi / intern perusahaan, disebut likwiditas perusahaan.
B. Solvabilitas Perusahaan
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila dilikuidasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Atas dasar hal tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- Perusahaan Solvabel
- Perusahaan Insolvabel
C. Rentabilitas/Profitabilitas
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba/keuntungan selama periode tertentu.
D. Stabilitas Usaha
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan stabil.
Beberapa metode yang sering dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan akan diuraikan masing-masing berikut ini.
2. Teknik Analisa Laporaan Keuangan
Untuk dapat mengetahui teknik analisa laporan keuangan, maka seorang analis harus menguasai tentang:
• Cara menyusun laporan keuangan
• Konsep, sifat dan karakteristik laporan keuangan
• Teknik analisa laporan keuangan; dan
• Segment dan bisnis yang akan dianalisa
Terdapat beberapa teknik yang sering dipergunakan dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan, yaitu: analisa perbandingan, analisa rasio keuangan, analisa kredit, analisa sumber dan penggunaan dana dan lain sebagainya. Untuk dapat memahami berbagai macam teknik tersebut, berikut ini akan diuraikan masing-masing secara singkat dan jelas.
A. ANALISA PERBANDINGAN
Merupakan metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memperbandingkan untuk dua periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut, misalnya:
• Laba/rugi yang sifatnya operasional maupun insidentil
• Diperoleh aktiva baru/perubahan bentuk aktiva
• Timbul/lunas/perubahan bentuk hutang
• Penambahan/pengurangan modal dan lain-lain.
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
NERACA PERBANDINGAN
TAHUN 2008 - 2009
POS-POS NERACA
31 DESEMBER Kenaikan/Penurunan RASIO % Dari Total
2008 2009 Rp % 2008 2009
Kas
Barang Dagangan
Piutang
Tanah
Bangunan
Aktiva Tetap Lain 8.000
40.000
20.000
75.000
50.000
40.000 16.000
30.000
5.000
90.000
75.000
50.000 8.000
10.000
15.000
15.000
25.000
10.000 100
25
75
20
50
25 2,0
0,75
0,25
1,20
1,50
1,25 3
17
9
32
22
17 6
11
2
34
28
19
JUMLAH 233.000 266.000 33.000 14 1,14 100 100
B. ANALISA TREND DALAM PROSENTASE
Analisa trend dalam prosentase (trend percentage analysis) merupakan metode analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan, yaitu apakah menunjukan tendensi naik, tetap atau menurun.
Syarat-syarat penerapan analisa trend adalah:
• Prinsip-prinsip akuntansi diterapkan secara konsisten
• Tidak terjadi perubahan nilai uang secara tajam
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
LAPORAN RUGI/LABA PERBANDINGAN
TAHUN 2006 - 2009
KETERANGAN TAHUN
(Dalam ribuan rupiah) Trend dalam %
2006 = 100 %
2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Penjualan Netto
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Penjualan
Biaya Administrasi
Biaya Operasi
Laba Operasi
Pendapatan Lain-lain
Laba Bersih 2.800
1.940 2.860
1.970 3.310
2.200 3.740
2.550 102
102 118
113 134
131
860 890 1.110 1.190 103 129 138
430
190 430
200 460
230 500
250 100
105 107
121 116
132
620 630 690 750 101 111 121
240
50 260
60 420
70 44
100 108
120 175
140 183
200
290 320 490 540 110 169 186
C. ANALISA RASIO
Analisa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbngan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama apabila ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio yang digunakan sebagai standar.
RASIO MODAL KERJA ATAU LIKWIDITAS
1. Current Ratio
Ratio ini menunjukan tingkat keamanan ( margin of safety ) atas kreditur jangka pendek; atau menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut:
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar
2. Acid Test Ratio
Disebut juga Quick Ratio, yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya tanpa memperhitungkan persediaan.
Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick Ratio =
Hutang Lancar
Ratio ini dimulai lebih tajam daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat likwid.
Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan adanya investasi yang besar dalam persediaan.
3. Perputaran Piutang
Atau Turn Over Receivable, yaitu menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Total Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Piutang Rata-rata
Semakin tinggi ratio turn over menunjukan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sehingga keuntungan bagi perusahaan.
Sedangkan untuk mengetahui berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih (days of receivable ) adalah:
Piutang Rata-rata x 360 360
Days of Receivable = atau
Penjualan Kredit Perputaran Piutang
Semakin tinggi ratio days of receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Contoh:
KETERANGAN 2008 2009
Penjualan Kredit
Piutang : Awal Tahun
Akhir Tahun
Rata-rata Piutang
Tingkat Perputaran piutang
Days Of Receivable Rp 1.500.000,-
Rp 450.000,-
Rp 550.000,-
Rp 500.000,-
3
120 Rp 2.400.000,-
Rp 550.000, -
Rp 650.000,-
Rp 600.000,-
4
90
Keterangan:
1. Turn over menunjukan bahwa penagihan piutang rata-rata sebanyak 3 kali dalam satu tahun.
2. Days of receivable menunjukan bahwa rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang adalah selama 120 hari.
3. Turn over 3 atau 300% berarti bahwa penjualan tahun tersebut sebesar 300% dari rata-rata piutang.
4. Ratio 300% juga menunjukan bahwa Rp. 3 penjualan kredit maka sebesar Rp. 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun.
4. Perputaran Persediaan
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.
Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga macam persediaan:
Cost of raw material used
a. RAW MATERIAL TURNOVER =
( Barang mentah ) Average raw material inventory
Cost of good manufacturred
b. GOODS IN PROCESS TURNOVER =
(Barang dalam proses) Average work in process inventory
Cost of goods sold
c. FINISHED GOODS TURNOVER =
(Barang jadi ) Average finished goods inventory
Contoh:
RAW MATERIAL INVENTORY
- Persediaan 1/1 Rp. 300.000,- - Cast of material used Rp.20.000,-
(ke Wip)
- Pembelian selama setahun Rp. 100.000,- - Persediaan 31 / 12 Rp. 10.000,-
Rp. 130.000,- Rp. 130.000,-
120.000
RAW MATERIAL INVENTORY = = 6 kali
(30.000 + 10.000) : 2
WORK IN PROCES (WIP) INVENTORY)
- Persediaan 1 / 1 Rp. 50.000,- - Cast of goods manufacturing
- Raw material used Rp. 120.000,- (ke finished goods) Rp. 120.000,-
- Direct Labour Rp. 100.000,- Persediaan 31 / 12 Rp. 150.000,-
- Overhead Rp. 80.000,- Rp. 350.000,-
Rp. 350.000,-
200.000
WIP TURNOVER = = 2 kali
(50.000 +150.000)
FINISHED GOODS INVENTORY
- Persediaan 1/ 1 Rp. 200.000,- - CGS Rp. 300.000,-
- WIP Rp. 200.000,,- - Persediaan Rp. 100.000,-
Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-
300.000
FINISHED GOODS INVENTORY = = 2 kali
( 200.000 + 100.000 ) : 2
RASIO PENGUKURAN SOLVABILITAS
1. Rasio Modal dengan Total Asset
Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam aktiva serta margin of protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.
Rumus:
Modal Sendiri
Total Asset
2. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity ) lebih menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri.
Rumus:
Modal Sendiri
Aktiva Tetap
3. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Merupakan ratio untuk mengetahui tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur jangka panjang atau untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang tersebut dijamin dengan aktiva tetap yang dimilki perusahaan.
Rumus:
Aktiva Tetap
Hutang Jangka Panjang
RATIO PENGUKUR RETABILITAS
1. Ratio Operating Income dengan Operating Assets
Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Rumus:
Operting income Laba usaha
=
Operating Asset Aktiva usaha
Apabila ratio ini rendah menunjukan adanya beberapa kemungkinan, yaitu:
• Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan dalam rangka memperoleh penjualan.
• Mencerminkan rendahnya volume penjualan jika dibandingkan dengan biaya yang diperlukan.
• Adanya inefisiensi pada perusahaan
• Adanya kegiatan perusahaan yang menurun.
2. Gross Margin Ratio
Rumus: Laba kotor
Penjualan
3. Operating Margin Ratio
Rumus: Laba usaha
Penjualan
4. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rumus:
Earning after tax
Modal sendiri
BAB 5
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
1. Definisi Modal Kerja
Terdapat 3 konsep yang digunakan untuk mendefinisikan modal kerja, yaitu:
A. Konsep Kuantitatif
Modal kerja dalam konsep ini meliputi seluruh aktiva lancar (gross working capital) yang dimiliki perusahaan atau jumlah dana yang tersedia untuk membiayai operasi jangka pendek. Konsep ini tidak mempertimbangkan kwalitas dari modal kerja, apabila modal kerja dibiayai dari modal pemilik atau dari kreditur sehingga modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of society para kreditur jangka pendek serta tidak mencerminkan tingkat likwiditas perusahaan tersebut.
B. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar terhdap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu aktiva lancar yang berasal dari kreditur jngka panjang dan para pemilik perusahaan.
Dengan demikian modal kerja menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang jangka pendek sehingga mencermink margin of protection bagi kreditur jangka pendek.
C. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah jumlah dana yang dimiliki dan digunaka dalam rangka menghasilka pendaatan / laba dari usaha pokok perusahaan.
2. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan pada periode tertentu. Sumber-sumber modal kerja akan bertambah apabila:
a. Adanyakenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun tambahannya investasi dari pemilik perusahaan.
b. Adanya penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
c. Adanya penambahan hutang jangka panjang yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang aakan menurunkan modal kerja meliputi:
a. Pembayaran biaya operasi perusahaan.
b. Adanya pembentukan atau pembelian aktiva tetap.
c. Adanya penambahan dan pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran-pembayaran hutang jangka panjang
e. Adanya pengambilan uang untuk prive
f. Adanya kerugian-krugian yang dialami perusahaan.
Contoh:
Berdasarkan Neraca dan Laporan Rugi-Laba pada PT AZAHRA dapat dibuat Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja sebagai berikut:
PT. AZ ZAHRA
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
Periode 2008 – 2009
Sumber Modal Kerja
a. Laba usaha Rp. 1.155.400
b. Depresiasi Rp. 83.500
c. Penjualan saham Rp. 800.000
+
Rp. 1.838.900
Penggunaan modal kerja
a. Gedung Rp. 400.000
b. Alat-alat kantor Rp. 150.000
c. Membayar utang obligasi Rp. 150.000
d. Deviden Rp. 633.500
+
Rp. 1.333.500
Kenaikan Modal Kerja Rp. 505.500
BAB 6
ANALISA BREAK EVEN POINT
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Untuk dapat mencapai laba yang besar manajemen dapat melakukanberbagai langkah, misalnya:
a. Menekan biaya serendah mungkin, dengan mempertahankan harga jual dan volume penjualan .
b. Menekankan harga jual sesuai laba yang dikehendaki.
c. Meningkatkan volume penjualan.
Tetapi hal tersebut diatas saling berhubungan sehingga sulit untuk dilaksanakan. Lihat skema dibawah ini:
BIAYA
VOLUME PRODUKSI HARGA JUAL
VOLUME PENJUALAN
Sedangkan Analisa Break Even Point (BEP) merupakan teknik analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh keuntungan.
Dengan analisa ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Cara penentuan Break Even Point sebagai berikut:
Biaya Tetap
BEP (UNIT) =
Harga jual per unit – biaya variable per unit
Biaya Tetap
BEP (Rp) =
1 – Biaya Variabel
Penjualan
Contoh:
Suatu perusahaan berkapasitas sebesar 200 unit produk mempunyai data sebagai berikut:
- Harga per- unit Rp 2.000,-
- Biaya Variabel per- unt Rp 500,-
- Dan biaya tetap sebesar Rp 180.000,-
Diminta : 1. Hitunglah BEP (dalam unit dan rupiah )
2. Gambarlah grafiknya
Penyelesaian:
Rp. 180.000
BEP (unit)
Rp. 2.000 – Rp. 500
= 120 unit
Rp. 180.000
BEP (Rp) =
1 – Rp 500
Rp 2.000
= Rp 240.000,-
Berdasarkan data di atas dapat dilihat perhitungan penghasilan dan total, yaitu:
Vol.
Penjualan Penjualan Biaya
Tetap Biaya Variabel Biaya
Total Laba
( rugi )
0 Unit
40 Unit
80 Unit
120 Unit
160 Unit
200 Unit -
Rp 80.000
Rp 160.000
Rp 240.000
Rp 320.000
Rp 400.00 Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000 -
Rp 20.000
Rp 40.000
Rp 60.000
Rp 80.000
Rp 100.000 Rp 180.000
Rp 200.000
Rp 220.000
Rp 240.000
Rp 260.000
Rp 280.000 Rp 180.000
Rp 120.000
Rp 60.000
-
Rp 60.000
Rp 120.000
Grafik BEP sebagai berikut:
Penjualan / biaya penjualan
Biaya variabel
Rp. 240.000
Rp. 180.000 Biaya tetap
Unit
120
Unit penjualan
ANALISA SHUT DOWN POINT
Analisa keputusan menutup usaha (shut down point) pada prinsipnya sama dengan analisa break even point. Tetapi pada analisa ini membedakan biaya tetap menjadi biaya tetap tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluran uang dan biya yang tidak memerlukan pengeluaran uang (sank cost). Kemudian shut point dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap tunai
Shut Down Point =
Harga jual per unit – biaya variable per unit
Biaya tetap tunai
Shut Down Point (Rp) =
1 – Biaya variabel
Penjualan
Contoh:
Dengan menggunakan data di atas diketahui bahwa biaya tetap total Rp. 180.000,- yang Rp. 30.000,- merupakan sunk cost; maka penjualan minimal agar dapat menutup biaya tunai (shut down point) adalah:
Rp. 150.000
SDP (Unit) = = 100 Unit
Rp. 2.000 – Rp. 500
Sedangkan penjualan minimal dalam rupiah adalah:
Rp. 150.000
SDP (Rp) = = Rp 200.000,-
1 – Rp. 500
Rp. 2.000
BAB 7
ANALISA LABA KOTOR
Analisa ini ditunjukan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor ( gross profit) pada suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui manajemen atau bagian mana yang bertanggung jawab atas adanya perbedaan trsebut.
Analisa Laba kotor dapat dilakukan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Faktor Perubahan Hasil Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga Jual (sales price variance)
Yaitu selisih antara harga jual sesungguhnya dengan harga jual anggaran atau tahun sebelumnya.
Rumus:
SHJ = Selisih harga jual
Ks = Kuantitas sesungguhnya
HJs = Harga jual sesungguhnya
Hja = Harga jual dianggarkan
Apabila HJs Hja menunjukan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan.
b. Selisih Kuantitas Penjualan (sales volume variance)
Yaitu selisih antara kuantitas produk sesungguhnya yang terjual dengan kuantitas yang dianggarkan.
Rumus:
SHJ = Selisih kuantitas penjualan
Ks = Kuantitas sesungguhnya
Ka = Kuantitas dianggarkan
Apabila Ks Ka berarti menuntungkan bagi perusahaan.
2. Faktor Harga Pokok Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga – Harga Pokok Penjualan (cost price variance)
Yaitu perbedaan antara harga – harga pokok penjualan per-unit (unit cost) menurut anggaran dengan yang sesungguhnya.
Rumus:
H-HPPs = Harga – harga pokok penjualan sesungguhnya
H-HPPa = Harga – harga pokok penjualan dianggarkan
Apabila H-HPPs H-HPPa menunjukan keadaan yang merugikan.
b. Selisih Kuantitas – Harga Pokok Penjualan (cost volume variance)
Yaitu perbedaan antara kuantitas harga pokok penjualan yang sesungguhnya yang dijual dengan kuantitas yang dianggarkan.
Rumus:
Apabila Ks Ka menunjukan keadaan yang merugikan.
Contoh: Analisa laba Kotor
Dari laporan PT. MAKMUR diketahui perincian anggaran dan realisasi setiap produk yang dijual sebagai berikut:
PT. MAKMUR
ANGGARAN LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 10.000
15.000
25.000 Rp 50,-
Rp 40,-
Rp 16,- Rp 500.000,-
Rp 600.000,-
Rp 400.000,- Rp 40,-
Rp 25,-
Rp 9,- Rp 400.000,-
Rp 375.000,-
Rp 225.000,- Rp 100.000,-
Rp 225.000,-
Rp 175.000,-
Total 50.000 - Rp1.500.000,- Rp1.000.000,- Rp 500.000,-
PT. MAKMUR
REALISASI LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 13.000
15.000
20.000 Rp 50,-
Rp 38,-
Rp 19,- Rp 650.000,-
Rp 570.000,-
Rp 380.000,- Rp 38,-
Rp 26,-
Rp 9,- Rp 494.000,-
Rp 390.000,-
Rp 180.000,- Rp 156.000,-
Rp 180.000,-
Rp 200.000,-
Total 50.000 - Rp1.600.000,- Rp1.064.000,- Rp 536.000,-
Dari data tersebut diminta menganalisa penyebab perbedaan laba kotor yang meliputi:
1. Selisih penjualan a. Selisih harga jual
b. Selisih kuantitas penjualan
2. Selisih harga-harga pokok penjualan
a. Selisih harga-harga pokok penjualan
b. Selisi kuantitas harga pokok penjualan
Penyelesaian: PT. MAKMUR
ANALISA SELISIH LABA KOTOR
TAHUN 2009
Laba kotor sesungguhnya ………………… Rp 536.000,-
Laba kotor dianggarkan …………………… Rp 500.000,-
Selisih laba kotor ………………………………………….. Rp 36.000,- ( L )
1. Selisih Penjualan
Penjualan sesungguhnya ……………… Rp 1.600.000,-
Penjualan dianggarkan ……………….. Rp 1.500.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 100.000,- ( L )
a. Selisih Harga Jual
A = 13.000 ( Rp 50 – Rp 50 ) …….. Rp -
B = 15.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 30.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 19 – Rp 16 ) …….. Rp 60.000,- ( L )
Rp 30.000,- ( L )
b. Selisih Kuantitas Penjualan
A = Rp 50 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 150.000,- ( L )
B = Rp 40 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 16 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 80.000,- ( R )
Rp 70.000,- ( L )
2. Selisi Harga Pokok Penjualan
HPP sesungguhnya ……………… Rp 1.064.000,-
HPP dianggarkan ……………….. Rp 1.000.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 64.000,- ( R )
a. Selisih Harga HPP
A = 13.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 26.000,- ( L )
B = 15.000 ( Rp 26 – Rp 25 ) …….. Rp 15.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 9 – Rp 9 ) ……….. Rp -
Rp 11.000,- ( L )
b. Selisih Kuantitas HPP
A = Rp 40 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 120.000,- ( R )
B = Rp 25 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 9 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 45.000,- ( R )
Rp 75.000,- ( R )
SKEMA ANALISA LABA KOTOR
BAB 8
ANALISA KEPUTUSAN KREDIT
1. Pendahuluan
Fungsi bank adalah memberikan pelayanan kepada pemerintah, masyarakat, dunia usaha baik perseorangan maupun perseroan (PT). Kegiatan perbankan sangat penting adalah membiayai proyek-proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru meupun yang sedang berkembang dalam wujud penyediaan dana atau pemberian kredit.
Pemberian kredit ini mengandung tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari atau memperkecil resiko kredit yang meungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat-syarat teknis yang terkenal dengan 5 C, yaitu:
1) Character
Bank dapat mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Untuk mengetahui bagaimana karakter calon nasabah, bank dapat melakukan:
a. Mengenal dari dekat
b. Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dalam perbankan
c. Mengmpulkan keterangan dan minta pendapat dari rekan-rekannya, pgawai dan saingan mengenai reputasi kebiasaan pribadi, pergaulan social dan lain-lain.
2) Capasity
Ini menyangkut pimpinan perusahaan beserta sifatnya baik dalam manajemen atau keshlian usahanya. Untuk tu bank harus memperhatikan:
a. Angka-angka hasil produksi
b. angka-angka untuk penjulnan dan pembelian
c. Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya
d. data-data finansiil diwaktu–waktu lalu yang tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan
3) Capital
Menunjukan posisi finansiil secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansiilnya dan penekanan pada komposisi “tangiblened work” nya bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan modal sendiri. Untuk itu bank harus:
a. Menganalisa neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir.
b. Mengadakan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dari
perusahaan calon peminjam kredit.
4) Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan bank:
a. Meneliti mengenai pemilik jaminan tersebut
c. Mengukur stabilitas dari pada nilainya.
d. Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa mengurangi nilainya.
e. Memperhatikan keningkatan barang yang benar-benar menjamin kepentingn bank sesuai dengan hokum yang berlaku.
5) Condition
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sector usaha si peminjam kredit. Untuk itu bank harus:
a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam.
b. .Kondisi usaha calon peminjam.
c. Keadaan pemasaran dari hasil usah calon peminjam.
d. Prospek usah dimasa yang akan datang.
e. Kebijkan pemerintah yang mempengaruhi terhadap prospek industri dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.
Di samping formula “5C” dalam pembelian kredit bank akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit, antara lain:
1). Aspek Umum: dalam hal ini harus diteliti masalah-masalah:
a. Bentuk nama dan alamat perusahaan
b. Susunan manajemen
c. Bidang usaha
d. Keterangan tentang jumlah pegawai/ buruh
e. Kebangsaan
f. Bank langganan
g. Bagan organisasi
2 .Aspek Ekonomi/ Komersiil: Yang meliputi masalah:
a. Pemasaran dan keadaan harga
b. Persaingan
c. Jumlah penjualan dari tiap-tiap jenis produk
d. Cara penjualan
e. taksiran permintan dan sebagainya.
3. Aspek Teknik: yang harus diteliti adalah:
a. Bahan baku dan penolong yang dibutuhkan.
b. Tanah dan tempat pabrik
c. Bangunan (milik, umur, sewa, harga )
d. Urutan-urutan proses produksi
e.Perincin mesin dan peralatan
f. Jumlah produksi
g. Tersedianya tenaga kerja (keahlian, pendidikan, tingkat upah),
h. Tenaga penggerak PLN dan PAM dan sebagainya.
4. Aspek Yuridis
Memenuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin-izin yang diperlukan.
5. Aspek Kemanfatan dan kesempatan kerja. Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Aspek ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur perekonomian.
b. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh proyek yang bersangkutan.
c. Termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah
6. Aspek keuangan. Dengan melakukan penilaian keuangan disamping dapat diketahui likuiditas, solvabilitas, revabilitas serta stabilitas usaha. Juga akan diketahui berapa lama suatu investasi akan dikembalikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan dalam pemberian kredit didasarkan atas kesimpulan dari hasil penelitian aspek keuangan. Jadi aspek keuangan di dalam pertimbangan kredit memegang peranan penting. Dalam hubunganya dengan penilaian aspek finasiil suatu premohonan kredit, hal-hal yang diperlukan:
1. Neraca dan laporan rugi - laba
2. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
3. Neraca penerimaan dan pegeluaran kas (cash budget)
4. Proyek laporan keuangan
5. Penilaian proyek investasi
6. Perhitungan kebutuhan kredit
7. Rencana angsuran kredit (repayment schedule)
BAB 9
MODEL PREDIKSI KEUANGAN
Teknik dalam membuat perencanaan keuangan sudah banyak dikenal dan terus menjadi bidang penelitian para ahli. Dalam bab ini akan dibahas berbagai model maupun rumusan yang dapat dipergunakan untuk mempermudah dalam memprediksi keuangan.
Model prediksi ini dapat juga dimasukan sebagai bagian dari bidang analisa laporan keuangan karena salah satu tujuan dari analisa laporan keuangan itu adalah meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam rumus atau model ini bahkan banyak digunakan angka-angka laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan.
Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain:
1. Liner Programming.
2. Delphi Forcasting.
3. Time Series Forcasting (trend).
4. Break Even Analisys.
5. Just In Time (JIT).
6. Economic Order Quantity (EOQ).
Model ini dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut.
1. Liner Programming
Linier programming (LP) digunakan untuk merencanakan memprediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini kita dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.
2. Delphi Forcasting
Delphi system ini hampir sama dengan metode expert system. Disini metode expert system disempurnakan dengan metode diskusi antar para ahli, didebat, dan akhirnya pada sampai kesimpulan terbaik yang merupakan konsekuensi para ahli.
3. Tiem Series Forcasting (Trend)
Di sini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis trend yang terbaik dan kemudian dari kecendrungan garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik analisa Time Series dapat dipakai untuk membuat trend ini.
4. Break Even Analysis
Salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis keuangan adalah teknik Break Even Analysis atau Cost Volume Profit Analysis. Metode ini mencoba mencari dan meganalisa perilaku hubungan antara besarnya biaya besarnya volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari angka hasil analisa ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainya yang dibutuhkan.
5. Just In Time Model (JIT)
Upaya untuk meningkatkan produktifitas dan menekan pemborosan dan ketidak-efesienan lainya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar baru-baru ini diperkenalkan adalah JIT Model. Model ini menunjukan bahwa konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir-akhir ini sehingga dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah tanggap terhadap pengertian JIT ini. Menurut Johanson (1990) dalam artikel Management Accounting dengan judul Preparing For Accounting System Changes, perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model / filosofi yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Penekanan pada prinsip visibility sehingga dengan demikian setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai kesempatan/ atau peluang.
2. Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi harus disesuakan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3. JIT menghendaki kesederhanaan / kemudahan bukan kerumitan.
4. Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistick” atau global. Konsep harus diterima secara umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
5. JIT menganut konsep perbaikan terus-menerus.
JIT merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya menghilngkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal dan yang digunakan hanya yang benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan merupakan:
• Program / kebijaksanaan persediaan.
• Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan.
• Fenomena kebudayaan.
• Proyeksi penggunaan bahan.
• Proyeksi kebutuhan bahan.
• Obat mujarap bagi manajer yang lemah.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah:
1. Sikap Awareness/Education
Setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus dari pada tidak dicoba sama sekali.
2. House- Keeping
Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan atau harta perusahaan baik yang dibawah pengawasan maupun yang diluarnya.
3. Quality Improvement
Kwalitas harus terus ditingkatkan untuk menuju “zero defects” (tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera menyetop operasi dan langsung melakukan koreksi.
4. Uniform Plant Load (UPL)
Artinya jika kita menjual harian maka produksi harus harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.
5. Redesign Process Flow
Untuk memenuhi konsep UPL diatas maka kegiatan produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per departemen.
6. Set up Reduction
Dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar-benar sesuai kebutuhan.
7. Supplier Net Work
Jaringan permasalahan harus dapat diatur edemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit, jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, work in process (WIP) berada dalam jumlah minimum dan alat-alat tidak pernah berhenti percuma.
6. Economic Order Quantity
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan memberikan angka berapa pesanan sebaiknya dilakukan untuk sekali pesanaan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling efisien. Perhitungan adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:
EOQ = 2 O A
C
A = Jumlah bahan yang digunakan per tahun
O = Rata-rata biaya yang keluarkan untuk mendapt dan melakukan order
C = Carrying Cost biaya yang diperlukan oleh perusahaan dalam 1 tahun untuk per unit biaya Asuransi, biaya penyimpanan.
Contoh:
PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun yaitu 5400 unit. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pesanan (order) adalah Rp 10 000,-. Sedangkan untuk satu unit dibutuhkan biaya Carrying Cost sebesar Rp 1.200,-.
Berapa jumlah pesanan optimum untuk sekali pesanan?
EOQ = 2 5.400 10.000
1.200
= 300 Unit
Jadi dalam satu tahu kita melakukan pembelian sebanyak 300 unit sekali pesanan. Dengan kata lain untuk memenuhi bahan sebanyak 5.400 unit kita harus melakukan pemesanan 18 kali (5.400/300).
MODEL LAIN UNTUK MELAKUKAN PREDIKSI KEUANGAN
Para ahli banyak berupaya melakukan berbagai studi untuk mencoba melakukan peramalan-peramalan dengan menggunakan berbagai rumus, model dengan bahan rasio laporan keuangan. Studi empiris ini dilakukan terhadap berbagai perusahaan dalam jangka periode waktu tertentu. Dan biasanya setiap ahli memiliki berbagai metode yang berbeda satu sama lain tergantung data yang diperolehnya dari sumber data penelitian serta metodologinya.
Dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengganti laporan keuangan berapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu rumusan dalam bentuk model-model prediksi. Beberapa model prediksi yang dikenal adalah:
a. Band Rating
Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. Peringkat ini dikategorikan berturut-turut, misalnya dalam bentuk AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. Model dan peringkatan ini telah dikenal di Indonesia khususnya di pasar modal.
b. Bankruptcy Model
Model ini memberikan rumusan untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumusan yang akan diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut.
c. Net cash Flow Predication model
Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk bersih perusahaan tahun depan.
d. Take over Prediktion Model
Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan perusahaan ini akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.
Di bawah ini akan kita gambarkan empat macam model yang merupakan bagian dari model tersebut:
1. Model untuk tingkat peramalan tingkat kwalitas obligasi yang dijual di pasar modal yang dibuat oleh Ahmed Belkaoui disebut Belkaoui’s Bond Rating Model.
2. Model untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang di buat oleh Altman disebut Altman’s Bankruptcy Prediktion Model. Model ini popular juga disebut 2-score.
3. Bernstein dan Maksy merumuskan model untuk meramalkan Net Cash Flow From Operating yang disebut Bernstein and Maksy’s Net Cash Flow Next Year Predication Model.
4. Model untuk memulai perusahaan yang akan diambil alih (take over). Model ini dibuat oleh Ahmed Belkaoui sehingga disebut Belkaoui’s Take Over Prediktion Model.
KUMPULAN SOAL-SOAL LATIHAN
SOAL 1
Berikut ini nadalah harga jual dan biaya-biaya yang terjadi pada toko “ABADI” Metro:
Harga jual Rp 5.000,-
Harga pokok penjualan variabel per unit Rp 4.000,-
Biaya penjualan variabel per unit Rp 250,-
Biaya tetap tahunan:
- Biaya BOP tetap Rp 550.000,-
- Biaya penjualan tetap Rp 1.970.000,-
- Biaya tetap lainya Rp 480.000,-
Pertanyaan:
1. Hitunglah BEP dalam rupiah dan unit!
2. Apabila diharapkan tingkat keuntungan Rp 300.000,- berapa unit barang yang harus terjual!
3. Jika perusahaan mampu menjual barang sebanyak 5.000 unit, hitunglah laba/rugi yang diperoleh.
SOAL 2
SOAL 3
PT. MUFIDA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2009
Nama Akun 31 Desember
2008 2009
ASET
Aset lancar
- Kas
- Piutang dagang
- Piutang wesel
- Persediaan
- Persekot biaya
Jumlah aset lancar
Aset tetap
- Tanah
- Gedung
- Ak.penyusutan gedung
- Peralatan
- Ak. Penyusutan peralatan
Jumlah aset tetap
Jumlah aset
KEWAJIBAN DAN EQUITAS
Utang lancar
- Utang dagang
- Utang wesel
- Utang gaji
Jumlah utang lancar
Utang jangka panjang
- Utang obligasi (bungan 3%)
Jumlah utang
Modal
- Modal saham
- Laba ditahan
Jumlah modal
Jumlah kewajiban dan equitas
Rp 545.500
Rp 1.324.200
Rp 500.000
Rp 951.200
Rp 46.000
Rp 3.366.900
Rp 200.000
Rp 1.600.000
(Rp 225.500)
Rp 700.000
(Rp 153.000)
Rp 2.121.500
Rp 5.488.400
Rp 655.000
Rp 150.000
Rp 312.000
Rp 1.117.000
Rp 600.000
Rp 1.717.000
Rp 2.000.000
Rp 1.771.400
Rp 3.771.400
Rp 5.488.400
Rp 919.700
Rp 1.612.800
Rp 250.000
Rp 1.056.500
Rp 37.000
Rp 3.876.000
Rp 200.000
Rp 2.000.000
(Rp 261.000)
Rp 850.000
(Rp 201.000)
Rp 2.588.000
Rp 6.464.000
Rp 552.200
Rp 125.000
Rp 443.500
Rp 1.120.700
Rp 450.000
Rp 1.570.700
Rp 2.600.000
Rp 2.293.300
Rp 4.893.300
Rp 6.464.000
Informasi yang diperoleh dari Laporan Laba Rugi tahun 2009 sebagai berikut:
a. Penjualan bersih Rp 9.609.000,-
b. Harga pokok penjualan Rp 5.923.700,-
c. Persediaan barang dagang awal Rp 951.200 dan persediaan barang dagang akhir Rp 1.056.500,-
d. Laba bersih (setelah pajak) sebesar Rp 1.155.000,-
Diminta:
1. Buatlah analisis ratio keuangan dan jelaskan, yaitu:
a. Ratio Likuiditas (current ratio, kas ratio)
b. Ratio Aktivitas (total assets turnover, Inventory turnover)
c. Ratio Profitabilitas (gross profit margin, net profit margin)
2. Buatlah laporan sumber dan penggunaan dana/kas!
SOAL 4
Data tentang anggaran dan realisasi laba kotor pada PT. Mufida tahun 2009 sebagai berikut:
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Kuantitas Harga Kuantitas Harga
Penjualan sesungguhnya
HPP sesungguhnya
Penjualan anggaran
HPP anggaran 60.000
60.000
50.000
50.000 Rp 1,00
Rp 0,80
Rp 1,25
Rp 1,00 20.000
20.000
35.000
35.000 Rp 2,00
Rp 1,85
Rp 2,50
Rp 2,00 Rp 100.000
Rp 85.000
Rp 150.000
Rp 120.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah:
a. Selisih laba kotor sesungguhnya dengan laba kotor menurut anggaran.
b. Selisih harga jual.
c. Selisih volume penjualan.
d. Selisih harga-HPP.
e. Selisih volume-HPP.
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur saya sampaikan kehadirat Allah SWT atas limpahan segala nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan handout. Materi kuliah yang berupa handout Akuntansi Manajemen ini disusun berdasarkan perkembangan bisnis, sehingga sangat diperlukan bagi mahasiswa.
Materi kuliah ini terdiri dari topic-topik utama yang merupakan berbagai pemahaman dasar yang diperlukan dalam membuat laporan keuangan untuk kepentingan manajerial. Selain itu, juga dilengkapi beberapa soal latihan sehingga dapat membantu meningkatkan keterampilan mahasiswa.
Penulis berharap handout ini dapat bermanfaat secara maksimal bagi kegiatan pembelajaran mata kuliah Akuntansi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiah Metro. Akhir kata, handout ini tentunya masih terdapat kekurangan, sehingga saran dan kritik sangat diharapkan demi kesempurnaan dikemudian hari.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Lampung Timur, Pebruari 2011
Penulis
KATA PENGANTAR
Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42
Daftar pustaka
KATA PENGANTAR
Halaman Judul ………………………………………………………………….. i
Kata Pengantar …………………………………………………………………. ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………... iii
Bab I Informasi dan Pengambilan Keputusan ……..…………………….. 1
Bab II Dasar-dasar Laporan Keuangan ……………………...…………..... 9
Bab III Bentuk-bentuk Laporan Keuangan ………………………………… 12
Bab IV Analisis Laporan Keuangan ………………………………………... 14
Bab V Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja …………………… 24
Bab VI Analisis Break Even Point …………………………………………. 27
Bab VII Analisis Laba Kotor ………………………………………………... 31
Bab VIII Analisis Keputusan Investasi ………………………………………. 37
Bab IX Model Prediksi Keuangan ………………………………………….. 42
Kumpulan Soal Latihan ………………………………………………………… 50
Daftar pustaka
BAB 1
INFORMASI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
1. Informasi
A. Jenis-jenis Informasi
Informasi merupakan suatu kenyataan, data atau datum yang dapat memberikan pengetahuan baru serta berguna bagi pihak yang menerimanya. Informasi ini sangat luas. Kita dapat membagi informasi dalam dua bagian:
a. Informasi kuantitatif, yaitu suatu informasi yang dapat dikuantitatifkan satuannya.
b. Informasi kualitatif, yaitu informasi yang tidak dapat dikuantitatifkan satuannya.
Informasi kuantitatif Informasi kualitatif
Informasi
Gambar : Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan.
Semua perangkat yang ada di dalam diri manusia maupun perusahaan pada dasarnya mempunyai peranan dalam menciptakan dan menyampaikan informasi. Hubungan informasi dengan pengambilan keputusan dapat dilihat di bawah ini.
Gambar : Hubungan Informasi dan Akibat Keputusan.
Informasi berasal dari lingkungan sosial dari sini muncul data, data dikumpulkan dan dijadikan menjadi informasi. Informasi ada yang sekilas dan ada yang mendalam. Semakin lengkap dan mendalam informasi semakin baik dalam pengambilan keputusan. Informasi ini dimasukan kedalam model keputusan, dari dalam model ini lahir keputusan. Keputusan akan menimbulkan tindakan dan tindakan ini akan berakibat hasil yang diperoleh atau kerugian yang diderita akibat keputusan tadi.
Dari segi lain Scott (1986: 67) menggambarkan proses sistem informasi sebagai berikut:
Transaksi: Dokumen:
Ekstern: - Faktur
Penjualan - Cek
Pembelian - Slip Gaji
Pembayaran - Kuitansi
Intern: Laporan:
Penggajian Laporan Keuangan
Penggunaan Beban Laporan Persediaan
Alokasi Laporan Penyimpangan
Gambar : Proses Sistem Informasi
Transaksi dimasukan ke dalam processing, kemudian proses oleh sistem informasi dan dikeluarkan dalam bentuk laporan atau bentuk dokumen yang akan menjadi dasar bagi manajemen untuk mengambil keputusan.
Hubungan akuntansi, informnasi dan tujuan perusahaan dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
ALTERNATIF KEPUTUSAN
INFORMASI
KEPUTUSAN
TERBAIK
Gambar: Hubungan Akuntansi Informasi dan Tujuan Perusahaan
B. Sumber Informasi
Menurut Scott (dalam Harahap, 2003: 33), berdasarkan hasil riset empiris sumber informasi para manajer menurut tingkatanya berbeda-beda. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut
Sumber/ Tingkatan Pimpinan
Top Menengah Bawah
% % %
1. Dari Luar 35-45 10-15 5-10
2. Manajer di bawahnya 25-30 30-40 0
3. Sistem Komputer 15-20 30-40 65-25
4. Dari Bukan Komputer 10-15 15-20 0
Dari table diatas dapat kita lihat perbedaan porsi sumber informasi. Manajemen puncak porsi terbesar adalah dari luar, sedangkan pimpinan menengah hampir sama yaitu dari manajer dibawahnya dan dari system komputer, dan pimpinan bawah lebih banyak sumber informasinya dari komputer.
Menurut Chang (dalam Harahap, 2003 : 34) memberikan rangking sumber informasi yang dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan oleh para analis. Sumber informasi analis dapat diperoleh dari:
1. Informasi Keuangan
a. Laporan tahunan
b. Laporan intern
c. Filing perusahaan
d. Prospektur/ sirkulasi
e. Data keuangan menyeluruh
f. Data pasar modal
g. Ramalan analis keungan
h. Ramalan manajemen
2. Informasi Bukan Keuangan Kuantitatif
a. Statistik produksi
b. Statistik permintaan
c. Statistik ekonomi
3. Informasi Non Kuantitatif
a. Pidato dan pernyataan direksi/komisaris
b. News letter perusahaan
c. Komentar manajemen
d. Komentar analis keuangan
e. Statemen prees release keuangan dan perdagangan
f. Penilaian kredit independen
g. Penilaian pihak independen
h. Hubungan pribadi
i. Catatan kontrak sebelumnya
C. Kualitas Informasi
Dalam manajemen perusahaan khususnya dalam proses pengambilan keputusan maka manajemen memerlukan informasi yang harus memiliki sifat-sifat:
1. Akurat
2. Dapat di percaya
3. Lengkap (mendalam)
4. Tepat waktu
5. Relevan
6. Singkat padat
7. Terus terang
2. Pengambilan Keputusan
Kegiatan Analisa Laporan Keuangan tidak terlepas dari masalah manajemen bisnis. Dalam kegiatan bisnis kita selalu dihadapkan berbagai persoalan yang memerlukan keputusan yang tepat dan cepat. Dalam bisnis setiap masalah akan berdampak ekonomis. Kerugian atau keuntungan. Agar seorang manajer mampu mengambil keputusan yang tepat maka ia perlu mencari dan mengumpulkan berbagai bahan informasi agar dalam proses pengambilan keputusan dapat menghasilkan yang teerbaik. Kegiatan analisa laporan keuangan merupakan salah satu media untuk mendapatkan informasi yang lebih bayak. Lebih baik, akurat dan dijadikan bahan dalam pengambilan keputusan.
Setiap tindakan yang dilakukan orang sebenarnya sudah melalui proses pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan ini didasarkan pada informasi. Dalam proses pengambilan keputusan yang baik peranan model dan informasi sangat penting. Bahkan dalam perkembangan tehnologi akhir-akhir ini proses pengambilan keputusan sudah menggunakan teknologi seperti yang disebut AI (Artificial Inteligence), IT (Information Technology), Cybernetic, Expert System, Delphi System, dan lain sebagainya. Dalam proses pengambilan keputusan peranan informasi penting. Semakin banyak dan semakin akurat informasi mestinya semakin baik keputusan yang diambil. Dalam dunia bisnis, keputusan yang salah akan rugi bagi perusahaan dan keputusan yang baik akan menghasilakan keuntungan (laba) bagi perusahaan. Trend informasi dapat dilihat dari gambar sebagai berikut:
Gambar: Informasi yang Dapat Disuplai Laporan Keuangan
Terdapat beberapa factor yang menghambat pengambilan keputusan bisnis, yaitu:
a. Certainty, yaitu kemungkinan akibat yang akan timbul diketahui dengan pasti. Misal: jika bahan rusak dimasukkan ke proses produksi, maka hasil akan rusak pula.
b. Risk, yaitu kemungkinan akibat diketahui tetapi tidak jumlah nialinya. Misal: memproduksi jenis baru.
c. Uncertainty, yaitu kemungkinan yang timbul tidak diketahui dan tidak pasti, termasuk alternatif dan akibatnya juga tidak pasti. Misal: memulai atau membuka bisnis yang baru.
BAB 2
DASAR-DASAR LAPORAN KEUANGAN
1. Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir priode untuk suatu perusahaan; atau catan yang memberikan informasi keuangan suatu perusahan yang telah menjalankan perusahaan selama satu priode (biasanya satu tahun). Dalam Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (IAI, 1974 ) laporan keungan terdiri dari neraca dan perhitungan rugi - laba serta segala keterangan-keterangan yang dimuat dalam lampirn-lampiranya antara lain laporan sumber dan penggunaan dana.
2. Kegunaan Laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai beberapa kegunaan, yaitu:
a. Sebagai pertanggungjawaban manajemen kepada pemilik perusahaan.
b. Alat komunikasi antara aktivitas perusahan dengan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahan, seperti para kreditur/calon kreditur, investor/calon investor, bankers, pemerintah dan lain-lain.
c. Sebagai alat perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan yang efektif bagi manajemen, misalnya:
• Mengukur tingkat biaya dari kegiatan perusahaan.
• Untuk mengukur efisiensi poses produksi dan tingkat keuntungan yang dicapai.
• Untuk menentukan perlu tindaknya kebijakan atau prosedur baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
3. Sifat dan Keterbatasan laporan Keuangan
Laporan keuangan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
a. Bersifat Tentative
Artinya bahwa laporan keuangan bersifat sementara. Hal ini disebabkan karena umur perusahaan tidak terbatas sehingga perlu dibuat laporan secara periodik untuk mengukur keberhasilan perusahaan tersebut.
b. Kebenaran bersifat relative
Artinya bahwa laporan keuangan tidak menunjukan kebenaran yang mutlak tentang nilai harta, utang atau modal.
Hal ini disebabkan karena:
a. Data Historis
Laporan keuangan didasarkan dari fakta catatan akuntansi yang bersifat historis sehingga harta, utang dan modal dinyatakan dalam harga pada saat terjadinya peristiwa tanpa memperhitungkan terjadinya perubahan nilai mata uang.
b. Prinsip-prinip dan Kebiasaan Dalam Akuntansi
Laporan keuangan disusun beridasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (generally accepted accounting principles).
Tujuan penggunaan prinsip adalah:
- Untuk memudahkan dalam pencataan
- Untuk keseragaman Laporan kauangan
c. Pendapat Pribadi (personal judgment)
Laporan Keuangan tidak terlepas dari pendapat pribadi yang penggunaanya tergantung dari akuntan dan manajemen perusahan.
Keterbatasan Laporan Keuangan diantaranya adalah:
1. Bersifat histories, sehingga mungkin sudah tidak relevan lagi dengan keadan sekarang.
2. Bersifat umum dan bukan untuk tiap-tiap pemakai
3. Didasarkan atas perkiraan kebutuhan pemakai.
4. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan uang dan perubahan nilai uang tidak tercermin dalam laporan keuangan
5. Memakai konsep konservatisme dalam menghadapi ketidakpastian sehingga tidak terlepas dari pemakaian pertimbangan dan taksiran-taksiran.
4. Prinsip-prinsip laporan Keuangan
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari setiap sifat dan ciri dari laporan keuangan, yaitu:
* Entitas * Materialitas
* Kontinuitas usaha * Harga pertukaran
* Pengukuran * Accrual basis
* Periode laporan * Penaksiran
* Unit moneter * Pertimbangan
* Tujuan umum * Laporaan terkait
BAB 3
BENTUK-BENTUK LAPORAN KEUANGAN
Terdapat tiga pertanyaan yang harus dijwab oleh seorang Akuntansi melalui proses akuntansi yaitu:
1. Bagaimana usaha perusahaan selama satu periode ?
2. Bagaimana modal pemilik yang tertanam dalam perusahaan ?
3. Bagaimana posisi keuangan / kekayaan perusahaan pada akhir periode ?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut disusun laporan keuangan yang berupa:
1. Laporan rugi - laba (income statement)
2. Laporan perubahan modal (statement of owner capital)
3. Neraca (balance sheet)
Skema : bentuk Laporana Keuangan
Singgle Step
Laporan Rugi Laba
Multiple Step
Laporan keuangan Lap. Perubahan modal/ laba ditahan
Scontro / Horizontal
Neraca
Stafel / Vertikal
1. LAPORAN RUGI - LABA
Merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya dan rugi- laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu (biasanya satu tahun).
Bentuk laporan rugi - laba terdir dari;
a. Bentuk Singgle Step
Yaitu penyusunan laporan rugi - laba yang dilakukan dengan membandingkan total pendapatan dengan total biaya.
b. Bentuk Multiple Step
Yaitu penyusutan laporan rugi - laba yang dilakukan secara bertahap.
2. LAPORAN PERUBAHAN MODAL
Merupakan laporan yang menyajikan tentang perubahan modal yang terjadi selama satu periode. Pada perusahaan perseroan (PT) disebut laporan laba ditahan.
3. NERACA
Merupakan laporan sistematis tentang aktiva, hutang dan modal suatu perusahaan pada waktu tertentu.
Bentuk neraca terdiri dari:
a. Bentuk Scontro (Account Form)
Yaitu neraca yang disusun secara sebelah - menyebelah, dimana sebelah kiri/ debet untuk aktiva sedangkan sebelah kanan/kredit untuk hutng dan modal.
b. Bentuk Stafel (Report Form)
Yaitu neraca yang disusun dari atas ke bawah, yaitu dengan urutan aktiva, hutang kemudian modal.
BAB 4
ANALISA LAPORAN KEUANGAN
1. Tujuan Analisa Laporan Keuangan
Analisa terhadap laporan keuangan dimaksudkan agar data keuangan tersebut dapat lebih berarti dalam mendukung keputusan yang akan diambil baik oleh manajemen maupun pihak ekstern yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan.
Beberapa faktor yang harus diperhatikan:
A. Likwiditas Perusahaan
menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban keuangan pada saat ditagih. Atas dasar tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- perusahaan yang Likwid
- perusahaan yang Illikwid
Kewajiban keuangan tersebut dapat dibedakan menjadi:
a. Kewajiban berhubungan dengan pihak diluar perusahaan / kreditur, disebut likwidas badan usaha.
b. Kewajiban berhubungan dengan proses produksi / intern perusahaan, disebut likwiditas perusahaan.
B. Solvabilitas Perusahaan
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila dilikuidasikan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
Atas dasar hal tersebut, maka keadaan suatu perusahaan dapat berupa:
- Perusahaan Solvabel
- Perusahaan Insolvabel
C. Rentabilitas/Profitabilitas
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba/keuntungan selama periode tertentu.
D. Stabilitas Usaha
Menunjukan kemampuan perusahaan untuk menjalankan usahanya dengan stabil.
Beberapa metode yang sering dipergunakan dalam menganalisa laporan keuangan suatu perusahaan akan diuraikan masing-masing berikut ini.
2. Teknik Analisa Laporaan Keuangan
Untuk dapat mengetahui teknik analisa laporan keuangan, maka seorang analis harus menguasai tentang:
• Cara menyusun laporan keuangan
• Konsep, sifat dan karakteristik laporan keuangan
• Teknik analisa laporan keuangan; dan
• Segment dan bisnis yang akan dianalisa
Terdapat beberapa teknik yang sering dipergunakan dalam melakukan analisa terhadap laporan keuangan, yaitu: analisa perbandingan, analisa rasio keuangan, analisa kredit, analisa sumber dan penggunaan dana dan lain sebagainya. Untuk dapat memahami berbagai macam teknik tersebut, berikut ini akan diuraikan masing-masing secara singkat dan jelas.
A. ANALISA PERBANDINGAN
Merupakan metode analisa terhadap laporan keuangan dengan cara memperbandingkan untuk dua periode atau lebih, atau memperbandingkan laporan keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Tetapi pada umumnya dilakukan untuk beberapa periode dari suatu perusahaan sehingga dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang terjadi dalam perusahaan tersebut, misalnya:
• Laba/rugi yang sifatnya operasional maupun insidentil
• Diperoleh aktiva baru/perubahan bentuk aktiva
• Timbul/lunas/perubahan bentuk hutang
• Penambahan/pengurangan modal dan lain-lain.
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
NERACA PERBANDINGAN
TAHUN 2008 - 2009
POS-POS NERACA
31 DESEMBER Kenaikan/Penurunan RASIO % Dari Total
2008 2009 Rp % 2008 2009
Kas
Barang Dagangan
Piutang
Tanah
Bangunan
Aktiva Tetap Lain 8.000
40.000
20.000
75.000
50.000
40.000 16.000
30.000
5.000
90.000
75.000
50.000 8.000
10.000
15.000
15.000
25.000
10.000 100
25
75
20
50
25 2,0
0,75
0,25
1,20
1,50
1,25 3
17
9
32
22
17 6
11
2
34
28
19
JUMLAH 233.000 266.000 33.000 14 1,14 100 100
B. ANALISA TREND DALAM PROSENTASE
Analisa trend dalam prosentase (trend percentage analysis) merupakan metode analisa untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan perusahaan, yaitu apakah menunjukan tendensi naik, tetap atau menurun.
Syarat-syarat penerapan analisa trend adalah:
• Prinsip-prinsip akuntansi diterapkan secara konsisten
• Tidak terjadi perubahan nilai uang secara tajam
Contoh:
PT. AZ ZAHRA
LAPORAN RUGI/LABA PERBANDINGAN
TAHUN 2006 - 2009
KETERANGAN TAHUN
(Dalam ribuan rupiah) Trend dalam %
2006 = 100 %
2006 2007 2008 2009 2007 2008 2009
Penjualan Netto
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya Penjualan
Biaya Administrasi
Biaya Operasi
Laba Operasi
Pendapatan Lain-lain
Laba Bersih 2.800
1.940 2.860
1.970 3.310
2.200 3.740
2.550 102
102 118
113 134
131
860 890 1.110 1.190 103 129 138
430
190 430
200 460
230 500
250 100
105 107
121 116
132
620 630 690 750 101 111 121
240
50 260
60 420
70 44
100 108
120 175
140 183
200
290 320 490 540 110 169 186
C. ANALISA RASIO
Analisa rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbngan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Rasio ini akan lebih bermanfaat terutama apabila ratio tersebut dibandingkan dengan angka ratio yang digunakan sebagai standar.
RASIO MODAL KERJA ATAU LIKWIDITAS
1. Current Ratio
Ratio ini menunjukan tingkat keamanan ( margin of safety ) atas kreditur jangka pendek; atau menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutang tersebut:
Aktiva Lancar
Current Ratio =
Hutang Lancar
2. Acid Test Ratio
Disebut juga Quick Ratio, yaitu menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi hutang-hutangnya tanpa memperhitungkan persediaan.
Dengan ratio ini persediaan dianggap membutuhkan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan menjadi uang.
Aktiva Lancar – Persediaan
Quick Ratio =
Hutang Lancar
Ratio ini dimulai lebih tajam daripada current ratio karena lainnya memperhitungkan aktiva lancar yang sangat likwid.
Apabila current ratio tetapi quick rationya rendah, hal ini menunjukan adanya investasi yang besar dalam persediaan.
3. Perputaran Piutang
Atau Turn Over Receivable, yaitu menunjukan posisi piutang serta taksiran umur / waktu pengumpulanya.
Total Penjualan Kredit
Perputaran Piutang =
Piutang Rata-rata
Semakin tinggi ratio turn over menunjukan modal kerja yang tertanam dalam piutang rendah, sehingga keuntungan bagi perusahaan.
Sedangkan untuk mengetahui berapa hari piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih (days of receivable ) adalah:
Piutang Rata-rata x 360 360
Days of Receivable = atau
Penjualan Kredit Perputaran Piutang
Semakin tinggi ratio days of receivable menunjukan kelemahan bagian penagihan piutang.
Contoh:
KETERANGAN 2008 2009
Penjualan Kredit
Piutang : Awal Tahun
Akhir Tahun
Rata-rata Piutang
Tingkat Perputaran piutang
Days Of Receivable Rp 1.500.000,-
Rp 450.000,-
Rp 550.000,-
Rp 500.000,-
3
120 Rp 2.400.000,-
Rp 550.000, -
Rp 650.000,-
Rp 600.000,-
4
90
Keterangan:
1. Turn over menunjukan bahwa penagihan piutang rata-rata sebanyak 3 kali dalam satu tahun.
2. Days of receivable menunjukan bahwa rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang adalah selama 120 hari.
3. Turn over 3 atau 300% berarti bahwa penjualan tahun tersebut sebesar 300% dari rata-rata piutang.
4. Ratio 300% juga menunjukan bahwa Rp. 3 penjualan kredit maka sebesar Rp. 1 belum dapat ditagih sampai akhir tahun.
4. Perputaran Persediaan
Yaitu menunjukan berapa kali terjadinya penggantian persediaan dalam satu tahun serta tersimpannya persediaan tersebut di dalam gudang.
Pada perusahaan manufaktur terdapat tiga macam persediaan:
Cost of raw material used
a. RAW MATERIAL TURNOVER =
( Barang mentah ) Average raw material inventory
Cost of good manufacturred
b. GOODS IN PROCESS TURNOVER =
(Barang dalam proses) Average work in process inventory
Cost of goods sold
c. FINISHED GOODS TURNOVER =
(Barang jadi ) Average finished goods inventory
Contoh:
RAW MATERIAL INVENTORY
- Persediaan 1/1 Rp. 300.000,- - Cast of material used Rp.20.000,-
(ke Wip)
- Pembelian selama setahun Rp. 100.000,- - Persediaan 31 / 12 Rp. 10.000,-
Rp. 130.000,- Rp. 130.000,-
120.000
RAW MATERIAL INVENTORY = = 6 kali
(30.000 + 10.000) : 2
WORK IN PROCES (WIP) INVENTORY)
- Persediaan 1 / 1 Rp. 50.000,- - Cast of goods manufacturing
- Raw material used Rp. 120.000,- (ke finished goods) Rp. 120.000,-
- Direct Labour Rp. 100.000,- Persediaan 31 / 12 Rp. 150.000,-
- Overhead Rp. 80.000,- Rp. 350.000,-
Rp. 350.000,-
200.000
WIP TURNOVER = = 2 kali
(50.000 +150.000)
FINISHED GOODS INVENTORY
- Persediaan 1/ 1 Rp. 200.000,- - CGS Rp. 300.000,-
- WIP Rp. 200.000,,- - Persediaan Rp. 100.000,-
Rp. 400.000,- Rp. 400.000,-
300.000
FINISHED GOODS INVENTORY = = 2 kali
( 200.000 + 100.000 ) : 2
RASIO PENGUKURAN SOLVABILITAS
1. Rasio Modal dengan Total Asset
Menunjukan beberapa besarnya modal sendiri yang tertanam dalam aktiva serta margin of protection atau tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur.
Rumus:
Modal Sendiri
Total Asset
2. Rasio Modal dengan Aktiva Tetap
Menunjukan seberapa besar aktiva tetap tersebut dibiayai dari modal sendiri. Semakin besar modal sendiri (Owner’s equity ) lebih menguntungkan bagi perusahaan, karena sudah sewajarnya kalau aktiva tetap dibiayai dari modal sendiri.
Rumus:
Modal Sendiri
Aktiva Tetap
3. Rasio Aktiva Tetap dengan Hutang Jangka Panjang
Merupakan ratio untuk mengetahui tentang tingkat keamanan yang dimiliki oleh kreditur jangka panjang atau untuk mengukur seberapa besar hutang jangka panjang tersebut dijamin dengan aktiva tetap yang dimilki perusahaan.
Rumus:
Aktiva Tetap
Hutang Jangka Panjang
RATIO PENGUKUR RETABILITAS
1. Ratio Operating Income dengan Operating Assets
Menunjukan tingkat efisiensi perusahaan, yaitu seberapa besar operating assets tersebut dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Rumus:
Operting income Laba usaha
=
Operating Asset Aktiva usaha
Apabila ratio ini rendah menunjukan adanya beberapa kemungkinan, yaitu:
• Adanya over investment dalam aktiva yang digunakan dalam rangka memperoleh penjualan.
• Mencerminkan rendahnya volume penjualan jika dibandingkan dengan biaya yang diperlukan.
• Adanya inefisiensi pada perusahaan
• Adanya kegiatan perusahaan yang menurun.
2. Gross Margin Ratio
Rumus: Laba kotor
Penjualan
3. Operating Margin Ratio
Rumus: Laba usaha
Penjualan
4. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri
Rumus:
Earning after tax
Modal sendiri
BAB 5
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
1. Definisi Modal Kerja
Terdapat 3 konsep yang digunakan untuk mendefinisikan modal kerja, yaitu:
A. Konsep Kuantitatif
Modal kerja dalam konsep ini meliputi seluruh aktiva lancar (gross working capital) yang dimiliki perusahaan atau jumlah dana yang tersedia untuk membiayai operasi jangka pendek. Konsep ini tidak mempertimbangkan kwalitas dari modal kerja, apabila modal kerja dibiayai dari modal pemilik atau dari kreditur sehingga modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of society para kreditur jangka pendek serta tidak mencerminkan tingkat likwiditas perusahaan tersebut.
B. Konsep Kualitatif
Modal kerja menurut konsep ini merupakan kelebihan aktiva lancar terhdap hutang jangka pendek (net working capital), yaitu aktiva lancar yang berasal dari kreditur jngka panjang dan para pemilik perusahaan.
Dengan demikian modal kerja menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari hutang jangka pendek sehingga mencermink margin of protection bagi kreditur jangka pendek.
C. Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep ini adalah jumlah dana yang dimiliki dan digunaka dalam rangka menghasilka pendaatan / laba dari usaha pokok perusahaan.
2. Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan suatu analisa untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan pada periode tertentu. Sumber-sumber modal kerja akan bertambah apabila:
a. Adanyakenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun tambahannya investasi dari pemilik perusahaan.
b. Adanya penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar.
c. Adanya penambahan hutang jangka panjang yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar perusahaan.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang aakan menurunkan modal kerja meliputi:
a. Pembayaran biaya operasi perusahaan.
b. Adanya pembentukan atau pembelian aktiva tetap.
c. Adanya penambahan dan pembelian aktiva tetap
d. Pembayaran-pembayaran hutang jangka panjang
e. Adanya pengambilan uang untuk prive
f. Adanya kerugian-krugian yang dialami perusahaan.
Contoh:
Berdasarkan Neraca dan Laporan Rugi-Laba pada PT AZAHRA dapat dibuat Analisa Sumber dan Penggunaan Modal Kerja sebagai berikut:
PT. AZ ZAHRA
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA
Periode 2008 – 2009
Sumber Modal Kerja
a. Laba usaha Rp. 1.155.400
b. Depresiasi Rp. 83.500
c. Penjualan saham Rp. 800.000
+
Rp. 1.838.900
Penggunaan modal kerja
a. Gedung Rp. 400.000
b. Alat-alat kantor Rp. 150.000
c. Membayar utang obligasi Rp. 150.000
d. Deviden Rp. 633.500
+
Rp. 1.333.500
Kenaikan Modal Kerja Rp. 505.500
BAB 6
ANALISA BREAK EVEN POINT
Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk memperoleh laba. Untuk dapat mencapai laba yang besar manajemen dapat melakukanberbagai langkah, misalnya:
a. Menekan biaya serendah mungkin, dengan mempertahankan harga jual dan volume penjualan .
b. Menekankan harga jual sesuai laba yang dikehendaki.
c. Meningkatkan volume penjualan.
Tetapi hal tersebut diatas saling berhubungan sehingga sulit untuk dilaksanakan. Lihat skema dibawah ini:
BIAYA
VOLUME PRODUKSI HARGA JUAL
VOLUME PENJUALAN
Sedangkan Analisa Break Even Point (BEP) merupakan teknik analisa untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak menderita kerugian tetapi juga tidak memperoleh keuntungan.
Dengan analisa ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Cara penentuan Break Even Point sebagai berikut:
Biaya Tetap
BEP (UNIT) =
Harga jual per unit – biaya variable per unit
Biaya Tetap
BEP (Rp) =
1 – Biaya Variabel
Penjualan
Contoh:
Suatu perusahaan berkapasitas sebesar 200 unit produk mempunyai data sebagai berikut:
- Harga per- unit Rp 2.000,-
- Biaya Variabel per- unt Rp 500,-
- Dan biaya tetap sebesar Rp 180.000,-
Diminta : 1. Hitunglah BEP (dalam unit dan rupiah )
2. Gambarlah grafiknya
Penyelesaian:
Rp. 180.000
BEP (unit)
Rp. 2.000 – Rp. 500
= 120 unit
Rp. 180.000
BEP (Rp) =
1 – Rp 500
Rp 2.000
= Rp 240.000,-
Berdasarkan data di atas dapat dilihat perhitungan penghasilan dan total, yaitu:
Vol.
Penjualan Penjualan Biaya
Tetap Biaya Variabel Biaya
Total Laba
( rugi )
0 Unit
40 Unit
80 Unit
120 Unit
160 Unit
200 Unit -
Rp 80.000
Rp 160.000
Rp 240.000
Rp 320.000
Rp 400.00 Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000
Rp 180.000 -
Rp 20.000
Rp 40.000
Rp 60.000
Rp 80.000
Rp 100.000 Rp 180.000
Rp 200.000
Rp 220.000
Rp 240.000
Rp 260.000
Rp 280.000 Rp 180.000
Rp 120.000
Rp 60.000
-
Rp 60.000
Rp 120.000
Grafik BEP sebagai berikut:
Penjualan / biaya penjualan
Biaya variabel
Rp. 240.000
Rp. 180.000 Biaya tetap
Unit
120
Unit penjualan
ANALISA SHUT DOWN POINT
Analisa keputusan menutup usaha (shut down point) pada prinsipnya sama dengan analisa break even point. Tetapi pada analisa ini membedakan biaya tetap menjadi biaya tetap tunai yaitu biaya yang memerlukan pengeluran uang dan biya yang tidak memerlukan pengeluaran uang (sank cost). Kemudian shut point dihitung sebagai berikut:
Biaya tetap tunai
Shut Down Point =
Harga jual per unit – biaya variable per unit
Biaya tetap tunai
Shut Down Point (Rp) =
1 – Biaya variabel
Penjualan
Contoh:
Dengan menggunakan data di atas diketahui bahwa biaya tetap total Rp. 180.000,- yang Rp. 30.000,- merupakan sunk cost; maka penjualan minimal agar dapat menutup biaya tunai (shut down point) adalah:
Rp. 150.000
SDP (Unit) = = 100 Unit
Rp. 2.000 – Rp. 500
Sedangkan penjualan minimal dalam rupiah adalah:
Rp. 150.000
SDP (Rp) = = Rp 200.000,-
1 – Rp. 500
Rp. 2.000
BAB 7
ANALISA LABA KOTOR
Analisa ini ditunjukan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor ( gross profit) pada suatu perusahaan, sehingga dapat diketahui manajemen atau bagian mana yang bertanggung jawab atas adanya perbedaan trsebut.
Analisa Laba kotor dapat dilakukan dengan memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu:
1. Faktor Perubahan Hasil Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga Jual (sales price variance)
Yaitu selisih antara harga jual sesungguhnya dengan harga jual anggaran atau tahun sebelumnya.
Rumus:
SHJ = Selisih harga jual
Ks = Kuantitas sesungguhnya
HJs = Harga jual sesungguhnya
Hja = Harga jual dianggarkan
Apabila HJs Hja menunjukan keadaan yang menguntungkan bagi perusahaan.
b. Selisih Kuantitas Penjualan (sales volume variance)
Yaitu selisih antara kuantitas produk sesungguhnya yang terjual dengan kuantitas yang dianggarkan.
Rumus:
SHJ = Selisih kuantitas penjualan
Ks = Kuantitas sesungguhnya
Ka = Kuantitas dianggarkan
Apabila Ks Ka berarti menuntungkan bagi perusahaan.
2. Faktor Harga Pokok Penjualan, terdiri dari:
a. Selisih Harga – Harga Pokok Penjualan (cost price variance)
Yaitu perbedaan antara harga – harga pokok penjualan per-unit (unit cost) menurut anggaran dengan yang sesungguhnya.
Rumus:
H-HPPs = Harga – harga pokok penjualan sesungguhnya
H-HPPa = Harga – harga pokok penjualan dianggarkan
Apabila H-HPPs H-HPPa menunjukan keadaan yang merugikan.
b. Selisih Kuantitas – Harga Pokok Penjualan (cost volume variance)
Yaitu perbedaan antara kuantitas harga pokok penjualan yang sesungguhnya yang dijual dengan kuantitas yang dianggarkan.
Rumus:
Apabila Ks Ka menunjukan keadaan yang merugikan.
Contoh: Analisa laba Kotor
Dari laporan PT. MAKMUR diketahui perincian anggaran dan realisasi setiap produk yang dijual sebagai berikut:
PT. MAKMUR
ANGGARAN LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 10.000
15.000
25.000 Rp 50,-
Rp 40,-
Rp 16,- Rp 500.000,-
Rp 600.000,-
Rp 400.000,- Rp 40,-
Rp 25,-
Rp 9,- Rp 400.000,-
Rp 375.000,-
Rp 225.000,- Rp 100.000,-
Rp 225.000,-
Rp 175.000,-
Total 50.000 - Rp1.500.000,- Rp1.000.000,- Rp 500.000,-
PT. MAKMUR
REALISASI LABA KOTOR ATAS PENJUALAN
TAHUN 2009
Jenis Produk Kuantitas Penjualan Harga Jual Total Penjualan HPP
Satuan Total HPP Laba Kotor
A
B
C 13.000
15.000
20.000 Rp 50,-
Rp 38,-
Rp 19,- Rp 650.000,-
Rp 570.000,-
Rp 380.000,- Rp 38,-
Rp 26,-
Rp 9,- Rp 494.000,-
Rp 390.000,-
Rp 180.000,- Rp 156.000,-
Rp 180.000,-
Rp 200.000,-
Total 50.000 - Rp1.600.000,- Rp1.064.000,- Rp 536.000,-
Dari data tersebut diminta menganalisa penyebab perbedaan laba kotor yang meliputi:
1. Selisih penjualan a. Selisih harga jual
b. Selisih kuantitas penjualan
2. Selisih harga-harga pokok penjualan
a. Selisih harga-harga pokok penjualan
b. Selisi kuantitas harga pokok penjualan
Penyelesaian: PT. MAKMUR
ANALISA SELISIH LABA KOTOR
TAHUN 2009
Laba kotor sesungguhnya ………………… Rp 536.000,-
Laba kotor dianggarkan …………………… Rp 500.000,-
Selisih laba kotor ………………………………………….. Rp 36.000,- ( L )
1. Selisih Penjualan
Penjualan sesungguhnya ……………… Rp 1.600.000,-
Penjualan dianggarkan ……………….. Rp 1.500.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 100.000,- ( L )
a. Selisih Harga Jual
A = 13.000 ( Rp 50 – Rp 50 ) …….. Rp -
B = 15.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 30.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 19 – Rp 16 ) …….. Rp 60.000,- ( L )
Rp 30.000,- ( L )
b. Selisih Kuantitas Penjualan
A = Rp 50 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 150.000,- ( L )
B = Rp 40 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 16 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 80.000,- ( R )
Rp 70.000,- ( L )
2. Selisi Harga Pokok Penjualan
HPP sesungguhnya ……………… Rp 1.064.000,-
HPP dianggarkan ……………….. Rp 1.000.000,-
Selisih penjualan ……………………………………………Rp 64.000,- ( R )
a. Selisih Harga HPP
A = 13.000 ( Rp 38 – Rp 40 ) …….. Rp 26.000,- ( L )
B = 15.000 ( Rp 26 – Rp 25 ) …….. Rp 15.000,- ( R )
C = 20.000 ( Rp 9 – Rp 9 ) ……….. Rp -
Rp 11.000,- ( L )
b. Selisih Kuantitas HPP
A = Rp 40 ( 13.000 – 10.000 ) ……. Rp 120.000,- ( R )
B = Rp 25 ( 15.000 – 15.000 ) ……. Rp -
C = Rp 9 ( 20.000 – 25.000 ) ……. Rp 45.000,- ( R )
Rp 75.000,- ( R )
SKEMA ANALISA LABA KOTOR
BAB 8
ANALISA KEPUTUSAN KREDIT
1. Pendahuluan
Fungsi bank adalah memberikan pelayanan kepada pemerintah, masyarakat, dunia usaha baik perseorangan maupun perseroan (PT). Kegiatan perbankan sangat penting adalah membiayai proyek-proyek pembangunan yang bertujuan menggairahkan industri baru meupun yang sedang berkembang dalam wujud penyediaan dana atau pemberian kredit.
Pemberian kredit ini mengandung tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari atau memperkecil resiko kredit yang meungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai oleh bank atas dasar syarat-syarat teknis yang terkenal dengan 5 C, yaitu:
1) Character
Bank dapat mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Untuk mengetahui bagaimana karakter calon nasabah, bank dapat melakukan:
a. Mengenal dari dekat
b. Mengumpulkan keterangan mengenai aktivitas calon debitur dalam perbankan
c. Mengmpulkan keterangan dan minta pendapat dari rekan-rekannya, pgawai dan saingan mengenai reputasi kebiasaan pribadi, pergaulan social dan lain-lain.
2) Capasity
Ini menyangkut pimpinan perusahaan beserta sifatnya baik dalam manajemen atau keshlian usahanya. Untuk tu bank harus memperhatikan:
a. Angka-angka hasil produksi
b. angka-angka untuk penjulnan dan pembelian
c. Perhitungan rugi laba perusahaan saat ini dan proyeksinya
d. data-data finansiil diwaktu–waktu lalu yang tercermin di dalam laporan keuangan perusahaan
3) Capital
Menunjukan posisi finansiil secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio finansiilnya dan penekanan pada komposisi “tangiblened work” nya bank harus mengetahui bagaimana pertimbangan antara jumlah hutang dan modal sendiri. Untuk itu bank harus:
a. Menganalisa neraca selama sedikitnya dua tahun terakhir.
b. Mengadakan analisa ratio untuk mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dari
perusahaan calon peminjam kredit.
4) Collateral
Collateral berarti jaminan. Ini menunjukan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan bank:
a. Meneliti mengenai pemilik jaminan tersebut
c. Mengukur stabilitas dari pada nilainya.
d. Memperhatikan kemampuan untuk dijadikan uang dalam waktu relatif singkat tanpa mengurangi nilainya.
e. Memperhatikan keningkatan barang yang benar-benar menjamin kepentingn bank sesuai dengan hokum yang berlaku.
5) Condition
Bank harus melihat kondisi ekonomi secara umum serta kondisi pada sector usaha si peminjam kredit. Untuk itu bank harus:
a. Keadaan ekonomi yang akan mempengaruhi perkembangan usaha calon peminjam.
b. .Kondisi usaha calon peminjam.
c. Keadaan pemasaran dari hasil usah calon peminjam.
d. Prospek usah dimasa yang akan datang.
e. Kebijkan pemerintah yang mempengaruhi terhadap prospek industri dimana perusahaan pemohon kredit termasuk didalamnya.
Di samping formula “5C” dalam pembelian kredit bank akan memperhatikan aspek-aspek pertimbangan kredit, antara lain:
1). Aspek Umum: dalam hal ini harus diteliti masalah-masalah:
a. Bentuk nama dan alamat perusahaan
b. Susunan manajemen
c. Bidang usaha
d. Keterangan tentang jumlah pegawai/ buruh
e. Kebangsaan
f. Bank langganan
g. Bagan organisasi
2 .Aspek Ekonomi/ Komersiil: Yang meliputi masalah:
a. Pemasaran dan keadaan harga
b. Persaingan
c. Jumlah penjualan dari tiap-tiap jenis produk
d. Cara penjualan
e. taksiran permintan dan sebagainya.
3. Aspek Teknik: yang harus diteliti adalah:
a. Bahan baku dan penolong yang dibutuhkan.
b. Tanah dan tempat pabrik
c. Bangunan (milik, umur, sewa, harga )
d. Urutan-urutan proses produksi
e.Perincin mesin dan peralatan
f. Jumlah produksi
g. Tersedianya tenaga kerja (keahlian, pendidikan, tingkat upah),
h. Tenaga penggerak PLN dan PAM dan sebagainya.
4. Aspek Yuridis
Memenuhi ketentuan hukum yang berlaku termasuk izin-izin yang diperlukan.
5. Aspek Kemanfatan dan kesempatan kerja. Hal yang harus diperhatikan adalah:
a. Aspek ekonomi bagi penduduk dan pengaruhnya terhadap struktur perekonomian.
b. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap oleh proyek yang bersangkutan.
c. Termasuk sektor yang diprioritaskan oleh pemerintah
6. Aspek keuangan. Dengan melakukan penilaian keuangan disamping dapat diketahui likuiditas, solvabilitas, revabilitas serta stabilitas usaha. Juga akan diketahui berapa lama suatu investasi akan dikembalikan. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan dalam pemberian kredit didasarkan atas kesimpulan dari hasil penelitian aspek keuangan. Jadi aspek keuangan di dalam pertimbangan kredit memegang peranan penting. Dalam hubunganya dengan penilaian aspek finasiil suatu premohonan kredit, hal-hal yang diperlukan:
1. Neraca dan laporan rugi - laba
2. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
3. Neraca penerimaan dan pegeluaran kas (cash budget)
4. Proyek laporan keuangan
5. Penilaian proyek investasi
6. Perhitungan kebutuhan kredit
7. Rencana angsuran kredit (repayment schedule)
BAB 9
MODEL PREDIKSI KEUANGAN
Teknik dalam membuat perencanaan keuangan sudah banyak dikenal dan terus menjadi bidang penelitian para ahli. Dalam bab ini akan dibahas berbagai model maupun rumusan yang dapat dipergunakan untuk mempermudah dalam memprediksi keuangan.
Model prediksi ini dapat juga dimasukan sebagai bagian dari bidang analisa laporan keuangan karena salah satu tujuan dari analisa laporan keuangan itu adalah meramalkan kondisi keuangan perusahaan dimasa yang akan datang. Dalam rumus atau model ini bahkan banyak digunakan angka-angka laporan keuangan dan rasio-rasio keuangan.
Dalam prediksi keuangan kita mengenal beberapa model antara lain:
1. Liner Programming.
2. Delphi Forcasting.
3. Time Series Forcasting (trend).
4. Break Even Analisys.
5. Just In Time (JIT).
6. Economic Order Quantity (EOQ).
Model ini dapat dijelaskan masing-masing sebagai berikut.
1. Liner Programming
Linier programming (LP) digunakan untuk merencanakan memprediksi kombinasi input biaya yang paling optimal untuk menghasilkan atau beberapa produk atau output. Dengan rumus LP ini kita dapat merencanakan kebutuhan dan kombinasi output sehingga tercapai optimasi.
2. Delphi Forcasting
Delphi system ini hampir sama dengan metode expert system. Disini metode expert system disempurnakan dengan metode diskusi antar para ahli, didebat, dan akhirnya pada sampai kesimpulan terbaik yang merupakan konsekuensi para ahli.
3. Tiem Series Forcasting (Trend)
Di sini prestasi yang lalu digambarkan secara berseri kemudian dari gambar ini dicari garis trend yang terbaik dan kemudian dari kecendrungan garis itu dilihat angka masa depan sebagai angka ramalan. Teknik analisa Time Series dapat dipakai untuk membuat trend ini.
4. Break Even Analysis
Salah satu metode yang sering digunakan dalam menganalisis keuangan adalah teknik Break Even Analysis atau Cost Volume Profit Analysis. Metode ini mencoba mencari dan meganalisa perilaku hubungan antara besarnya biaya besarnya volume dalam unit dan rupiah, dan laba. Dari angka hasil analisa ini dapat diketahui volume yang diperlukan untuk mencapai tingkat laba tertentu, berapa volume untuk mencapai titik pulang pokok, dan informasi lainya yang dibutuhkan.
5. Just In Time Model (JIT)
Upaya untuk meningkatkan produktifitas dan menekan pemborosan dan ketidak-efesienan lainya terus dilakukan para ahli. Salah satu penemuan besar baru-baru ini diperkenalkan adalah JIT Model. Model ini menunjukan bahwa konsep cost management yang lama sudah ketinggalan zaman dan perlu diubah. Model ini sudah banyak diminati oleh para pengusaha akhir-akhir ini sehingga dikenal sebagai golden ring of manufacturing efficiency. Namun banyak orang salah tanggap terhadap pengertian JIT ini. Menurut Johanson (1990) dalam artikel Management Accounting dengan judul Preparing For Accounting System Changes, perlu dijelaskan bahwa konsep JIT adalah merupakan model / filosofi yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut:
1. Penekanan pada prinsip visibility sehingga dengan demikian setiap masalah yang memerlukan perbaikan menjadi jelas dan dianggap sebagai kesempatan/ atau peluang.
2. Output selalu disesuaikan dengan permintaan sehingga kegiatan produksi harus disesuakan dengan upaya menyeimbangkan keduanya.
3. JIT menghendaki kesederhanaan / kemudahan bukan kerumitan.
4. Pendekatan yang dilakukan bersifat “holistick” atau global. Konsep harus diterima secara umum dan melibatkan semua pihak serta sumber perusahaan yang dimiliki.
5. JIT menganut konsep perbaikan terus-menerus.
JIT merupakan filosofi perusahaan dalam beroperasi yang hakikatnya berupaya menghilngkan “pemborosan”. Dengan konsep JIT maka setiap resources seperti peralatan, bahan, alat, fungsi tenaga kerja digunakan secara minimal dan yang digunakan hanya yang benar-benar diperlukan untuk menambah nilai produk. JIT bukan merupakan:
• Program / kebijaksanaan persediaan.
• Hanya upaya melibatkan supplier dalam kegiatan perusahaan.
• Fenomena kebudayaan.
• Proyeksi penggunaan bahan.
• Proyeksi kebutuhan bahan.
• Obat mujarap bagi manajer yang lemah.
Beberapa unsur yang selalu dianut dalam konsep JIT ini adalah:
1. Sikap Awareness/Education
Setiap orang harus mencoba memperbaiki keadaan walaupun pada mulanya salah namun harus terus dicoba sehingga merupakan proses pendidikan bagi personel. Mencoba dan salah lebih bagus dari pada tidak dicoba sama sekali.
2. House- Keeping
Setiap orang harus bertanggung jawab pada setiap peralatan atau harta perusahaan baik yang dibawah pengawasan maupun yang diluarnya.
3. Quality Improvement
Kwalitas harus terus ditingkatkan untuk menuju “zero defects” (tidak ada kerusakan). Kapan saja ditemukan kesalahan operator harus segera menyetop operasi dan langsung melakukan koreksi.
4. Uniform Plant Load (UPL)
Artinya jika kita menjual harian maka produksi harus harian pula. Produksi sesuai demand, tidak perlu ada persediaan.
5. Redesign Process Flow
Untuk memenuhi konsep UPL diatas maka kegiatan produksi harus didesain sedemikian rupa sehingga seluruh peralatan digunakan untuk memproduksikan barang secara group bukan per departemen.
6. Set up Reduction
Dengan melakukan redesign maka dapat saja terjadi peralatan yang dimiliki dikurangi sehingga produk benar-benar sesuai kebutuhan.
7. Supplier Net Work
Jaringan permasalahan harus dapat diatur edemikian rupa sehingga barang yang dibutuhkan datang pada saat yang tepat, barang hanya diterima pada saat diperlukan.
Dengan menjalankan konsep JIT maka peralatan yang diperlukan hanya 1 unit, jangka waktu antara kegiatan tidak lowong, kerusakan tidak ada, waktu berhenti tidak ada, operasi mesin seimbang dengan baik, work in process (WIP) berada dalam jumlah minimum dan alat-alat tidak pernah berhenti percuma.
6. Economic Order Quantity
Model ini dapat memberikan angka berapa order pembelian sehingga kita mendapatkan biaya yang optimal. Model ini akan memberikan angka berapa pesanan sebaiknya dilakukan untuk sekali pesanaan sehingga kita mencapai titik optimum biaya yang paling efisien. Perhitungan adalah menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus:
EOQ = 2 O A
C
A = Jumlah bahan yang digunakan per tahun
O = Rata-rata biaya yang keluarkan untuk mendapt dan melakukan order
C = Carrying Cost biaya yang diperlukan oleh perusahaan dalam 1 tahun untuk per unit biaya Asuransi, biaya penyimpanan.
Contoh:
PT Citra Harmoni menggunakan bahan setahun yaitu 5400 unit. Biaya yang dikeluarkan untuk melakukan pesanan (order) adalah Rp 10 000,-. Sedangkan untuk satu unit dibutuhkan biaya Carrying Cost sebesar Rp 1.200,-.
Berapa jumlah pesanan optimum untuk sekali pesanan?
EOQ = 2 5.400 10.000
1.200
= 300 Unit
Jadi dalam satu tahu kita melakukan pembelian sebanyak 300 unit sekali pesanan. Dengan kata lain untuk memenuhi bahan sebanyak 5.400 unit kita harus melakukan pemesanan 18 kali (5.400/300).
MODEL LAIN UNTUK MELAKUKAN PREDIKSI KEUANGAN
Para ahli banyak berupaya melakukan berbagai studi untuk mencoba melakukan peramalan-peramalan dengan menggunakan berbagai rumus, model dengan bahan rasio laporan keuangan. Studi empiris ini dilakukan terhadap berbagai perusahaan dalam jangka periode waktu tertentu. Dan biasanya setiap ahli memiliki berbagai metode yang berbeda satu sama lain tergantung data yang diperolehnya dari sumber data penelitian serta metodologinya.
Dalam literatur akuntansi para akademis atau peneliti sering melakukan penelitian dengan tujuan untuk memperediksi suatu keadaan dengan menggunakan data historis biasanya laporan keuangan. Mereka mengganti laporan keuangan berapa tahun dan mencoba melihat fenomena khusus yang ada didalamnya dan dari sana diambil suatu rumusan dalam bentuk model-model prediksi. Beberapa model prediksi yang dikenal adalah:
a. Band Rating
Ini digunakan untuk menghitung peringkat obligasi yang dipasarkan di pasar modal. Peringkat ini dikategorikan berturut-turut, misalnya dalam bentuk AAA, AA, A, BBB, BB, B, dan seterusnya. Model dan peringkatan ini telah dikenal di Indonesia khususnya di pasar modal.
b. Bankruptcy Model
Model ini memberikan rumusan untuk menilai kapan perusahaan akan bangkrut. Dengan menggunakan rumusan yang akan diisi (interplasi) dengan rasio keuangan maka akan diketahui angka tertentu yang akan menjadi bahan untuk memprediksi kapan kemungkinan suatu perusahaan akan bangkrut.
c. Net cash Flow Predication model
Model ini didesain untuk mengetahui berapa besar arus kas masuk bersih perusahaan tahun depan.
d. Take over Prediktion Model
Model ini dimaksudkan untuk mengetahui kapan kemungkinan perusahaan ini akan diambil alih oleh perusahaan lainnya.
Di bawah ini akan kita gambarkan empat macam model yang merupakan bagian dari model tersebut:
1. Model untuk tingkat peramalan tingkat kwalitas obligasi yang dijual di pasar modal yang dibuat oleh Ahmed Belkaoui disebut Belkaoui’s Bond Rating Model.
2. Model untuk meramalkan kebangkrutan suatu perusahaan yang di buat oleh Altman disebut Altman’s Bankruptcy Prediktion Model. Model ini popular juga disebut 2-score.
3. Bernstein dan Maksy merumuskan model untuk meramalkan Net Cash Flow From Operating yang disebut Bernstein and Maksy’s Net Cash Flow Next Year Predication Model.
4. Model untuk memulai perusahaan yang akan diambil alih (take over). Model ini dibuat oleh Ahmed Belkaoui sehingga disebut Belkaoui’s Take Over Prediktion Model.
KUMPULAN SOAL-SOAL LATIHAN
SOAL 1
Berikut ini nadalah harga jual dan biaya-biaya yang terjadi pada toko “ABADI” Metro:
Harga jual Rp 5.000,-
Harga pokok penjualan variabel per unit Rp 4.000,-
Biaya penjualan variabel per unit Rp 250,-
Biaya tetap tahunan:
- Biaya BOP tetap Rp 550.000,-
- Biaya penjualan tetap Rp 1.970.000,-
- Biaya tetap lainya Rp 480.000,-
Pertanyaan:
1. Hitunglah BEP dalam rupiah dan unit!
2. Apabila diharapkan tingkat keuntungan Rp 300.000,- berapa unit barang yang harus terjual!
3. Jika perusahaan mampu menjual barang sebanyak 5.000 unit, hitunglah laba/rugi yang diperoleh.
SOAL 2
SOAL 3
PT. MUFIDA
NERACA
PER 31 DESEMBER 2008 DAN 2009
Nama Akun 31 Desember
2008 2009
ASET
Aset lancar
- Kas
- Piutang dagang
- Piutang wesel
- Persediaan
- Persekot biaya
Jumlah aset lancar
Aset tetap
- Tanah
- Gedung
- Ak.penyusutan gedung
- Peralatan
- Ak. Penyusutan peralatan
Jumlah aset tetap
Jumlah aset
KEWAJIBAN DAN EQUITAS
Utang lancar
- Utang dagang
- Utang wesel
- Utang gaji
Jumlah utang lancar
Utang jangka panjang
- Utang obligasi (bungan 3%)
Jumlah utang
Modal
- Modal saham
- Laba ditahan
Jumlah modal
Jumlah kewajiban dan equitas
Rp 545.500
Rp 1.324.200
Rp 500.000
Rp 951.200
Rp 46.000
Rp 3.366.900
Rp 200.000
Rp 1.600.000
(Rp 225.500)
Rp 700.000
(Rp 153.000)
Rp 2.121.500
Rp 5.488.400
Rp 655.000
Rp 150.000
Rp 312.000
Rp 1.117.000
Rp 600.000
Rp 1.717.000
Rp 2.000.000
Rp 1.771.400
Rp 3.771.400
Rp 5.488.400
Rp 919.700
Rp 1.612.800
Rp 250.000
Rp 1.056.500
Rp 37.000
Rp 3.876.000
Rp 200.000
Rp 2.000.000
(Rp 261.000)
Rp 850.000
(Rp 201.000)
Rp 2.588.000
Rp 6.464.000
Rp 552.200
Rp 125.000
Rp 443.500
Rp 1.120.700
Rp 450.000
Rp 1.570.700
Rp 2.600.000
Rp 2.293.300
Rp 4.893.300
Rp 6.464.000
Informasi yang diperoleh dari Laporan Laba Rugi tahun 2009 sebagai berikut:
a. Penjualan bersih Rp 9.609.000,-
b. Harga pokok penjualan Rp 5.923.700,-
c. Persediaan barang dagang awal Rp 951.200 dan persediaan barang dagang akhir Rp 1.056.500,-
d. Laba bersih (setelah pajak) sebesar Rp 1.155.000,-
Diminta:
1. Buatlah analisis ratio keuangan dan jelaskan, yaitu:
a. Ratio Likuiditas (current ratio, kas ratio)
b. Ratio Aktivitas (total assets turnover, Inventory turnover)
c. Ratio Profitabilitas (gross profit margin, net profit margin)
2. Buatlah laporan sumber dan penggunaan dana/kas!
SOAL 4
Data tentang anggaran dan realisasi laba kotor pada PT. Mufida tahun 2009 sebagai berikut:
Keterangan Produk A Produk B Jumlah
Kuantitas Harga Kuantitas Harga
Penjualan sesungguhnya
HPP sesungguhnya
Penjualan anggaran
HPP anggaran 60.000
60.000
50.000
50.000 Rp 1,00
Rp 0,80
Rp 1,25
Rp 1,00 20.000
20.000
35.000
35.000 Rp 2,00
Rp 1,85
Rp 2,50
Rp 2,00 Rp 100.000
Rp 85.000
Rp 150.000
Rp 120.000
Berdasarkan data di atas, hitunglah:
a. Selisih laba kotor sesungguhnya dengan laba kotor menurut anggaran.
b. Selisih harga jual.
c. Selisih volume penjualan.
d. Selisih harga-HPP.
e. Selisih volume-HPP.
Langganan:
Postingan (Atom)